Kamis, 13 Agustus 2009

Antara Aku, Lie Chun dan Hera (part2)

Malam itu mungkin menjadi malam terindah bagiku dan mungkin juga bagi
Hera, di bawah terangnya sinar bulan purnama lama kami saling
memandang dan bertatapan tanpa ada kata-kata yang keluar sama sekali,
pokoknya kalau ada yang bilang bahasa cinta mungkin itulah bahasa
yang sedang kami lakukan, bahasa tanpa kata-kata he.. he... he...
tapi tentu saja no sex man, mana ada lagi orang baru jadian terus
langsung ngesex kecuali memang si cewe teman selingkuh atau ngesexnya
(terlepas apakah ia seorang pelacur atau wanita non pelacur). Malam
itu Hera menumpang tidur di tendaku untungnya aku punya persediaan
sleeping bag cadangan kalau tidak bisa mati beku doi he... he....
he...... terlihat manis dirinya tertidur dengan nyaman dalam
sleeping bag ku yang besar dan juga mengenakan jaket gunungku yang
besar itu.

Pagi harinya kami bangun dan kudapati Hera sudah bangun terlebih
dahulu, ia pamit ke tendanya sebentar untuk mengambil barang-barang
keperluan mandi untuk mandi di pancuran air terjun yang berada tidak
jauh dari tendaku. Sebenarnya sih bukan air terjun hanya pancuran air
biasa namun air yang turun terlihat seperti air terjun karena
ketinggian mata airnya cukup jauh dan di bawahnya terdapat seperti
telaga kecil dengan ke dalaman sekitar 1,5 m tidak dalam sih namun
buat orang yang pendek (sorry) lumayan terasa seram juga. Kebanyakan
anak-anak wanita mandi di kali kecil yang mengalir di bawah
perkemahan kami, hanya sedikit yang mengetahui pancuran air ini
selain aku dan Hera serta beberapa anak pencinta alam. Tapi
kebanyakan tidak mau mandi di sana karena letaknya agak tinggi dan
mungkin agak berkesan seram padahal menurut ku sangat indah dan
eksotis terutama karena penduduk pun tidak ada yang pergi ke sana
sebab letaknya cukup tinggi dan di atasnya masih hutan belukar.

Aku sendiri sih sebenarnya kepingin mandi bareng juga tapi nggak
mungkin lah yauw he... he.... he.... lagian bisa-bisa baru
jadian nantinya malah jadi putus karena dianggap kurang ajar, jadi
yach aku mandi di aliran sungai kecil yang letaknya sedikit di bawah
telaga tempat Hera mandi tidak jauh dari tenda ku. Untung letak
sungainya agak tertutup rerimbunan pohon dan kedalamnya sekitar 1
meter kalau tidak kan tengsin juga kelihatan si Junior yang berukuran
super jumbo lagi ngaceng kedinginan he... he... he.... jadi lah
aku mandi sendirian di situ.

Ketika sedang asyik-asyiknya mandi tiba-tiba aku mendengar pekikan
kecil dari arah atas, ku dengar seperti suara Hera, tanpa pikir
panjang aku langsung lompat keluar dari air dan berlari memanjat ke
atas kulihat Hera sedang mengigit jari-jari kukunya dan memandang ke
arah air terjun, langsung aku loncat ke dalam telaga dan berjalan
menghampirinya, aku bertanya, "Ada apa Ra?" "Itu ........ kodok"
ujarnya dengan nada tertahan, aku hampir saja tertawa kalau tidak
melihat ekspresi mukanya yang pucat, untung saja aku bisa menahan
diri. Tapi beberapa saat kemudian Hera sepertinya sadar bahwa kami
berdua sedang dalam keadaan bugil berduaan di dalam telaga dan ia
berbalik memandang ku dan berkata, "Kamu ngapain And?" "Loh kan kamu
tadi teriak Ra ... aku kirain kamu kenapa-kenapa jadi ya aku
langsung ke sini nggak sempat pakai pakaian lagi" ujarku agak panik
juga takut doi nantinya malah teriak nanti bisa-bisa di sangka aku
mau coba perkosa anak orang lagi he... he.... he......

Akhirnya kami sama-sama terdiam. Hera memandangku agak lama sambil
menatap tajam sepertinya ingin menyelidiki kebenaran alasanku tapi
lama-kelamaan tatapan matanya berubah menjadi lembut dan kami kembali
bertatapan mesra seperti malam barusan, lalu entah siapa yang
terlebih dahulu memulai kami tahu-tahu sudah saling berdekatan dan
detik berikutnya tahu-tahu bibirku dan bibir Hera saling bersentuhan
lembut, lidah saling bertautan, mulut saling melumat dan selanjutnya
bisa ditebak deh kelanjutannya. Yang jelas acara mandi itu berubah
menjadi acara percintaan kami dan tanpa banyak cincong dari apa yang
kami lakukan tampaknya baik aku maupun Hera sudah sama-sama mafhum
bahwa kami sudah sama-sama tidak suci lagi jadi yach lancar-lancar
aja tuh malah kami sampai melakukannya sebanyak tiga kali hingga tak
terasa mentari telah berada di puncaknya dan perut kami berdua terasa
lapar dan tubuh pun terasa sangat lelah.

Akhirnya aku dan Hera sama-sama keluar dari telaga "asmara" itu dan
kami sama-sama mengepak pakaian kami yang tergeletak di pinggiran
tentu saja aku sambil hanya berbalut handuk Hera harus jalan ke bawah
sedikit untuk mengambil pakaianku yang tertinggal. Untungnya tidak
ada satupun yang naik-naik hingga ke atas sini dan bagusnya juga
tidak semua orang tahu tentang lokasi strategis ini.

Kami sesudahnya saling merapikan diri di tendaku (nggak pakai acara
ngesex lagi loh, kan udah capai main tiga ronde di telaga he...
he... he.....) lalu kami berdua jalan turun ke bawah untuk
mengikuti acara selanjutnya dan tentu saja hal yang paling di tunggu
oleh orang yang habis bercinta adalah makan he.. he.. he.. buat yang
udah sering gituan pasti pada tau deh abis bercinta pasti pada laper
banget khan? Begitupula kami berdua, aku dan Hera makannya bisa di
bilang paling lahap deh sampai-sampai ada yang ngeledekin "kalian
berdua emang habis ngapain koq makannya kayak tukang becak gitu" tapi
terus terang baik aku dan Hera tidak perduli dan lagipula tidak ada
yang curiga karena sesuai komitment malam sebelumnya bahwa aku dan
Hera sepakat untuk merahasiakan jadiannya kami berdua selama
perkemahan dan baru akan mengumumkannya sekembalinya kuliah nanti.
Jadi saat menuruni bukit dari lokasi tendaku pun kami tidak saling
bergandengan tangan meskipun baru saja mengalami saat-saat paling
intim.

Oh iya cerita akan berlanjut di seri berikutnya tapi terus terang aku
butuh saran nih, kalian maunya ini cerita di arahin ke mana softsex
atau hardsex, dan kalian maunya gimana pengambaran adegan bercintanya
tersamar seperti bagian ke dua ini atau vulgar seperti Bang Joni atau
Papi Jay? Atau jelas namun lembut seperti Sari? Ok deh di tunggu
sarannya, oh iya buat para pembaca terima kasih atas sarannya namun
sorry saya harus buat kata-katanya agak sesuai kaidah EYD karena yang
baca bukan cuman orang Indonesia atau cowo saja tapi juga cewe dan
banyak juga orang malaysia. Buat yang penasaran ini cerita original
atau fiksi tolong dong baca PROLOGNYA Bahwa setiap cerita saya adalah
FIKSI BELAKA, betul Hera itu ada, Lie Chun juga ada, tapi mereka
tidak kenal saya sebab saya hanya meminjam nama mereka untuk
imajinasi belaka. Jadi buat yang minta dikenalin sorry banget yach
saya nggak bisa karena bukan GM (Germo) dan juga mereka tidak kenal
saya. Namun sedikit sebagai gambaran, Hera baik face maupun fisik
seperti Kaori Shimamura, dan Lie Chun mirip seperti Vivian Chow namun
lebih lembut dan baby face.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar