Kamis, 13 Agustus 2009

Sintaku(part three)



Meskipun di kantor aku dikenal pendiam dan sangat penurut sama bos, tapi dalam hal
seks aku selalu menganggap diriku masuk dalam kategori maniak. Beruntung aku bertemu
dengan Sinta yang ternyata memiliki kegilaan yang sama bukan hanya dalam soal seks,
tapi dalam kebiasaan atau hobi-hobi lainnya. Aku selalu menikmati setiap
kebiasaan-kebiasaan yang kami ciptakan berdua. Kalau sedang iseng, kami suka mengakses
situs-situs seks di internet. Gambar jorok bukan favorit kami. Kami lebih suka mencari
situs-situs seperti cerita seru, atau seksologi. dengan satulelaki.com atau satuwanita.com buatan satunet.com. Dia sering ikut dalam
forum diskusi di sana, khususnya mengenai seks.>

Selain itu, sejak awal pacaran, kami punya diary yang selalu kami isi sama-sama.
Macam-macam isinya. Kalau lagi marahan, kami mencurahkan isi hati masing-masing di
diary itu lalu membacanya bersama. Kegilaan kami pun tergambar di diary itu. Kadang
kami melakukan apa yang kami sebut hubungan seks dengan pulpen. Biasanya aku atau
Sinta memulai dengan menuliskan beberapa kalimat jorok yang kemudian bergantian kami
menulisnya. Dulu kami bisa berjam-jam bermain tulis menulis ini. Sebetulnya ingin aku
menyalin beberapa isi diary itu untuk kumuat di sini, tapi Sinta tak mengijinkan.
Katanya itu cukup untuk kita berdua saja...

Pernah pula suatu hari aku membawa pulang sebuah kamera digital punya kantor dan
kupakai untuk memotret Sinta dan aku yang sedang telanjang bulat dalam berbagai pose,
lalu aku print dan ditempel pada buku diary kami itu. Mulai dari foto seluruh badan,
foto kami dalam berbagai posisi, seperti posisi 69, foto aku sedang menjilat vagina
Sinta dan kebalikannya, sampai foto close up alat kelamin masing-masing dalam ukuran
yang besar. Semua kami tempelkan di diary itu lengkap dengan komentar-komentar jorok
dari kami berdua.

Pose Sinta tak kalah hebat dari pose Asia Carrera di internet. Carrera..?>. Buku itu kami simpan dengan sangat hati-hati agar tak dibaca orang lain,
sementara file foto digital itu kami hapus. dengan video malam pertamanya... Eh, aku punya lho clip pendek video itu dalam format
mpeg. Kalau ada yang mau silahkan kirim email via japri.. Katanya sih asli, dam memang
orang di video itu persis seperti Yuni Shara...>. Boleh percaya, boleh tidak, saking
takutnya buku itu hilang atau dibaca orang lain, kami berencana menyimpannya dalam
safe deposit box di salah satu bank langganan kami kawasan Melawai. Soalnya pernah
nyaris dibaca sama ibunya Sinta... Paling nanti buku itu akan kami ambil pada
saat-saat tertentu, kalau mau dibaca atau ditulisi... Kelak suatu saat nanti, mungkin
saat sudah tua, buku itu akan kami hancurkan agar jangan sampai jatuh ke tangan anak
cucu... malu!

Obsesi kami sekarang adalah memotret malam pertama kami nanti, saat kami sudah
menikah. Saat dimana akhirnya si junior akan habis-habisan mengeskplorasi setiap
jengkal dalam vagina Sinta... ahhh.. Sialan..! Jadi terangsang..! Jadi terbayang tubuh
telanjang Sinta.

Wah jadi ngelantur kemana-mana nih.. Sorry... sorry..., aku lagi kangen banget sama si
Gila itu... (sudah seminggu kita nggak ketemu... bayangkan kalau ketemu nanti...
hahhh....!!!)
"Eh, gila... kamu lagi baca ccs nggak...? Kangeeenn... tau!!!"

Salah satu bagian dari tubuh Sinta yang paling kusuka adalah payudaranya yang besar
dengan puting yang agak panjang. Kalau aku lagi mau main-main dengan payudaranya,
biasanya kami menyebutnya main klakson... hehehe. Sinta tak pernah keberatan dengan
julukan itu. Yang penting, jangan disebut 'tetek". Kampungan, katanya...! hehe...

Suatu malam Sabtu aku main ke rumahnya. Kami putuskan berakhir pekan di rumahnya saja,
pertama karena malam sabtu sebelumnya kami sudah sempat menginap di luar, kedua Sinta
sedang berhalangan, alias lagi dapet. Tapi jangan salah..! Lampu merah bukan halangan
bagi dua orang gila ini. Jangan khawatir, kami tidak akan menerabas lampu merah itu.
Kita lebih suka mencari jalur lain yang lampunya tidak merah. Apa maksudnya? baca
teruuusss...

Setelah beramah tamah dengan kedua orangtuanya, kami ngobrol di ruang tamu. Biasalah,
ngobrol orang pacaran, sampai akhirnya obrolan kami mulai merembet ke hal-hal yang
berbau-bau jorok.

"Mas, liat aku deh...", Sinta memegang pisang ambon yang diambilnya di atas meja tamu.
Dikupasnya pisang itu lalu memasukkan sebagian ujungnya dimasukkan ke mulutnya.
Mulutnya mengulum pisang itu, lalu dikeluarkannya dan dijilat-jilat. Matanya merem
melek... Lidahnya lalu menjilat bibirnya namun justru membuat bibir itu mengkilat dan
tampak seksi.

"Heh... gila...! Ntar aku pengen lho...!", aku berbisik pelan.

"Emangnya aku nggak pengen... udah lama nih...!!", ia tersenyum nakal..

Tangan kiri Sinta pelan-pelan mengangkat kaus putih yang dipakainya sampai payudaranya
yang besar dan putih itu menyembul. Ia ternyata tak memakai BH. Aku mulai nafsu campur
panik, takut orang tuanya yang sedang nonton TV di ruang sebelah muncul.

Ujung pisang yang tadi dikulum dan masih basah oleh air liurnya Sinta itu kini
ditempelkan pada puting payudaranya. Ia membuat gerakan memutar-mutar ujung pisang itu
di putingnya.

Mulut Sinta membuat gerakan seolah sedang mendesah, tanpa tak mengeluarkan suara.
Matanya terpejam menikmati. Nampak puting Sinta yang memang agak panjang itu mulai
mengeras...

"Sial!! Ini orang nyari gara-gara...!" aku mengumpat dalam hati.

Pisang yang sangat beruntung itu kini disodorkan ke ke arahku yang duduk di sebelahnya
di sofa ruang tamu. Tangan kirinya perlahan kembali menurunkan kaus putihnya, tapi tak
bisa menyembunyikan bentuk putingnya yang mulai menegang itu. Ia lalu memasukan pisang
itu ke mulutku yang memang sedang ternganga melihat adegan gila Sinta.
Diputar-putarnya pisang itu di dalam mulutku, aku mengulumnya. Ia kemudian menarik
pisang itu dari mulutku lalu kembali di masukkan ke mulutnya, dikulum sebentar lalu
dikunyah dengan ekspresi yang bikin aku memaki dalam hati... Sambil mengunyah, tangan
kiri Sinta bergerak pelan mengelus si junior...

"Pisang sialan...", aku cuma bisa dibuat terbengong menyaksikan adegan gila itu...

Tiba-tiba terdengar suara dari belakang yang membuat kami terkejut..

"Sin, mamah sama papah tidur yah.. jangan lupa matiin televisi...!"

"Iya mah...!" Sinta berteriak menoleh ke belakang, ke arah ruang keluarga.

"Selamat tidur, tante...!!", aku ikut berteriak.

Ibunya Sinta menongolkan kepala dari pintu ruang keluarga.

"Aduuuh yang lagi pacaran.. Tante jadi ngiler... Awas lho, kesambet setan... Makanya
buruan deh, ngapain sih lama-lama pacaran..."

Aku menoleh ke belakang, "Iya tante...!"

Tak lama terdengar bunyi pintu kamar ditutup dan dikunci.

Kesempatan sudah terbuka. Kutarik kepala Sinta dengan kasar, dan langsung kulumat.
Kuremas payudaranya sekuat tenaga. Sinta mengeluarkan lenguhan pelan... Kami saling
berciuman sambil menjaga agar tidak terlalu mengeluarkan suara yang bisa membuat
curiga orang tuanya. Sinta meremas-remas kontolku yang sudah mendesak minta keluar
dari balik celana jins hitamku.

Sinta mengajakku pindah ke lantai. Dengan cara ini, kami berdua jadi terhalang oleh
sofa hitam besar di ruang tamu Sinta, sehingga tak akan nampak, kalau kebetulan ibunya
bangun.
Ia berbaring telentang. Aku berlutut di atasnya dengan tubuh Sinta berada diantara
kedua kakiku.

"Buka dong mas... buruan...!", Sinta menarik-narik celanaku... Kalau sudah tak sabaran
begini, ia pasti lagi sangat nafsu. Heran, lagi dapet masih aja bisa nafsu...

Kuturunkan celana jins dan celana dalamku sampai sebetas paha. Si Junior langsung
disambut oleh cengkeraman tangan Sinta yang mulai membimbing kontol itu ke arah
mulutnya. Aku mengikut dengan menggeser tubuhku hingga kepala Sinta berada di antara
kedua kakiku. Sinta menyambut dengan menjilat-jilat buah zakarku yang bergelantungan
di hadapan matanya. Geli tapi enak. Tangannya mulai mengocok kontolku.

"Sin, buruan iseeep dooong!!!", bisiku tak sabar...

Sinta serta-merta memasukkan kontolku ke mulutnya. Ia mulai mengisap, dan melakukan
gerakan menelan seolah akan menelan habis kontolku. Aku cuma bisa mendesah-desah
keenakan. Tangan kirinya mulai menekan-nekan bagian yang terletak di tengah antara
kontol dan lubang anus.

**kami pernah baca, ini katanya G-Spotnya pria, asal menekannya dengan benar akan
menimbulkan rasa nikmat**

Benar saja, kepala si junior terasa menjadi lebih besar. Sinta terus mengisap sambil
menekan-nekan bagian itu. Ia ahli sekali... Tak lama aku mulai merasa aliran cairan
nikmat yang misterius itu mulai bergerak dari tempat asalnya. Wah, cepat benar.. aku
belum puas nih... Kutarik kontolku dari mulut Sinta hingga terdengar bunyi "POPPPP!!!"
yang lumayan kencang karena Sinta masih mengisapnya. Ia terkejut.

"Ssshhh.... Kenapa? kok ditarik...?", bisiknya...

"Aku udah mau keluar... !", aku tersenyum ke arahnya.

Malam semakin larut. Si kupluk, anjing Sinta tiba-tiba muncul dan memperhatikan kami.
Kepalanya sesekali dimiringkan, lidahnya terjulur keluar.

"Sshhh... Kupluk... sana pergi..!", anjing keparat itu kuusir... Aku memang benci
anjing..!

Kaus putih yang dipakai Sinta, kusingkapkan ke atas. Kontolku kini kupermainkan di
mulutnya. Ku gesekkan di bagian hidungnya, jidatnya, pipinya, terus turun ke dagu,
leher sampai ke payudara. Sesekali Kuayun-ayun kontolku seolah memukul putingnya, lalu
kubuat gerakan memutar di sekitar putingnya. Kedua tangan Sinta meremas-remas
payudaranya sendiri. Tiba-tiba Sinta menarik kontolku di antara belahan payudaranya,
lalu menekan payudaranya ke arah dalam hingga kontolku terjepit dua payudara besarnya.

Wah, gaya baru nih...! Kontolku yang masih berlepotan air liur kugerak-gerakkan maju
mundur di sela-sela jepitan kedua payudara Sinta. Ternyata enak juga..

"Ayo mas.. terus....! Jangan berhenti...!"

Gerakanku semakin lama semakin cepat. Cairan nikmat itu kembali bergerak cepat
berebutan ke luar.

"Siiinn... akk.. aku keluarin yah...", aku tak mau buang-buang waktu...Cairan itu
pasti marah kalau tak keluar malam ini.

"Iyah.. iyah... ssshhhh jangan keras-keras, mas...!", Sinta mengingatkan bahwa kita
sedang tidak berada di kamar hotel...

Kupercepat gerakan pinggulku... Kedua tanganku membantu tangan Sinta untuk menekan
payudaranya ke arah dalam sekuat tenaga agar jepitannya semakin kencang terhadap
kontolku.

"Sinnn... aku mau keluar... aku mau keluar.... ah... ahhhhh !!"

Sinta mengangkat kepala dan melihat ke arah payudaranya. Mulutnya dibuka, menunggu
muncratnya cairan itu... dan...

"Ahhhhhhhhh.........!!!", aku berusaha menahan suaraku, takut terdengar ibunya Sinta.

Ratusan juta sperma berloncatan keluar dari kontolku. Gesekannya dengan saluran bagian
dalam kontolku saat akan keluar menimbulkan kenikmatan luar biasa... Sebagian masuk ke
mulut SInta, yang langsung ditelannya, sebagian lagi membasahi payudara, dada leher
dan dagu Sinta...

Sejenak aku tak ingat apa-apa lagi... Yang terpikir cuma enakkk!!!

Aku masih berlutut diantara kedua tubuh Sinta yang tidur terlentang di atas karpet.
Dengan tissue kubersihkan ceceren sperma di payudara, leher dagu dan bibir Sinta.
Sinta menatapku sambil tersenyum.

Sinta mengulurkan tangannya sambil berbisik, "Mas, peluk aku..!"

Kurebahkan tubuhku di atasnya. Ia memelukku dengan erat. Bibirnya membisikkan sebuah
kata-kata yang selalu membuatku tidak berdaya...

"Mas, janji yah... Kamu akan terus sayang sama aku...!"

Kupeluk erat tubuh Sinta.

Aku tak perduli saat Si Kupluk, anjing sialan itu kembali muncul. Ia meloncat ke atas
sandaran sofa, dan menyaksikan kami berdua yang sedang berpelukan di lantai.

Temaram lampu hias di langit-langit ruang tamu dan suara musik dari televisi di ruang
keluarga Sinta membuat suasana semakin romantis. Sinta terus kupeluk dan kupeluk....

"Siiin... Sinta.....!!", suara ibu Sinta dari dalam kamar mengejutkan kami berdua yang
sedang saling bertindihan. Sinta buru-buru menyuruhku bangun dari atas tubuhnya.
Terdengar kunci diputar yang diikuti oleh suara pintu terbuka... Aku tak jadi
bangun... Kami cuma bisa terdiam di lantai dengan muka pucat, sambil berharap ibunya
Sinta tidak melangkah ke arah ruang tamu, apalagi melihat ke balik sofa...

"Siiinn...! Sinta...!!", suara itu semakin jelas terdengar diikuti oleh langkah menuju
ke arah ruang tamu. Darah seolah tak mengalir lagi dimukaku... Teringat si junior yang
belum kumasukkan ke sarangnya...

"Guk...! guk...!", aku menoleh ke atas. Anjing keparat yang sedang nangkring di atas
sandaran sofa itu menggonggong ke arah kami di lantai. Buru-buru kututup mulut Sinta,
takut ia berteriak mengusir si kupluk...!

"Kupluk...?! Kamu mulai bandel lagi yah... Kan nggak boleh naik ke sofa... Hayoh..
sini...", suara Ibunya Sinta terdengar tambah dekat.

"Guk..!" anjing sialan itu berlari menghampiri ibunya Sinta.

"Dasar anjing nakal.. hayoh sana tidur di luar... Siapa sih yang ngasih masuk kamu?
Pasti Sinta... haduuuh itu anak kalau sudah pacaran..." , ibunya mengomel sendiri.
Suaranya terdengar menjauhi ruang tamu. Tak lama kemudian terdengar suara pintu kamar
ditutup dan dikunci kembali.

Perlahan-lahan aku keluar dari pintu belakang ditemani Sinta. Di depan pintu, ia
menciumku sepuas-puasnya...

"Besok anjing keparat itu akan kubelikan daging sepuluh kilo!!!"

**Hahh..... rasanya jantung mau copot kalau mengingat cerita ini lagi. Tapi anehnya
saat-saat itu justru aku merasa lebih terangsang, mungkin karena tegang...

Terimakasih buat yang sudah membaca kisah kami yang ketiga ini. Sampai jumpa..

Buat Sinta: I miss you, gila!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar