Kamis, 13 Agustus 2009

Warnet



Namaku Antok. Di kotaku, Internet bukan merupakan hal yang asing, bahkan cukup memasyarakat, hal ini dengan ditandainya merebaknya warnet-warnet, hingga suatu hari, di dekat rumahku didirikan sebuah warnet, aku, salah seorang penggemar Internet (walau ku akui aku tidak memiliki koneksi Internet), Menyambutnya dengan senang hati, karena aku tidak perlu, jauh-jauh lagi untuk mengunjungi situs kesayanganku (CCS-nya bung Wiro tentunya), hari-hari berjalan dengan biasa, dengan hadirnya Warnet di dekat rumahku, membuat frekuensi ku untuk ber Internet-ria pun semakin meninggi, hingga akhirnya aku mengenal beberapa orang yang bekerja di sana.
Sekilas tentang warnet ini, warnet ini dikelola olah beberapa orang mahasiswa (6 orang yang tampak aktiv), hal ini didukung karena ditempat warnet itu juga merupakan sebuah kos-kosan, salah satu diantara "para aktivis" yaitu Sari, seorang mahasiswi 21 tahun, orangnya sih biasa-biasa saja, tetapi aku punya pengalaman khusus yang tak terlupakan dengan Sari.


Hal itu berawal karena seringnya aku ke warnet itu pada akhir-akhir ini, aku ng-internet, sebenarnya bukan hanya untuk mencari informasi/hiburan, tetapi juga kuanggap sebagai pelepas stress dan kepenatan. Dan pada waktu itu aku sedang stress dengan pelajaran-pelajaran di sekolah dan les-les untuk persiapan EBTANAS & UMPTN (maklum, kelas 3 SMU), Bila warnet itu sedang ramai, biasanya aku ngomong-ngomong sama Sari (kalo' pas yang njaga Sari), kalo' waktu sepi, biasanya Sari juga ikut mbuka'-mbuka' internet sambil ngomong-ngomong (maklumlah, walau aku tidak punya internet, tetapi aku memiliki kemampuan ber-Internet yang cukup lumayan), atau sambil teriak-teriak, maklumlah penataan warnet ini dengan menggunakan bilik-bilik, jadi kalo' sama-sama makai komputer, tentunya harus ngomong sambil teriak, kadang-kadang Sari juga suka teriak kalimat-kalimat yang agak vulgar menurutku, yang kukira-kira ia kalo' ribut kayak gitu, pasti ia sedang buka IRC, apalgi kalau sama, temen-temennya, !
WAOO, ramainya bukan main, sampe-sampe ako nggak bisa konsentrasi mbaca CCS.
Suatu hari, malam hari aku pergi ke warnet, maksudku sih Cuma mau check mail, sama ambil FAQ, waktu itu yang jaga Sari, dan waktu itu, situasi kos-kosan agak sepi (biasanya aku lihat ada beberapa sepeda motor di depan pintu kos, dan lampunya nyala terang)dan agak gelap. Memang sudah kebiasaan Sari kalo' jaga malam hari pakai pakaian sekenanya (biasanya baju tidur, dengan lengan sangat pendek, dan celana yang pendek - aku nggak tahu model apa- ), aku masuk menyapanya.
"Mau makek ya mas ?" tanyanya ramah, tanpa menoleh kearahku
"He..eh, iya nih.." jawabku sekenanya melihat tingkah lakunya. Waktu itu aku tidak peduli dengan apa yang ia lakukan, kaarena ia juga tidak tampak menimbulkan suara apa-apa, sehingga aku menjadi lebih konsentrasi dalam mengobok-obok internet. Tidak lama, konsentrasi ku terpecah oleh suara hajan jang jatuh di atap. Aku dengan tanpa sadar melongok keluar...
"Ya... Hujan...." Kataku sambil aku juga melihat Sari menatapku dengan senyum ramah seakan ikut merasakan kekecewaanku karena hujan. Aku lalu kembali lagi ke bilikku. Hujan turun semakin deras, AC di ruangan membuat udara di dalam warnet semakin dingin (aku lumayan semakin menggigil sejenak ).
"Dingin ya mas.. ??" Tanyanya didepan bilikku sambil memegang remote AC. "Iya nih mbak... dingin... tolong AC-nya dikecilan dong mbak" ujarku tanpa beranjak dari tempat dudukku. Sebentar kulihat ia meng-utek-utek remote tersebut lalu aku kembali mangalihkan pandanganku ke monitor "Eh.. mas...AC-nya di matiin aja ya..??" " Ya.. terserah deh..." kemudian aku mendengar decit dari remote itu, lalu kuperhatikan Sari kembali ke meja operator. Aku kembali mencoba konsentrasi dengan situs yang sedang kubuka.. Hingga tiba-tiba...
"Hayo...!!! Buka apan..!!!" aku di kejutkan suara Sari yang udah disamping komputer, dan berusaha melihat ke monitor. Aku terkejut juga, tapi terkejutku mulai reda, karena saat itu window yang sedang aktiv bukan menampilkan situs yang masuk katagori XXX (maklumlah waktu itu aku masih malu-malu untuk terang-terangan kalo aku sudah "mengunjungi" situs tersebut). "Oh... Ini...." aku nggak menyelesaikan kalimatku karena aku sedang males untuk nerang-nerangin. Sari lalu duduk disebelahku, aku mulai sedikit panik karena satu diantara lima Browser yang kubuka, salah satunya adalah situs yang masuk katagori XXX, aku bingung, gimana ini untuk cari cara untuk menutup jendela itu, sehingga ia aku tampak sibuk mbaca di situs yang sedang aktiv dan bolak-balik ganti window (padahal di kedua situs itu, mayoritas yang tampil Cuma image-image dan Shockwave).
"Hayo..!!! Apannih..??!!!" katanya setengah teriak, sambil nunjuk task-bar paling ujung yang titelnya benar-benar udah nunjukin dengan pasti apa isi nya, keringat dinginku terus mengucur, aku berusaha menolak untuk membuka situs itu, tapi ia terus memaksa, akhirnya ku buka juga. "IH…!!! Suka buka yang begituan ya....!!!!" "Habis disini dingin sih ..."jawabku sekenanya. Aku melihat ekspresinya, tampaknya dia tertarik juga dengan gambar cewek yang sedang berpose di atas meja itu.. "Eh.. lihat yang lain dong..." katanya memecahkan konsentrasiku.. "oh.. disini gambarnya Cuma sedikit, kalo mo' lihat di sini aja.." aku lalu menutup jendela XXX tadi lalu menggantinya dengan ACDSee yang langsung ku buka folder Cache, ia tampak terkejut lihat gambar porno sekian banyak (kalo' nggak salah ada 1,000-an file).
"eh.. jangan cepet-cepet dong". Sambil menahan jariku yang terus menekan tombol Page Down.
"Emang kamu belum pernah lihat gambar kayak gini ya...??" tanyaku
"pernah-pernah sih pernah.... tapi nggak pernah sebanyak ini... lagian kan aku ditempat terbuka kayak gitu"sambil mencubit pinggangku. "Eh.. ini Cuma gambar thok ya...??" katanya agak penasaran (kuperhatikan nafasnya sedikit agak memburu). Tiba-tiba aku ingat dengan file AVI yang pernah kutemukan berisi orang yang lagi ngentot. Langsung aja, kutuju folder itu, lalu kubuka file-nya (aku agak terkejut juga, ternyata file-nya menjadi 13 file ). Langsung adegan seorang cowok-dan cewek yang lagi telanjang bulat muncul, mereka saling mencumbu, lalu yang cowok tampak megang-megang memeknya yang cewek, hingga ceweknya kelihatan kegelian. Ku perhatikan nafasnya mulai memburu (lebih cepat dari yang tadi ) setelah sekian menit, adegan itu usai dengan ditampilkan orgasmenya si cewek (aku nggak tahu berapa lama), lalu kubuka file yang ke-dua, tampak seorang cewek yang diikat, lalu cowoknya datang lalu cewek itu dientot dengan buas, kuperhatikan Sari mulai merapatkan kedua pahanya, dia tida!
k berkata-kata, hingga aku dapat mendengar nafasnya agak gemetar (saat itu sebenarnya nafsuku-sudah di ubun-ubun, berhubung aku jaga etika, jadi ya... aku diam saja). Adegan di file kedeua pun usai, kulanjutkan ke file yang ketiga, sejenak kualihkan perhatianku ke luar, kembali kudengar suara hujan yang semakin deras (bahkan deras sekali). Saat itu Sari mengenggam tanganku erat-erat, nafasnya makin keras, tangan yang satunya tampak memegang selangkangannya, Wah.... Aku mulai bingung... aku sudah diantara nafsu dan malu, sehingga yang terjadi aku hanya diam saja, aku nggak bisa memperhatikan adegan yang terjadi di monitor, perhatianku terpusat ke pada Sari yang mulai berkeringat, atas dadanya (yang memang tampak terbuka) tampak mengkilat dan naik turun, kakinya tampak bergetar untuk mencoba saling bergesekan, tangannya berusaha untuk menekan-nekan selangkangannya, matanya tampak sayu. Hingga aku tak sadar file ketiga udah habis, saat itu aku nggak segera membuka file keempat k!
arena perhatianku masih terpusat pada Sari. "Eh.. Gituan tuh rasanya kayak gimana sih..?" tanyanya, suaranya tampak gemetar, dan matanya masih menatap layar monitor seakan menunggu adegan berikutnya. "Enak kali..." jawabku, ternyata suaraku gemetar juga, tak kuduka kontolku sudah menegang keras sehingga dudukku pun jadi susah "Eh..?"tanyanya heran "habis aku belum pernah nyoba sih…" jawabku seenaknya, suraku mulai normal lagi, lalu adegan ke-4 berputar.
"Kita cobain yuk...?!!" katanya. Kalimat itu bagaikan geledek yang menyambar telingaku, seakan aku tidak mempercayainya. Ditengah keherananku, ia lalu segera beranjak, pintunya ia tutup, tirai pun ia tutup sehingga tinggal tersisa celah kecil, lampupun ia matikan, hingga tinggal lampu di operator, dan diatas tiap-tiap bilik, dari dalam sih situasi nggak terlalu galap, tapi bila dari luar orang susah untuk lihat kedalam. "Yuk…!!" ia lalu menarikku ke ujung ruangan dimana disana biliknya agak luas, dan ada lampu aksesoris yang membuat ruangan bilik lebih terang. Dia duduk dilantai, tampa matanya yang sayu mengharapkan sesuatu dariku "Ayo.. !!" katanya mengundang birahi. Ragu-ragu kudekatkan bibirku, hingga akhirnya kami saling berpagutan, lidahku mulai menggerayangi mulutnya, nafsuku tampak telah mendapat jalan, lalu tanpa malu-malu ku pegang dadanya, ternyata lumayan besar juga (aku nggak tahu berapa ukurannya) dadanya kuremas-remas dengan tangan kiriku, sedang tang kananku mem!
egang kepalanya, "nghhhh…." Ia tampak mendesah keenkan dimulutku, secara jujur aku nggak punya penglaman untuk bercinta karena ini adalah pertama kalinya bagiku, aku Cuma coba mempraktekkan apa yang sudah kubaca dari CCS, ciumanku semakin buas, remasanku semakin keras sehingga Sari pun mengerang dengan lebih keras lagi. Sambil terus menciumiku, ia berusaha melepas kausku, aku pun membantunya melepaskan kausku, di lalu maju lagi untuk berusaha menciumku lagi tapi, kucegah, aku lalu meraih kancing baju tidurnya, satu persatu kulucuti bajunya, tampak sebuah BH menutupi dadanya yang mengkilat karena kerinagat, kusisipkan tanganku dar bawah ke dadanya sebelah kanan sehingga aku menyentuh langsung kulit dadanya (baru pertama ini aku menyentuh dada wanita), kepalanya mendongak sambil mengerang menunjukkan lehernya yang jenjang, aku lalu menciumi lehernya. Kuciumi sambil terus kebawah hingga aku berhenti diatas dadanya, kurasakan asinnya keringatnya, dia mendesah beberapa kali, ketika!
aku menjilati keringatnya, tanganku yang satu meraba punggungnya aku merasakan punggungnya mulai basah, tanganku lalu mulai merayap keatas mencari kancing BH-nya, cukup susah juga,ternyata, karena punggungnya menempel kedinding, punggungnya ku jauhkan dulu dari dinding, baru akhirnya bisa kulepaskan, kini di depan mataku, telah tergantung buah dadanya. Pemandangan itu membuatku semakin bernafsu, aku makin penasaran untuk melihat memeknya. Aku lalu sedikit menjauhi dirinya, aku lalu menarik celana Sari yang dari kolor itu, sebelum celana itu sampai ke lututnya, aku lalu menarik celana dalamnya, dan kulucuti kedua celananya bersamaan. Kini ada seorang wanita telanjang dihadapanku. Setelah kuperhatikan, ternyata Sari itu lumayan cantik. Badannya langsing, kulitnya kekuning-kuningan mukanya bulat. Lehernya jenjang, buah dadanya tampak kencang, padat, dan lumayan besar, perutnya agak sedikit cekung, otot kakinya pun padat, dan yang makin membuatku tidak kuat yaitu, bukit kemaluann!
ya, yang ditumbuhi oleh bulu-bulu halus yang tertata rapi (dia mengaku nggak pernah menata jadi kayak gitu), dan bau memeknya yang cukup harum. Hal itu membuat kontolku makin ngaceng lagi, lebih-lebih ketika Sari mulai memegang kontolku dari luar. Aku lalu melepaskan celanaku (luar dan dalam), hingga akhirnya tampak dihadapnya kontolku yang memang tidak panjang( +13cm) dan tidak besar, tapi aku cukup mensyukurinya karena mampu memuaskan Sari. Aku lalu mendekatkan kepalaku ke memeknya, bau khas memeknya mulai tercium (baru kali ini aku benar-benar merasakan bau memek). aku lalu menjilati daging luarnya yang ditumbuhi bulu, Sari tampak menggeliat, bau dari memeknya pun semakit menyengat, membuatku semakin ingin meng-entot-nya, tapi aku benar-benar ingin membuat sensasi bagi Sari, setelah beberapa lama aku berkuta di daging luarnya (daerah pangkal paha), akhirnya aku menuju ke itilnya, yang benar-benar tampak di depan mataku, warnanya merah, bentuknya yang mungil diantara bulu-bu!
lu halus yang rapi itu membuatku gemas, aku lalu menjilatinya itlinya. Badan sari pun tampak tersentak saat kujilat itilnya, hingga memeknya menghantam bibirku. aku sempat terkejut sejenak, aku lalu melihat raut muka Sari dengan dari mengernyit yang tampak menahan sesuatu, aku lalu sadar kalau itilnya merupakan titik lemahnya. Aku lalu menyodorkan mukaku, pantatnya ku tahan (aku takut, kalau badannya menghentak lagi), lalu itlinya ku gigit-gigit kecil, hasilnya benar. "ngh!!!!! ngh!!!!!" dia tampak mendesah dengan sangat keras, badannya menghentak hentak (untuk pantatnya sudah ku pegang, sehingga gigitanku dapat bertahan), entah beberapa, badannya kembali tenang, aku merasakan dari lubang memeknya mengalir suatu cairan, aku lalu menggigit-gigit dan menjilat-jilat memeknya, Sari tampak beringsut-ingsut. Setelah agak puas dengan memeknya, aku lalu mulai turun, aku dapat mencium bau memeknya yang sangat keras, aku lalu menjilati, cairannya yang keluar, rasanya benar-benar sensasi!
onal, aku lalu mulai memasukkan lidahku ke lubang memeknya, memeknya benar-benar sudah basah, hingga aku merasa agak sedikit mabuk.
Aku lalu mendongakkan kepalaku, aku melilhat mata Sari yang tadi tertutup menikmati sensasi di kemaluannya, mulai terbuka dia tersenyum kepadaku, seakan meminta sesuatu. Aku lalu merangkak kedepan hingga mukaku berhadapn dengan buah dadanya yang menggiurkan, aku lalu merebahkan badanku menindih sari, sehingga sari benar-benar merasakan kulumanku di dadanya. Sari pun tampaknya mulai tidak tahan, ia mendorong-dorong pantatku agar perutku bergesekan dengan itilnya, aku lalu berpikir, kenapa harus perut. Aku lalu mulai bangkit, dan mendekatkan kontolku ke memeknya, Sari yang tahu aku akan menggarap memeknya lagi, mengangkat kepalanya dan berharap dapat melihat yang kulakukan antara kontolku dengan memeknya. Melihat Sari seperti itu aku lalu menciumnya, ia membalasnya dengan buas, tapi tidak lama kulepaskan, ia tampak kaget. Aku lalu memegang kontolku, kali ini kuarahkan kelubang memeknya, Sari pun menunggu dengan menopangkan badannya pada kedua tangannya dan semakin meregangkan p!
ahanya. Kepala kontolku sudah mulai masuk, saat kontolku bersentuhan dengan bibir memeknya Sari mendongak. Baru kepalanya saja yang masuk, aku merasakan memek Sari didepannya terasa sangat sempit, sehingga walau kudorong (dengan pelan-pelan tentunya) tetap tidak bisa melewatinya. Sari benar-benar merasapi perasaan ini. Walau belum masuk benar, aku mulai memaju mundurkan kontolku. Sari pun mulai mengerang keras, tampaknya ia benar-benar menyukainya, sehingga buah dadanya tampak berguncang-guncang. melihat buah dadanya berguncang dengan indahnya, aku jadi ingin mengulumnya. Sambil terus memaju mundurkan, aku mencoba untuk merunduk menggapai putingnya. Pada saat gesekanku mengemai daerah itilnya, Sari sedikit mengejang, pantatnya di naikkan keatas sehingga akupun menjadi ikut terdorong (tapi sayang kontolku tidak semakin masuk), dari kejadian itu aku mulai sadar akan titik kelemahan Sari (di memeknya, belakang itil). Tahu hal itu, dengan bertopang kedua siku, mukaku berhadapan de!
ngan atas dadanya, aku mulai mendorong-dorong keatas. Sari mulai menggeliat-geliat. Aku mencoba untuk mempertahankan ritme. Gerakan Sari makin liar. Erangan-erangan kecil sedikit demi sedikit berubah menjadi jeritan. Bahkan lama kelamaan jeritannya makin keras "Aaaahhh........!! Aaaaaaaahhhhhh......!!" "eeeeeenghhh..... Eeeeeennngh...!!! eeeengh...!!!!!!!!! EEEENNNGGHHHHHHH!!!!!!!!!!!". Badannya mulai mengejang keras. Dia orgasme pikirku. "AAAAAAHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!" Dia berteriak! Aku takut suaranya terdengar keluar, aku lalu mengulum bibirnya "MMMMMHHHHHHHHHHHH!!!!!!" lama sekali orgasmenya. Ia memelukku keras-keras. Hingga ia menekan dadaku ke dadanya dengan keras (dadaku sampai sesak, entah dengan dia). Kepala penisku pun terasa di tekan-tekan, nikmat juga rasanya. Berapa saat kemudian pelukannya terasa melemah, bahkan tampak lemas. aku coba mengangkat punggungku. Tangannya yang lemas terjatuh dari punggungku. Aku melihat sendiri, dengan mataku, seorang cewek yang habis or!
gasme. Matanya terpejam, dengan dahi agak mengernyit. dadanya naik turun mengatur nafas, badannya mengkilat penuh keringat, tangannya terlentang (sehabis jatuh dari punggungku) tanpa ia coba untuk ditariknya, kakinya setengah mengangkang, dan bau yang tersebarpun sangat khas...
Aku mengangkat tubuhnya untuk coba kusandarkan. Badanya benar-benar lemas. hingga aku harus menahan kepalanya. Dengan mudahnya badannya kuatur untuk bersandar di dinding (tentunya setelah kusingkirkan bangku kayu yang cukup berat dengan satu tangan (!) ). Aku meraba tubuhnya, halus, licin, indah tanpa cacat, sejenak akkupun tampak kagum dengan seni yang diciptakn oleh Pencipta Alam ini. Setelah Sari dapat membuka matanya aku berbisik padanya "kali ini kumasukkin benar-benar ya..?" "Ya... Terserah... Tapi cepet..., segera masukin aja....." jawabnya dengan suraa lirih karena kehabisan tenaga "Tapi kamu masih...(virgin) nggak??!!" "nggak pa.. pa... koq..." suaranya tampak mulai pulih. Agar ia dapat mempunyai tenaga untuk ronde berikutnya, aku memberinya kesempatan dengan menciuminya, merabanya, mengecup bibirnya dan dadanya. Pada saat jariku meraba memeknya, reaksi Sari tidak seperti sebelumnya, ia hanya mendesah tanpa suara (aku hanya mendengar nafasnya yang mendesah). Iseng-is!
eng kumasukkan jariku ke lubang memeknya, dan ternyata jariku dapat menguak lubang yang tadi menghambat, tampaknya dengan orgasmenya Sari, maka lobang memeknya pun semakin siap untuk di masuki. Aku pun mulai semangat lagi. Rangsanganku padanya pun semakin memburu. Setelah kudengar Sari mulai mendesah agak keras, maka aku pun siap untuk penetrasi..
Aku pun mulai duduk dihadapan Sari. Kedua paha sari ku angkat hingga diatas pahaku, sehingga memeknya pun sedikit menghadap kearah kontolku. Sari pun tampak menatapku dengan harap-harap cemas. Kali ini expresi Sari tidak ku perdulikan, Yang kupikirkan hanya bagaimana memasukkan kontolku kedalam memeknya yang tadi gagal. Setelah kepala kontolku menyentuh bibir memeknya, ku coba mendorongnya, mask hingga beberapa senti. Kemudian aku sedikit mengalami hambatan lagi, walau kudorong-dorong akhirnya masuk juga sih... tapi aku nggak ingin menyakiti Sari (Kalo' aku masukinnya sulit, pasti kalau kupaksa Sari akan kesakitan), akhirnya cara yang pertama pun kulakukan lagi, aku menekan-nekan atas memeknya dengan kontolku yang masih didalam, sambil terus kudorong, untunglah, Sari masih bisa dirangsang dengan cara itu. Beberapa saat kemudian erangan nikmatnya makin keras, dan kontolku pun mulai masuk sedikit demi sedikit, dan akupun merasakan lubangnya agak mulai melebar, karena aku keasik!
an merangsang Sari untuk orgasme (karena aku senang melihat cewek yang orgasme) hingga konsentrasiku untuk mendorong masuk kontolku, pun agak buyar, hingga aku tersadar saat badan Sari yang agak lemas tadi mengejang keras, Sari berteriak untuk orgasmenya yang kedua (tak kusangka ternyata jedanya pendek sekali). Bersamaan dengan itu ku hunjamkan keras-keras kontolku, hingga masuk semua (dan agak terasa mentok) "aaaahhhhhh......AAAAAAAAAAAAAAAHHH!!!!!!!" erangan sensualnya berubah menjadi jeritan pilu, tubuhnya yang tadi mengejang nikmat terdiam karena menahan pedih di liang kenikmatannya. Sari pasti merasa sakit yang amat sangat ditengah orgasmenya. Dahinya mengernyit kuat dan meringis dengan desis yang tertahan. Air matanya tampak meleleh, aku merasa kecewa, karena Sari merasa kesakitan. Aku lalu mengecup bibirnya, dan menenangkannya. Aku benar-benar menyesal!. "kamu nggak pa-pa kan ??". Sari tidak menjawab. "Sakit sekali ya...?" Sekali lagi Sari nggak menjawab. Aku lalu menci!
uminya lagi. "Sar...". tanyaku dengan cemas. "nggak pa-pa kok, ntok.... terusin aja..." "tapi masih sakit kan..." "sedikit sih...". Perlahan-lahan ku maju-mundurkan penisku, ia tampak meringis, lalu aku berhenti sebentar, lalu ku maju-mundurkan lagi. Aku benar-benar nggak ingin Sari kesakitan. Agar sari dapat melupakan sakitnya, aku lalu mencoba merangsang itilnya, sukar juga rupanya. Setelah aku berusaha dengan 1001 cara, akhirnya Sari, tampak melupakan sakitnya, kini dari mulutnya mulai keluar lagi, desahan-desahan sensualnya, badannya pun mulai menggeliat berirama. Melihat ia mulai menikmati permainanku, akhirnya aku pun mulai memaju-mundurkan kontolku di lobang memeknya. Enak juga rupanya. Sari pun juga merasa nikmat dengan kontolku, lama-lama aku pun merasa kontolku seakan-akan diremas-remas dengan lembut. Sambil merasakan nikmat di kontolku, aku pun lalu merebahkan diri diatas Sari, kuciumi habis-habisan, lalu kuraba-raba dadanya, ternyata kombinasi antara sodokan Konto!
lku, dan remasan di dadanya membuat dia mengerang, kurasakan dadanya pun semakin menegang, hingga putingnya tampak mencuat keatas, Kutekan-tekan putingnya, "hhhhhh.......hhhhhhhhhhh.............." ia mulai makin mendesah dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat putingnya yang keras (walau tak sekeras dengan itilnya) aku pun mulai meng-gigit-gigit putingnya, Erangannya makin menjadi. Badannya makin berkuncang dengan hebat, sehingga keluar-masuknya penisku pun makin kuat. Aku pun mulai nggak sabar untuk orgasme (entah dengan dia), aku pun berkonsentrasi untuk mengeluarkan cairan kajantananku. Aku bertopang dengan kedua siku sedangkan tanganku kuletakkan di bawah badanya SAri, sehingga badannya Sari dapat sedikit kuangkat agar mukaku makin dekat dengan dadanya (jujur kukatakan keringat didadanya sangat harum). dengan posisi seperti itu maka aku pun dapat mengayuh dengan lebih keras. Aku pun mulai mengayuh dengan keras, sehingga Badan Sari pun ikut berguncang-guncang, tak la!
ma kemudian "Sar.... Aku mau keluar....." "ngh..... keluarin aja........... aku juga mau keluar........" tak lama kemudian kami keluar bersamaan, aku merasakan kontolku di pijit-pijit dengan lembut dan pasti, lalu disiram dengan cairan yang hangat. Kami pun mengerang bersamaan, aku lalu lemas dan berusaha untuk tidak menindih SAri (aku nggak ingin Sari ngrasa berat kutindih, habis orgasme bareng tentunya ia ngrasa lemes banget). Baru kali inilah aku ngentot dengan cewek.
Saat aku mencoba untuk menegakkan badannya, kontolku hampir nyolong keluar, jadi sekalian aja aku keluarin. Setelah aku dan SAri terduduk, aku terkejut sekali, ternyata dari selangkang Sari keluar darah.. "Eh.. SAri... Kamu masih perawan ya....". Sari tampak terkejut dengan ucapanku, ia lalu melihat kearah selangkangannya. "koq.. keluar darah...??" (tampaknyaaa sari juga terkejut) "padahal aku udah pernah masukin spidol lho... (Spidol Whiteboard maksudnya)". Aku sendiripun berperasaan lain, karena baru inilah aku mem-perawani cewek. Aku lalu mengajaknya untuk sedikit bergeser mencari tempat yang kering, agar aku bisa lebih menikmati tubuhnya (aku nggak bosen-bosennya melihat tubuhnya yang molek). Pada saat aku berdiri, ternyata masih ada air maniku yang menetes, dan menetes di perut SAri. "Eh... Antok.... Aku coba emut kontolmu ya...". Aku sih kaget plus senang. "Boleh....." Aku lalu berdiri dan menyodorkan kontolku yang masih lemas ke mukanya. Sari memegang kontolku dengan !
jari telunjuk dan ibu jari. Tampaknya ia sedikit ragu-ragu. Aku yakin, memasukkan kontol ke mulut adalah pengalaman baru baginya. Pelan pelan ia dekatkan mulutnya ke kontolku. Aku diam saja dan menyaksikan apa yang akan Sari perbuat. Mula-mula ia tempelkan kepala kontolku ke mulutnya dan ia cium-cium. setelah beberapa saat kontolku akhirnya masuk ke mulut Sari, dan ternyata masuk semuanya (maklumlah, saat itu kontolku masih lemes habis orgasme -eh- habis merawanin cewek). Didalam mulutnya, kepala kontolku mulai diputar-puter sama lidahnya, dan sekali-sekali ditekan-tekan ke langit-langit mulutnya. Karena kontolku masih lemes maka, Sari pun dengan mudah dan lincahnya memutar-mutar kontolku. Aku pun mulai ON lagi dengan rangsangan yang diberikan Sari. Makin lama, kontolku makin besar. Hingga akhirnya Sari kesulitan untuk memutar-mutar kontolku dengan lidahnya. Setelah kira-kira cukup keras, ia mulai memaju mundurkan mulutnya dan sekali-kali menekan-nekan lobang kontolku. wahh...!
.. nikmat benget rasanya, benar-benar belum pernah ku bayangkan. "hhhhhh........hhhhhhhhhh........." Aku mulai merasa kenenakan, kutekan-tekan kepalanya agar dapat lebih masuk, tapi tampaknya ia nggak tahan kalo' kontolku terlalu masuk (jadi yang tadi masuk semua sekarang hanya tinggal 3/4-nya saja). Makin lama, sari pun tampak lebih berpengalaman. maju mundurnya kepalanya pun mulai dikombinasikan dengan kocokan tangannya. Rasanya sangat LUAR BIASA!!! Sampai kaki lemas (padahal belum keluar). aku pun mulai meraba sekenanya, mulai rambut, bahu, punggung, lengan, lalu kembali lagi ke rambut, tapi kadang-kadang juga sampai juga ke dada. Bahkan sekali-kali kontolku ditiupnya, kemudian disedot lagi, ditiup lsgi, disedot lsgi, kadang-kadang ia juga memainkan lidahnya mendorong-dorong kepala penisku, sedangkan tangannya tetap mengocok. Mendapat perlakuan yang belum pernah kubayangkan nikmatnya, aku mulai merasa ingin orgasme, tapi kutahan, hingga kadang-kadang kontolku mengedut, dan!
juga keluar sedikit cairan. Sari tahu kalau aku sudah mau keluar, ia lalu mempercepat gerakannya. Aku berusaha memperlambatnya (agar nggak cepat keluar) tapi gagal. Perasaan itu makin memuncak, makin memuncak, dan semakin memuncak, tapi agak sukar keluar. Sari memperlambat gerakannya. Aku pun juga mulai turun dari puncak. Tapi, tiba-tiba Sari mengocok kontolku dengan cepat (tentu saja dengan mulut dan tangannya). Aku sudah tak tahan lagi. lututku lemes, badanku terasa menegang cukup lama, hingga aku nggak bisa berkata-kata, akhinya pejuhku keluar juga (ternyata cukup banyak) hingga mulutnya yang mungil tidak dapat menampung semuanya (tampak banyak yang keluar dari mulutnya). Dia tampak terpejam sebentar. Kemudian aku merasakn dia menelan air maniku, bahkan kontolku yang baru meledak tadi pun dihisap-hisapnya, hingga aku merasakan ada beberapa cc yang mengalir keluar dari kontolku karena hisapannya.
Setelah cukup menghisap kontolku, ia lalu membuka mulutnya, tampak kontolku yang uadah kecapekan, tapi masih lumayan besar, keluar dari mulutnya dan hanya di topang dengan jari-jari lentik SAri. Dia tersenyum menatapku. Wajahnya yang manis, kini terdapat cairan kenikmatanku. Dia berusaha menyekanya, tapi justru membuatnya semakin rata saja di wajahnya sehingga wajahnya tampak berkilau menakjubkan. Aku lalu menjatuhkan lututku (yang memang udah lemes) hingga mukaku berhadapan dengan mukanya. Aku lalu mencium bibirnya, dan menjilati mukanya yang telah rata dengan cairanku. Rasanya pun lumayan. Sari pun tampak kembali bergairah. Ia mulai meremas remas kontolku, tapi sayang, kontolku tidak merespon. setelah beberapa lama aku menciumi wajahnya. sari lalu mendorong tubuhku, hingga aku terlentang di lantai. kini ia yang menindihku. Ia kini yang tampak aktif. Ia menciumiku dengan menekan kuat bibirnya ke bibirku, dan bukan hanya itu, ia bukan juga menggeliat-geliat diatas tubuhku, se!
hingga bagian muka badanku, bergesekan dengan sangat giat dengan bagian depan tubuhnya. Ia pun tampak agak meninggikan dadanya, agar ia dapat menggeliat lebih leluasa, sehingga pentilnya bergesekan dengan kulit dadaku. Aku benar-benar menjadi gemas, sekali-kali aku menekan punggungnya sehingga dadanya menekan dadaku. Peernah sekali aku menekannya terlalu kuat, hingga Sari menjadi sesak.
Karena ia terlalu bersemangat, maka aku dan dia mulai terasa pedih di kulit kami masing-masing, hingga akhirnya ia merubah geraknya. Pada saat itu ia menurunkan badannya untuk mendekati kontolku. Ternyata dugaanku benar ia ingin mengulum kontolku. Kontolku yang telah cukup mendapat pendinginan, kini diserang Sari, kontolku bangkit kembali. Kenikmatan permainan lidah Sari mulai kurasakan lagi di organ kenikmatanku. Tapi aku nggak ingin keluar sendirian lagi. Aku lalu menyuruh Sari untuk memutar badannya. Kini posisi kami 69. Aku kembali merasakan aroma khas kewanitaan Sari, bahkan kini terasa lebih harum lagi. Entah untuk berapa lama aku mengkagumi aroma kewanitaannya, aku lalu mulai menjilati bibir luar memeknya, dan di itilnya, bersamaan dengan itu, Sari menghisap kuat kontolku seakan mau ditelan semua, tampaknya Sari sudah terangsang. Setelah dua kali orgasme, aku kini mudah trangsang, tapi lama untuk sampai ke puncak. Aku lalu mulai menjilati sekitar memeknya dengan irama !
yang tetap. SAri pun mulai mengerang, kadang-kadang ia menghisap kontolku dengan keras. Cukup lama juga kami melakukan posisi ini tanpa berganti-ganti, hingga erangan Sari pun makin keras (tapi aku tidak menemukan tanda-tanda ia akan orgasme). Aku lalu merasakan makin ke puncak (tapi dengan sangat lambat), untuk memepercepatnya aku lalu mulai memaju mundurkan kontolku, hingga Sari tampak bingung dalam mengatur ritme. Mendapat perlakuan seperti itu, Sari lalu menekan pangkal pahaku kuat-kuat dan menutup pahanya hingga kepalaku terjepit diantaranya, aku benar-benar dibuatnya tidak bergerak. Dia pun tampaknya juga ingin segera orgasme, ia lalu sedikit meninggikan punggungnya dan mulai menggerakkan kepalanya turun naik, dengan dikombinasikan dengan lidahnya, ia benar-benar membuat sensasi yang berbeda. Perasaan untuk kembali kepuncak kembali hadir, aku pun mulai menjilati memek Sari dengan ganasnya untuk mengimbangi gerakkanya, hingga sesekali, kontolku dilepaskannya hanya untuk m!
elenguh. beberapa saat kemudian, badan kami mulai mengejang, Sari benar-benar menghisap dengan seluruh tenaga. Kami lalu orgasme berbarengan, aroma memeknya meningkat dengan cepat, otot-otot dimemeknya mengejang dan mengeras, badan SAri mengejang cukup lama (aku selesai orgasme, tampaknya ia belum), hingga ia pun kesulitan untuk menelan pejuhku yang keluar, hingga aku merasakan pejuhku yang menyembur ke mulutnya, kembali meleleh keluar. Tak lama kemudian, Sari kembali normal, ia mulai menghisap-hisap kontolku lagi, seakan-akan ia ingin menelan pejuhku yang tadi meleleh keluar dari mulutnya. Setelah orgasme yang ketiga itu, kontolku terasa mati rasa, untuk beberapa saat aku sukar merasakan hisapan SAri dikontolku.
"Eh... Hujannya udah reda..." serunya memecah kenikmatan ku, aku pun mulai berkonsentrasi mendengar suara diluar, ternyata suara hujan sudah tidak ada lagi, tapi apa peduliku. Sari lalu memutar badannya hingga berhadapan denganku. "eh.. ntok.. Sudah dulu ya.. hujannya udah reda..." ia lalu mencium bibirku lalu bangkit dari badanku, aku lalu melirik ke jam dinding yang terpasang diruangan tersebut. ASTAGA, ternyata sudah larut malam (aku tidak tahu udah berapa lama aku tadi ngentot dengan sari. Sari ternyata benar-benar kehabisan tenaga, bahkan untuk berdiri pun ia masih lemas (saat itu Sari hanya bisa terduduk dengan ditopang oleh kedua tangannya, aku lalu bangkit mendekatinya, memeluknya dengan erat dan menciuminya. Aku benar-benar puas dengannya baru kali ini aku benar-benar mendapat pengalaman ngentot dengan cewek hingga lemas kaya' gini. Setelah kira-kira tenaga kami kembali pulih, aku lalu membantunya bangkit. Ia lalu mulai memunguti pakaian kami yang berserakan, meliha!
t caranya berjalan denagan bugil, aku mulai terangsang lagi. Pada saat mengambil pakaian, ia lalu memanggilku, ia menunjukkan ke pangkal pahanya, ternyata ia mau menunjukkan cairannya dan cairanku yang mengalir keluar. Ia hanya tersenyum. Setelah, ia memunguti seluruh pakaian, aku lalu mendekatinya, kusuruh ia membuka pahanya (dalam posisi berdiri, dan sambil membawa pakainku, dan pakaiannya) aku lalu menjilati cairan tadi yang mengalir dipahanya. Ia tertawa geli. aku lalu memakai pakainku lagi, begitu juga Sari. "Eh.. Antok.. tolong bantuin bersihin itu ya...." sambil menunjuk ke sudut ruangan, dimana terdapat genangan cairan kenikmatan (ples darahnya SAri). Aku mengangguk saja. "sebentar ya mas..." ia keluar sebentar. aku lalu kembali teringat, akan tujuan awalku kesini yaitu pakai Internet. Aku lalu kembali ke bilikku dimana aku tadi nyalain komputer, Aku pun duduk didepan layar tanpa tahuh apa lagi yang harus kulakukan, aku benar-benar mendapat kepuasan. aku hanya menggera!
kkan-gerakkan mouse saja, menunggu SAri datang. Sari kembali dengan membawa ember dan kain pel. Aku lalu mendekatinya, dan mulai ber-"gotong royong" membersihkan sisa-sisa aktivitas kami. capek juga rasanya, habis "olahraga" disuruh kerja. Ditengah-tengah keasikan kami mengepel. Pintu depan warnet dibuka. "Alo.... Sari... Warnetnya masih buka ya...." Aku terkejut juga, ternyata teman kost Sari masuk tanpa permisi, untung saja sekarang aktivitas kami berdua sudah berbeda (jadi.. aman...). "Eh.. Sari... lagi ngapain lu..." "udah tahu ngepel gini.... nanya..." "Emang warnet itu bocorya..?" "iya kali'..." "Wah.. tampaknya besok aku harus panggil tukang nih....". Temen Sari lalu mulai melihat-lihat keatas seakan mencari-cari tempat mana yang bocor. Kami berdua hanya dapat tersenyum menahan geli. "Eh.. makasih ya mas.. udah mau mbantu.." kata Sari kepadaku (tentunya dengan kepura-puraan). Sari lalu menuju ke meja operator, disusul olehku, yang seakan-akan akan membayar pemakaian int!
ernet. "Rp 8.000 mas.." katanya... . Setelah itu aku lalu keluar. "wah makasih ya mas.. sorry lho kalo' terganggu oleh bocor..." Kata temen SAri yang ternyata masih ada diluar Warnwt bersama-sama temennya. Aku lalu senyum sebentar, lalu meninggalkan mereka. SAmbil berlalu, aku sempat melihat, Sari yang mulai menata korden, karena Warnetnya udah mau tutup. Aku berjalanb dengan perasaan yang bangga, baru kali ini aku mendapat pengalaman yang sangat indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar