Kamis, 13 Agustus 2009

Sintaku (part two)



Hubunganku dengan Sinta memang penuh dengan macam-macam eksperimen yang mungkin nampak
aneh dan menjijikkan bagi orang lain, tapi tidak dengan kami. Yang aku suka darinya
adalah dia tak pernah berkeberatan untuk mencoba. Bahkan tak jarang, Sinta pun
tiba-tiba muncul dengan ide macam-macam. Tak ada kata jijik bagi kami berdua. Asal
tidak berbahaya bagi kesehatan, dan bisa kita nikmati berdua.

Eksperimen paling gila yang pernah kami lakukan adalah anal seks. Gila karena banyak
yang menganggap ini hubungan paling memuakkan. Tapi kalau nafsu sudah sampai di
ubun-ubun, mana sempat kita pikir-pikir dulu. Ide gila ini kami dapat setelah
mengakses sebuah situs seks di internet yang bercerita tentang anal sex. Disitu
diceritakan bahwa anal seks bukan hanya untuk kaum lelaki yang hobi main pedang, alias
hombreng. Wanita pun katanya bisa menikmati, karena di bagian anal juga terdapat
syaraf-syaraf seperti yang terdapat pada vagina wanita. Aku sempat mencoba memasukkan
jariku ke bagian analnya. Sempat juga kucoba dengan menggunakan alat vibrator yang
kubeli di Glodok. Baru akhirnya kuberanikan diri memasukkan kontolku. Awalnya Sinta
sempat kesakitan waktu pertama kali aku mencoba memasukkan si junior lewat 'pintu
belakang'-nya. Tapi akhirnya jadi terbiasa, dan sampai sekarang, kami sudah seringkali
melakukannya. Yang menyenangkan adalah karena ternyata Sintapun bisa sangat
menikmatinya, bahkan ia bisa mengalami orgasme.

Suatu malam, kami berada di salah satu cottage di Pondok Putri Duyung. Sinta sedang
berbaring telanjang di atas tempat tidur sambil menonton TV. Sisa-sisa keringat masih
menempel di dahinya, setelah hampir satu jam aku mengeksplorasi vaginanya dengan
lidahku, sambil sesekali klit-nya kutempel dengan vibrator berwarna putih lonjong yang
bagian kepalanya bisa bergetar. Sisa-sisa air mata masih menggenang di matanya yang
indah. Aku sempat ketakutan karena kupikir dia kesakitan. Tapi ternyata dia mengaku
baru saja mengalami puncak kenikmatan yang luar biasa. Wajar saja aku terkejut. Saat
sedang asyik menjilati vaginanya, tiba-tiba ia terpekik, badannya bergetar, nafasnya
seperti tertahan-tahan, rambutku habis dijambak lalu ditekannya keras ke arah
vaginanya, dan tiba-tiba ia mengeluarkan lenguhan panjang yang diikuti dengan
tangisan. Di sela-sela sedu sedannya, aku dipeluk erat. Seluruh mukaku habis
diciuminya... (Gile juga ini cewek...!)

Tapi bukan itu saja yang membuatku senang, karena kami baru saja menemukan teknik
baru....!

"Mas, tadi masuknya dalam nggak?", Sinta mengambil vibrator putih yang tergolek di
sampingnya yang tadi waktu kita main, sempat kumasukkan ke anusnya. Ia mengelus-elus
ujung vibrator itu sambil menghidupkan dan mematikannya. Ulahnya itu membuatku
terangsang...

"Kenapa? Itu kamu sakit yah? Sorry, sayang. Kayaknya memang tadi agak dalam deh
masuknya..." Asap rokok yang baru kuisap membuatku tersedak dan terbatuk-batuk. Aku
menghampirinya di tempat tidur sambil menyodorkan secangkir kopi yang masih hangat.
Aku masih bertelanjang bulat. Si junior berdiri tegak agak mengacung ke atas, persis
seperti gantungan baju di pintu. Sinta menghirup
sedikit kopi itu lalu meletakkannya di meja sebelah tempat tidur. Ia lalu bergerak ke
arah pinggir tempat tidur. Kakinya diturunkan ke lantai. Ia duduk di pinggir tempat
tidur. Aku masih berdiri di depannya. Tanganku mengusap keringat di dahinya dan
merapihkan rambutnya yang berantakan. Ia lalu memeluk pinggangku. Si junior senang
saja menempel di pipi Sinta.

"Enggak kok... enak, malah! enak banget, nggak seperti biasanya...", Biasanya kalau
aku lagi menjilat vaginanya, aku senang memasukkan jariku di bagian analnya, karena
katanya nikmat. Dilepaskannya pelukannya lalu menyodorkan vibrator ke arahku.

"Mas, yang seukuran ini aja bisa masuk. Kalau itumu yang masuk, rasanya kayak apa,
yah? Pasti lebih enak...", kata Sinta. Tatapan matanya mulai nakal. Vibrator itu
dihidupkannya dan digesek-gesekkan di kontolku. Tanganku refleks menepis benda itu.
Geli rasanya... Ia tertawa...

"Mau coba...? Aku sih oke-oke aja...!" tanyaku. Si junior berdenyut-denyut, seolah
mengiyakan. Sinta mulai usil lagi. Ia meraih celana dalamnya yang tergeletak di atas
bantal dan menggantungkannya di kontolku. Diambil lagi behanya dan juga digantung
begitu saja. Sinta melirik ke arahku. Lagi-lagi lirikan nakal itu...

"Ngajak berantem nih anak...", kusingkirkan celana dan behanya dari kontolku lalu
kudorong ia ke belakang sampai ia terjembab di atas tempat tidur. Ia menjerit lalu
tertawa ngakak. Kedua tangannya kurentang dan kupegang erat lalu bibirku segera
melumat habis mulutnya. Ia meronta-ronta. Kulepas ciumanku. Nafasnya terengah-engah.

"Yang mesra dooong... Nggak bisa nafas nih... Ayo ulang lagi.. yang mesra yah...",
Tapi sebelum aku mulai menciuminya lagi, ia sudah menarik kepalaku dan mulai menciumi
bibirku dengan rakus. Tubuh kami sudah saling berhimpitan. Kembali kami bergelut.
Kuciumi leher jenjangnya yang putih. Ia mulai mengeluarkan desahan yang merangsang
itu. Ciumanku lalu mulai turun ke arah payudara, terus turun ke perut dan langsung ke
vaginanya yang sudah benar-benar basah. Kujilati sepuasnya, dan ia mulai mendesah
kencang... Kakinya yang masih berada di lantai kini terangkat. Aku kini berlutut di
pinggir tempat tidur sambil melumat dan mengisap klitnya yang agak panjang. Ia paling
suka kalau klit-nya kuisap... Sesekali kujilati -maaf- anusnya. Sampai bagian itu
benar-benar basah oleh campuran ludahku dan cairannya yang memang banyak. Kuambil
vibrator dan bersiap memasukkannya ke anusnya, seperti yang kami lakukan beberapa jam
lalu. Ujung vibrator yang bergetar itu mulai kumasukkan ke anusnya...

"Mas... coba pakai itumu dooong... please....! Pleaseeee...!", ia memohon. Matanya
masih terpejam, nafasnya memburu...

Aku melepaskan jilatanku. Tanganku masih mempermainkan klit-nya untuk mempertahankan
rangsangan. Masih dalam posisi berlutut, aku mulai mengarahkan kontolku ke ke anusnya.

**maaf kalau ada yang merasa jijik!**

Kedua kakinya kuangkat ke arah pundakku, sehingga punggunya agak tertarik dan anusnya
kini berada pada posisi yang pas. Kontolku mulai mengarah ke lubang anusnya. Jari-jari
tangan kananku masih bermain di klit-nya sambil sesekali membasahi anusnya dengan
cairan dari vaginanya. Kubuka anusnya sedikit dengan kedua jari kiri dan mulai
memasukkan kontolku. Lumayan susah juga aku mendorongnya.

"Jangan ditegangin, say... Kamu ngeden dikit deh.." aku berpikir dengan cara itu
anusnya akan sedikit lemas. Begitu ia mulai ngeden, seperti akan buang air, kontolku
mulai masuk dengan agak lancar. Bagian kepalanya si junior sudah masuk.

"Aahhh..", Sinta mengerang.

"Sakit, Sin...?" aku mulai khawatir..

"He.. eh.. sedikit..", Sinta mengigit bibir bawahnya...

"Yah udah.. jangan diterusin deh..."

"Jangan please... terusin mas... Coba deh basahin lagi biar licin...",Sinta memohon.
Jarinya mulai merangsang klit-nya sendiri.. Kuolesi batang kontolku yang tegang dengan
cairan dari vaginanya serta ludahku.

"Kita coba lagi..." Aku mulai khawatir...

"He.. eh... ayo buruaaannnn. Aku ada ide...!!" ia mulai tak sabaran.

Saat dia mulai ngeden lagi, buru-buru kudorong kontolku masuk. Saat sedang mendorong
masuk itu, tiba-tiba terasa kontolku agak tertarik ke dalam anusnya. Aku terkejut...

"Kamu apain..." tanyaku

"Udah buruaaannn... masuk lagi... ", ia tak menjawab

**belakangan aku tahu bahwa saat kontolku mulai masuk, ia lalu menarik anusnya ke
dalam persis seperti orang menahan kencing atau menahan buang air besar. Dengan cara
itu kontolku masuk dengan agak lancar.**

"Oke, ini yang terakhir..." Kontolku sudah 3/4 bagian di dalam anusnya.


Ia mulai ngeden, langsung kusambut dengan dorongan. Kali ini kontolku lancar masuk ke
dalam. Cairan di vaginanya yang meleleh ke arah anusnya membantu kontolku untuk masuk.
Seluruh batang kontolku kini berada di anusnya. Aku tersenyum ke arahnya...

"Enak mas... Sekarang mulai goyang mas... pelan-pelan dulu... agak sempit nih...!" Ia
berkata sambil menarik tanganku ke arah vaginanya. Kembali tanganku mempermainkan
vaginanya, sambil pelan-pelan menarik kontolku.

"Jangan keluar semuanya.. Masukin lagi... dorong lagi... please..." ia mendesah-desah
keenakan. Terus terang aku heran melihatnya menikmati hubungan anal ini..

"Pelan-pelan Sin... suaramu kenceng bener sih"

"Masa bodo..! Ayo dooong masuuuukin lagi...! Buruan...", Sinta kalau sudah nafsu
memang begitu. Ia bisa berubah jadi sangat otoriter.. Tak apa.. aku suka wanita macam
ini..

Kontolku kudorong masuk lagi. Kali ini lebih lancar. Tak lama kukeluarkan lagi, lalu
kudorong lagi berulang-ulang mulai perlahan-lahan sampai agak cepat.

Mulai muncul rasa nikmat karena jepitan anusnya yang kencang. Rasa khawatirku mulai
hilang, karena melihat Sinta yang mendesah-desah menikmati hubungan ini...

Rasanya kontolku di seperti remas-remas... Sesekali terasa otot anusnya menarik
kontolku...

"Kocok mas... kocok... Iniku mainin lagi...." ia menarik lagi tanganku yang sudah
mulai lupa mempermainkan klit-nya karena rasa enak di kontolku... Ahhhh.. rasanya
benar-benar nikmat, meski gerakan kontolku agak terbatas karena jepitan anusnya yang
kencang.

"Mas... mas... aduuh mas...! Ennaaakkhhkhh.... Akkhhh !!", TUbuh Sinta mulai bergetar.
Payudaranya yang besar terguncang-guncang. Keringat mulai membasahi badan kami berdua.
Keringatku menetes dan jatuh di perutnya. Terasa cairan nikmat itu mulai mengalir...
Aku hentikan sejenak
kocokan kontolku.

"Jangan berhenti...!! Ayo dooong.. nanggung nih...!", Sinta setengah membentak kesal..

"Aku udah mau keluar... Kalau keluar di dalam bagaimana..?"

"Biarin.. keluarin aja... ayooooh mas...", sikap tak sabarannya muncul lagi. Aku mulai
mengocok pelan... Sesekali pangkalnya kubasahi air ludah dan cairan vagina Sinta yang
malam itu basah sekali.

Sinta mulai mengerang... Tubuhnya bergetar lagi. Cairan nikmat itu mulai terasa
menjalar lagi. Siap untuk menembakkan kenikmatan keluar dari kontolku. Klit Sinta
terus ku gesek-gesek dengan jari. Sesekali kucubit dan kutarik klitnya..

Getaran tubuh Sinta mulai bertambah hebat. Yang keluar dari mulutnya cuma
dengusan-dengusan dan suara nafas yang memburu. Tubuhnya mengejang. Kakinya yang
tersampir di pundakku terangkat. Aku sempat kerepotan karena kakinya menendang
mukaku.. Tiba-tiba ia mengeluarkan lenguhan panjang. Badannya bergetar hebat.
Nafasnya seperti tertahan.

"Dia sudah diambang kenikmatan.." pikirku. Aku nekat mengocok kontolku di anusnya
dengan cepat. Cairan nikmat itu mulai berebutan keluar. Terasakan alirannya di batang
kontolku...

"Aaahhhhhh.... mmgppphhkhhh....!", Sinta menjerit sepuasnya...!! Tubuhnya menegang.
Tangisnya kembali meledak.

"Mmm..mas... ahhh...", kedua tangannya menjambak rambutnya sendiri... Kepalanya
menggeleng ke kiri dan kanan... Kubiarkan Sinta memasuki dunia kenikmatannya.
Sementara aku masih berusaha
memasuki dunia kenikmatanku. Konsentrasiku sempat buyar, karena memperhatikan gaya
Sinta yang jarang kulihat. Wanita kalau sudah orgasme, luar biasa ekspresinya... Sinta
tak lagi memperdulikan sekelilingnya. Ia menangis sepuas-puasnya...

Pelan-pelan aku menarik kontolku dari anusnya.

"Jangan.. jangan... mas.. keluarkan dulu, mas..." Tanpa pikir panjang, aku kembali
mengocok keras. Badanku menegang. Cairan yang sempat surut ke belakang, kembali
berebutan keluar.

"Terus, mas... akkhhh..!!", Sinta menyemangatiku di sela-sela sedu sedannya...

Terasa aliran itu di batang kontolku agak terhambat. Mungkin karena sempitnya jepitan
anus Sinta... Namun justru itu menimbulkan rasa nikmat yang benar-benar luar biasa.
Saat kutarik sedikit kontolku dari dalam anus SInta, semua cairan nikmat itu berebut
keluar.

"Keluar mas...? udah keluar...?" tanya Sinta

"Udahhhh.. akkggahhhh!!!" otakku rasanya sejenak berhenti bekerja dan dipenuhi dengan
rasa nikmat. Kakiku bergetar. Dengkulku agak sakit karena bergesekan dengan karpet.
Tapi yang kupikirkan cuma satu... nikmaaaaaaattt!!!

"Terus, mas... enak yah mas... teruuussss..." Sinta terus memberi semangat. Seluruh
isi tubuhku seolah tersedot habis. Saat tembakan terakhir, kutegangkan tubuhku sekuat
mungkin.

"aaahhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!", habis sudah tenagaku. Rambut dan seluruh tubuhku basah
oleh keringat. Lemas...

--oo--

Kontolku yang mulai melemas masih berada di dalam anus Sinta. Ia suka merasakan
denyutan-denyutan kontolku di dalam anusnya.

"Udah ya, Sin..", pelan-pelan kontolku aku tarik keluar. Tidak terlalu susah karena si
junior ini sudah mulai mengecil. Sinta meringis, saat batang kontolku kutarik keluar.

Kepala kontolku kini sudah keluar, diikuti oleh cairan kental berwarna keputihan yang
mulai meleleh keluar dari lubang anus Sinta. Sekeliling anusnya memerah. Kucolek
cairan sperma yang keluar dari anus Sinta dan kuolesi di sekeliling lubang anusnya.

"obat.. biar nggak lecet...", kataku. Sinta cuma tersenyum sambil meringis.

"Enak, mas..!", cuma itu yang keluar dari mulutnya. Sesekali ia meringis. Kutarik
Sinta ke pinggir tempat tidur dan kududukkan, agar semua cairanku itu keluar dari
anusnya. Tubuhnya nampak lemas.

Aku mengambil tissue di meja kecil dekat tempat tidur dan mulai membersihkan kontolku
yang belepotan sperma. Namun Sinta kemudian meraihnya.

"Aku yang bersihin...!", tangannya mulai menggenggam kontolku. Ia mau menjilatnya..

"Jangan.. ! Kotor, Sin.. ", aku menolak. Bagaimanapun, anus adalah tempat kotoran..

"tapi aku mau cium.. Aku mau bilang terimakasih sama si junior.. !!", suaranya seperti
orang mabuk, karena lemas. Tangannya mengusap kepala kontolku.

"yuk kita bersihin dulu..." kuajak Sinta ke kamar mandi.

"Gendoooong...", Sinta merajuk. Tangannya menjulur ke arahku seperti seorang anak
kecil yang
minta digendong ibunya. Aku menunduk, kedua tangannya kulingkarkan di leherku.
Tanganku mengangkat kedua pahanya, dan dengan sempoyongan kugendong dia masuk kamar
mandi...

Angin malam di pinggir pantai Ancol bertiup kencang. Aku dan Sintaku berendam dalam
air hangat di bathtub. Lampu kamar mandi sengaja kumatikan. Suasana kamar mandi
temaram. Yang ada cuma cahaya dari lampu baca di luar...

Aku duduk bersandar pada pinggur bathtub. Sinta tertelungkup di atasku. Kepalanya
bersandar di dadaku. Tubuh telanjang kami terasa segar berendam di air hangat...
Tanganku mengelus-elus rambut Sinta...

"Mas... janji yah, sayang aku terus...!!", suaranya lirih. Kepalanya terangkat. Ia
menatap mataku dalam-dalam.

"Iya, Sin... percaya deh...!!", kucium keningnya. Ia kembali menyandarkan kepalanya di
dadaku. Tangannya memeluk erat tubuhku.

Aku benar-benar tergila-gila padanya...

--oo--

** Mohon maaf kalau ada yang merasa tak nyaman atau jijik membaca ceritaku. Seperti
kubilang di posting yang lalu, antara kami berdua sudah tak ada lagi rasa jijik atau
geli. Dan satu hal lagi, sampai saat ini kami berhasil menahan untuk tidak melakukan
hubungan kelamin sebagaimana layaknya hubungan seks normal. Mungkin ada yang tak
percaya atau menganggap kami munafik karena apa yang kami lakukan sudah sangat jauh
tak ubahnya hubungan seks biasa. Tapi kami tetap tertantang untuk menyisakan yang satu
itu bagi malam pengantin kami. Sinta pernah secara bercanda berkata, "Aku sih mau aja
mas ngasih kamu yang satu ini..", katanya sambil mengelus bagian vaginanya. "Tapi
nanti kalau kita kawin, udah nggak seru lagi dooong", katanya sambil tersenyum...

Sejak saat itu kami sering melakukan hubungan anal. Tapi sedikit pesan bagi yang mau
nekat mencoba. Buang jauh-jauh rasa jijik, dan jangan lupa pakai kondom. Sejak
pengalaman pertama ini, kami selalu melakukannya dengan kondom dan cairan pelicin yang
aman yang banyak dijual di toko yang menjual alat sex di Jakarta. Rasanya bahkan lebih
nikmat karena permukaan kondom yang licin dan sudah pasti lebih aman. Karena
bagaimanapun juga, bagian anal adalah tempat keluar masuk kotoran. Karena itu lebih
baik bersikap aman... Yang tak kuceritakan di atas tadi adalah Sinta sempat merasakan
sakit di bagian analnya karena lecet dan juga di bagian pinggang. Aku sempat tak
berani mencoba lagi, tapi ternyata saat hubungan berikutnya, ia sudah tak merasakan
sakit lagi.

Kalau anda sudah membaca sampai di bagian ini, berarti anda sudah membaca seluruh
kisah kami kali ini. Terimakasih banyak. Di bagian berikut akan coba kutuangkan
pengalamanku yang lain dengan Sinta yang memang sering rada-rada gila. Ada yang pernah
merasakan nikmatnya masturbasi dengan payudara wanita? Atau dengan buah-buahan? Atau
'main' di dalam mobil yang sedang melaju kencang di jalan tol? atau.... di tengah
kesibukan kerja di kantor? Tak ketinggalan, The Phone Sex dalam arti lain... Itu hanya
beberapa 'eksperimen gila' kami hehehe!! Nanti di kisah berikut akan kuceritakan. Itu
juga kalau ada yang berminat, atau ada yang mau bagi-bagi hasil eksperimennya.

Buat Sintaku: You're one of a kind, girl... I love you more than anyone...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar