Kamis, 13 Agustus 2009

NAOMI (2)



Tidak Terasa sudah hampir 2 bulan saya menjaga Tante OLGA dan harus kembali ke bangku
kuliah saya di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di kota saya (padahal selama
semester kemarin kerjaannya hanya demonstrasi di MPR/DPR), langsunglah saya sibuk
dengan yang namanya diktat dan sedikit penelitian karena semester ini gue ambil
skripsi (bukan non skrip) dan 1 mata kuliah mengulang. Jadi sekarang saya tidak
menjaga tante Olga, 24 jam penuh tetapi hanya malam hari kecuali hari libur kuliah
tentunya (itu menurut perjanjian).

Hari pertama perkuliahan dimulai, walaupun pada hari itu hanya sekedar mengisi jadawal
perkuliahan untuk semester ganjil 1998/1999. Habis memilih dosen untuk menjadi dosen
pembimbingku dalam menyelesaikan skripsi tentunya dengan konfirmasi dosen yang
bersangkutan, gue balik sebentar ke tempat kost-an gue, buat tiduran sebentar,kayaknya
badan gue pegel banget, habis udah berapa malam ini, gue kaga tidur.
"Tok.. Tok..Tok, Mas Alpha, mas alpha" Suara Anida (pacar gue yang bohai itu
(170,36C,36,60))
"Masuk Nda, ngga dikunci koo" jawab gue
"Mas Alpha kenapa, koo siang-siang tiduran, ngaa ke kampus ?"
"udah" jawabku males "nda, tolong mas yaa, kerokin mas donk, kayaknya mas masuk angin
nih, mau khan, please.... ?"
Dengan nada memelas, mungkin kasihan sama gue, terus si Anida udah ambil balsem sambil
nanya
"mas Alpha, mas punya uang seratusan logam ?"
"punya" jawabku singkat,
"lhoooo.. maaas kok kaosnya belum dibukaaaa..?" katanya ketika melihatku masih tiduran
dan belum membuka T-shirtku.
Tanpa menunggu perintah dua kali langsung saja kubuka T-shist dan balikkin badan, agar
Anida bisa leluasa 'ngerok' bagian punggung gue, setelah berapa lama Anida 'ngerok'
bagian belakang, langsung gue balik badan terus ngomong
"nda bagian depan belum",
"memangnya dada juga dikerok ?", tanyanya polos.
"Iya, entar angin yang dari punggung bukanya keluar malah bisa pindah ke dada" jawab
gue ngasal, dengan terpaksa Anida 'ngerok' bagian dada gue.

Sambil Anida 'ngerok' gue lihat dada Anida turun-naik bikin nafsu aja pikirku dan
tanganku ini mulai cari kesempetan buat mengelus buah dadanya yang lumayan cukup besar
(36C),
"Maaaaas jangan nakal.. donk, entar ngaa Anida kerokin nih" namun tanpa menampik
tangan gue dari buah dadanya
("Wah lampu ijo al, udah sikat aja, kapan lagi bisa ngerasain 'sorga dunia'nya si
Anida, siapa tau loo mati besok ") kata setan burik sebelah kiri, namun malaikat putih
sebelah kanan berkata
("Alpha, ingat apabila kamu lanjutkan itu dosa besar, perjinahan namanya !, jangan
dengar setan burik sebelah kirimu, dia hanya ingin menjerumuskanmu ke limbah dosa, dan
kamu tau !, api neraka balasannya !, kalau mengenai hubungan badan dengan lawan jenis,
saya yakin pasti kamu pasti akan mengalami, kelak dengan istri kamu").

"..aaaaaah" desis Anida merasakan rangsangan di sekitar buah dadanya,
Sambil tangan kanannya menggerayangi kemaluanku dari luar celana yang kupakai, dan
melupakan pekerjaan 'kerokan' nya
("hore, terus alpha, terus") kata setan burik sebelah kiri lagi yang bentuknya sekaran
sudah semakin besar di ruang kepalaku dan dengan sekali tinju ke arah malaikat putih
sebelah kanan langsung menghilang tanpa sempat untuk 'meng-double cover')

Langsung saja kulepas ciumanku dan mulai mencoba untuk membuka T-shirt yang dikenakan
Anida, tanpa susah payah kubuka seluruh pakaian Anida sebelah atas, bahkan Anida
membantu untuk membuka Bra yang dikenakannya, setelah kaitan Bh-nya terlepas, tangan
ini mulai meremas buah dada nan ranum sebelah kiri dengan remasan halus, seperti
remasan apabila kita ingin membuat adonan kue donat, mirip iklan rokok .... ....
(edit oleh gue sendiri, karena produsen rokok itu belum memberi fi ) dan tidak
ketinggalan lidahku mulai bermain di 'bukit berbunga' milik seorang perempuan bernama
Anida sebelah kanan, dimulai dari bagian bagian luar dan terus menjilat melingkar
sampai akhirnya berhenti di puting yang sudah mulai mengeras megajak untuk minta
dikulum dan dihisap, begitu sebaliknya.

"ooooh.... Alpha.... teruuuus... ooooh..... lebih.... keras.... oooohh", sambil
memegang kepalaku.
Rupanya Anida telah mulai memasuki babak baru bagi seorang perempuan dewasa dengan
"O"-nya, seketika keberhentikan permainan lidah dan tanganku,
"Loo... kenapa berhenti sayanng"
"Anida, kubuka pakaianmu yaa" pintaku (Anida memang masih mengenakan Celana jeans-nya,
demikian dengan aku), (memang biasanya apabila kami bermesraan, biasanya hanya sebatas
dada tidak lebih).
"Engga usah al, kamu buka pakaianmu aja, biar aku sendir yang buka pakaianku" jawab
Anida,

Tanpa menjawab, langsung kubuka celana jeansku serta celana dalamku untuk memberi
ruang bagi penisku untuk bernafas dan menampakkan diri, demikian dengan Anida sehingga
dapat dengan jelas kutatap keindahan tubuhnya yang baru pertama kali ini kulihat polos
tanpa busana tersebut, dan mulai menikmati setiap sudut lekuk dari tubuhnya, rupanya
Anida mengetahui bahwa diriku sedang menikmati pemandangan indah yang diberikannya,
dengan malu Anida menutup matanya dan sedikit menutup gundukan kecil berambut di
pangkal pahanya, dengan perlahan kutarik Anida menuju tempat tidur untuk memulai
'pergumulan sexual' kedua kami, dimulai dengan melumat bibirnya dan terus berusaha
merangsek masuk untuk memilin lidahnya, sedang kakiku berusaha untuk membuka pahanya
agar 'sarang burung' tersebut dapat sedikit terbuka guna memudahkan pendaratan 'sang
burung' milikku,

Tanpa perlu dituntun lebih lanjut 'sang burung' kebanggaanku mulai hinggap dan mencoba
untuk masuk lebih dalam namun hanya sampai pada jepitan kecil kedua mayor-nya karena
kurasakan bahwa liang itu begitu sempit,
"Aaaaaa... pelan-pelan yaa mas"
"iyaa sayang, mas pelan-pelan"
"kalau Anida bilang sakit, berhenti yaa mas, Anida khan belon pernah" jawab Anida
Mendengar pernyataannya tersebut, maka kuurungkan sementara kegiatanku lebih lanjut.
"Anidaaa, kamu, kamu, masih perawan ?" tanyaku menyelidiki,
"Iyaaa... Masss, memangnya kenapa kalau Anida masih perawan"
"Enggga, Maksud mas apa Kamu yakin, karena mas tidak ingin memperkosa kamu" sambil
kembali peperangan antara setan burik dan malaikat terjadi di dalam ruang kepalaku dan
untuk kedua kalinya setan burik yang menang,
"Teruskanlah Al, pokonya gue pasrah sama elo, memang kejadian ini udah lama gue
nanti-nantiin, dan kupikir kamulah laki-laki yang pantas untuk kupersembahkan
keperawananku ini" katanya dengan nafas tersengal-sengal serta kembali menarik tubuhku
untuk segera menindihnya kembali sehingga kedua bagian tubuh kami mulai menemukan
pasangannya.

Dengan perlahan kembali kuusahakan penisku ini yang tidak terlalu panjang namun karena
urat-urat penisku terlihat menonjol sehingga menambah kegagahannya berusaha mencoba
masuk memasuki liang perawan milik Anida, terdengar sedikit erangan Anida dan ....
"Aoou" jeritku karena Anida menggigit pundakku,
Rupanya penis ini telah merusak dinding tipis keperawanan Anida dan kuberhentikan
sejenak genjotan penisku menunggu meredanya sakit yang dialami oleh anida dan
membiarkan penisku tetap didalam vagina Anida sehingga dapat merasakan sensasi yang
hangat menjalar mengalir di seputar penisku oleh darah keperawanan anida.

Setelah agak tenang kembali kuturun-naikkan dengan pelan pantat ini mencoba sensasi
liang kewanitaan yang baru saja kehilangan keperawanannya,
"Al......pha...... terus.... terus........." erangan tersebut menjadi suatu tanda
bagiku bahwa sakit yang dirasakan sudah berkurang dan mungkin sudah berganti menjadi
kenikmatan senggama sehingga kupercepat ritme permainan tarik-ulur penisku yang
membuat vagina Anida terlihat kembang-kempis tersebut, Orgasme telah terjadi entah
terjadi beberapa kali bagi Anida (itulah salah satu keuntungan khusus yang diberikan
untuk kaum perempuan yang dapat mencapai orgasme berkali-kali, sedangkan pria hanya
segelintir yang mempunyai kemampuan demikian) sedangkan aku mungkin hanya sekali dan
harus butuh istirahat yang cukup untuk kembali Orgasme seperti yang kurasakan sekarang
ini, langsung saja aku tarik keluar penisku, karena aku tak ingin merusak lebih jauh
Anida, dan mengarahkannya ke samping, namun Anida membimbing penisku ke dadanya dan
menginginkan agas penisku menumpahkan 'cairan laki-laki'-ku di dadanya, dengan sekali
urut langsut
"Crrroooootttt......... Crrroooootttt......... Crrroooootttt.........
Crrroooootttt..." empat kali penisku memuntahkan cairannya dan kurasahan rasanya puass
buanget.

Kucium bibirnya, keningnya serta pipinya seraya mengucapkan
"Terima kasih, sayang"
"Aku Cinta Kamu, Alpha, Aku Cinta Kamu!",
Dengan sigap kubereskan seluruh pakaian yang telah berserak di lantai lalu menuju
kamar mandi dan keluar dengan handuk basah untuk membersihkan tubuh Anida yang penuh
dengan peluh, sambil kubersihkan tubuh Anida kuucapkan
"Maafkan, Mas-mu ini yaa Anida" sambil melihat sebercak darah di seprei,
"Ngga ada yang dimaafkan ko mas, mungkin kalau bukan kepada mas kuserahkan
keperawananku, mungkin pula akan direnggut oleh laki-laki yang tidak kucintai"
(memang percintaan kami, tidak direstui oleh kedua belah pihak, dan kudengar Anida
sudah dijodohkan dengan pria pilihan orang tuanya).
"Nda, kamu mandi yaa. itu masih ada handuk bersih di lemari, terserah kamu pilih yang
mana" kataku memecah keheningan diantara kami.

"Alpha, aku pulang dulu yaa" Kata Anida setelah selesai mandi dan kembali berdandan.
"Loh Koo Cepet banget, entar aja"
"Udah sore nih, takut bokap-nyokap gue nyariin, nanti kalau Bo-nyok gue marah, repot
gue" katanya sambil ngasih ciuman di pipi gue,
(habis kalau dibibir, engga enak sama tetangga, Maklumlah budaya kita belum siap untuk
menerima itu).
Selesai mandi rasanya badan ini ngasi signal bahwa gue perlu istirahat. Baru badan ini
hinggap di tempat tidur terdengar bunyi 'Ti..Li..lit' bunyi nada panggil dari phonesel
gue,
"Hallo"
"Alpha, loh kemana aja, lo matiin yaa phonesel loo" kata suara itu, yang engga lain
suara Omega (adik gue)
"Ehh, Ada apaan mega"
"loo, engga ingat sama tugas elo untuk jaga tante Olga"
(yaa ampun gue sampe lupa bahwa gue punya tugas jaga tante Olga)
"Iyaa.., iyaaa... gue pasti nyampe disana"
"pokonya gue engga mao tau, loo harus sampe dalam 15 menit" kata Omega. Langsung saja
kuraih kunci mobilku dan ngacir pake toyota hard-top (bukan iklan, karena jenis mobil
ini sudah tidak diproduksi lagi) kebanggaanku ini, jam 6 begini mana mungkin sampe ke
rumah sakit dalam lima belas menit pikirku (habis kalau pas jam pulang kantor di
kotaku ini naik motor pasti lebih cepat dari pada naik mobil).

Empat bulan sudah tante Olga-ku yang NAOMI itu dirawat dan bulan Nopember ini adalah
bulan dimana Tante Olga akan menerima obat kemotherapi-nya yang pertama, dan sebelum
obat 'kemo' itu masuk, masih banyak lagi prosedur-prosedur pengobatan yang harus
dilakukan. Waktu itu kalau tidak salah 2 hari sebelum 'kemo' saya lihat tante Olga
kelihatan murung, kucoba menghibur dengan joke-joke, tante Olga hanya ngasih respon
pasif banget (padahal sebelum ini apabila gue kasih joke yang lumayan lucu, tante gue
pasti ketawa),
"waaa, gimana yaaa" pikir gue, sambil nanya
"Apasih yang tante pikirin ?, kasih tau alpha donk... ?"
"Tante takut, pha, tante bayangin besok tante mati !"
"Tante..., tante ngaa boleh ngomong gitu, alpha yakin tante akan hidup 50 tahun lagi,
punya suami yang ganteng, punya anak yang imut-imut, khan penyakit kanker udah bisa
disembuhin, " kata gue untuk mencoba membangkitkan semagatnya, sambil gue berdoa dalam
hati minta supaya cobaan yang diberikan TUHAN kepada kami dapat segera cepat berlalu.

Hari ini, hari dimana Tante gue menerima kemotherapi-nya yang pertama, sebelum tante
Olga dibawa ke kamar operasi, gue ajak tante gue untuk sembahyang bersama meminta
kekuatan dari TUHAN YANG MAHA KUASA dan meminta agar kemotherapi-nya berjalan dengan
lancar. Sambil mendorong tempat tidur tante Olga, Tante Olga sempat ngomong
"Alpha, doain tante Olga terus yaaa, dan jangan nakal !".
Kucoba menjawabnya namun kurasa keluh mulut ini dan hanya anggukkan kepala saja yang
bisa kulakukan untuk menjawabnya. Setelah beberapa jama Kemotherapi pertama telah
dilalu tante Olga dengan baik
Dan pada suatu hari gue berkata :
"tante rambutnya, alpha cukur semuanya yaa, kan jelek keliatan, masa rambutnya cuma
nemplok di samping sedikit, jadi kaya orang gila aja" (itulah salah satu efek samping
dari obat yang diberikan saat kemotherapi)
"Engga usah al, kamu khan baru datang, pasti cape"
"Engga apa-apa koo tante, sebelum orang-orang datang untuk besuk"
"terserah kamu aja deh" jawabnya pasrah.

Langsung aja aku turun menuju mobil yang kuparkir halaman dan mengambil pisau cukur
yang biasanya aku simpan di laci dashboard. Selama aku cukur rambut tante Olga, Saya
kasihan sekali karena saya tau rambut adalah mahkota untuk setiap perempuan tentunya.
Entahlah setelah 'kemo' pertama semangat hidup tante Olga menurn derastis banget
(padahal tante Olga harus mengalami pengobatan kemotheraphi minimal 8 kali). Tante
Olga makannya hanya sedikit dan bila dijenguk orang jawabnya hanya "iya", "udah",
"engga", dan jawaban singkat lainnya serta anggukkan kepala sampai pada suatu malam
kira-kira jam 10-an selesai saya memberi obat yang haris dimunumnya sebelum tidur
tante Olga bicara begini sama saya
"Alpha"
"Iya tante" jawabku
"Bolehkan tante minta tolong ?"
"yaa tentu donk pokonya segala keinginan tante pasti alpha penuhi, minta tolong apa
sih pake boleh segala ?"
"bolehkan tante minta alpha melakukan sesuatu untuk tante ?"
"Boleh, bahkan disuruh apapun pasti alpha turutin"
"Betul !"
"Betul !" jawabku guna lebih meyakinkan
Tante Olga diam sejenak
"Begini Alpha, kamukan pasti tau bahwa tante belum punya pacar"
(memang sih tante Olga belum punya pacar, padahal banyak pria yang udah menyatakan
cintanya, bahkan sampaai mao ngelamar segala, tapi engga ada yang diterima, katanya
"belum ada yang cocok-lah", "belum pengen pacaran-lah", dll)
"Iya..., alpha tau emangnya kenapa tan ?"
"Karena tante belum punya pacar, jadi tante belum pernah ngerasain begituan. Apalagi
begituan, ciuman sama cowo aja tante belon pernah".
Terus terang aja saya kaget sekali dengar tante Olga ngomong begituan, saya tidak tau
apa maksudnya....
"Jawab donk al ?, koo bengong !"
"Aaaaaa......"
"Maksud tante, tante ingin kamu cium tante, dibibir bukan di kening"
Seperti orang tolol aku tidak bisa menjawab, hanya bergerak mendekatkan bibir ini
untuk mencium bibir tante Olga, dan kukecup bibir ini sebentar,
"Yang lama alpha, kaya kamu mencium Anida dan pacar-pacar kamu yang lain itu"
(Cuma tante Olga tempat gue mencurahkan isi otak ini, tak kecuali tentang jalinan
cinta gue sama Anida yang engga direstui oleh orang tua gue, dan tante Olga selalu
minta diceritain gimana gue pacaran dan tante Olga tidak akan puas kalau aku tidak
menceritakan secara detail, kejadian demi kejadian)
"Yaa, tapi khan tante Olga bukan pacar alpha"
"Kalau begitu......., bagaimana kalau malam ini alpha jadi pacar tante, mauuuu khan ?"
"yaaa....... , engga bisa tante, tante khan adik mama itu sama aja bahwa tante adalah
mama alpha juga, entar kalau tante udah nikah, alpha udah engga boleh lagi bilang
tante tapi 'inang-uda')
"Tuu khan kamu begitu, katanya kamu mau bantu tante dan mau melakukan apa saja untuk
tante"
(gimana yaaa)
"iyaa deh, alpha mau jadi pacar tante"
"Nahh gitu donk, itu baru namanya Alpha !, dan sekarang kamu harus cium tante dengan
mesra, mesra sekali"

Kembali aku dekatkan bibirku untuk mencium bibir tante Olga, namun
"Alpha, bangunin tante dulu, tante ingin duduk, kan tante mau cium kekasih tante yang
ganteng",
Setelah bicara seperti itu, aku langsung berusaha untuk mendudukkan tante di ranjang
dan mendekatkan bibir ini untuk ketiga kalinya dan kali ini aku berusaha mencium tante
Olga dengan mesra dan lama sekali walaupun dengan perasaan yang tidak karu-karuan, dan
tanpa kuduga tante Olga me-respon ciuman dengan menjulurkan lidahnya ke rongga
mulutku, dalam hati gue kaget ("dari mana lagi....., tante Olga dapat pelajaran
mengenai tehnik orang berciuman"), dan tanpa pikir panjang lagi langsung kuhisap dan
kukulum lidahnya, (pokonya dalam hati ini cuma ada satu kata yaitu 'membahagiakan
tante Olga'), tante Olga melepaskan ciumannya sambil berkata
"Alpha, buka daster tante Olga donk" (dalam otak ini tidak lagi ketemukan setan burik
yang biasanya selalu memberi support apabila aku sudah mulai berbuat dosa, yang ada
hanya malaikat putih disebelah kanan, namun malaikat itu cuma diam, dia tidak lagi
memberi nasehat)
"loo koo bengong lagi, ayoo.... buka daster tante Olga" sambil menarik dasternya keatas
"i... yyaa...."

Mungkin karena 1001 macam perasaan bergolak dalam hati ini, sehingga dengan susahnya
kubuka daster Olga apalagi terhalang oleh tiang penyangga botol infus yang biasanya
dengan mudah kulakukan, dari mulai membuka resleuting dibelakangnya, mengangkat
daster, sampai mengeluarkan botol infus plastik dari lobang daster tangan kiri sampai
menggantungkan botol plastik itu kembali ke kaitan pada tiang penyangga, lamaaa sekali
kulakukan. Setelah Daster itu tersingkap kini tante Olga hanya memakai celana dalam
merah jambunya saja karena biasanya tante Olga tidak memakai BRA (itupun baru
akhir-akhir ini), belum sempat menaruh daster tante Olga ke laci, tangan tante Olga
sudah membimbing tanganku menuju payudara-nya yang tidak terlalu besar tersebut namun
bentuknya yang 'pointer' itu dan memberikan aba aba agar aku meremasnya, dengan gugup
kuberusaha meremasnya dengan lembut walaupun rasanya jantung ini ingin copot karena
engga kuat lagi berdetak dengan sangat cepat,
"Aaaa.... Aaaaaaa..." erang tante Olga dengan lembut, setelah tante Olga merasa puas
dengan remasan-remasan di-payu-dara-nya, tante Olga berkata
"Alpha, berenti dulu" ,dengan cepat kuberhentikah remasanku, kupikir tante Olga sudah
selesai dengan permintaan anehnya, ternyata dugaanku meleset,
"Sayang, sekarang dijilat yaa" ("wah gimana nih") pikirku, belum sempat aku berpikir
lebih pajang, tante Olga udah menuntun kepalaku menuju payudara-nya, sambil berkata
"Sekarang sayang, jilatin seluruh buah dada tante, yaaaa..... ", dengan terpaksa
kembali kuturuti untuk menjilatnya dan dengan tehnik yang sama ketika aku menjilat
payu-dara-nya Anida pacarku, dimulai dari sisi luar payu-dara melingkar berputar
mengecil sehingga sampai pada putingnya yang merah muda dan mulai mengeras tersebut,
namun tanpa tangan kanan yang biasanya aktif memeras pada payudara-nya yang satu lagi.

Kembali tante Olga mengerang, menjerit walau dengan suara yang pelan seakan tidak
ingin menganggu pasien yang ada di kamar sebelah,
(memang tante Olga dirawat di kelas VIP jadi tidak ada pasien lain selain tante Olga
dan situasi pada malam itu sangat mendukung sekali dimana biasanya suster-suster
selalu hilir mudik mengontrol pasien yang mungkin susah tidur).

"Alpha sayang..., bolehkan tante minta kamu untuk membuka celana jeans kamu dan CD-mu,
sekalian kamu buka celana dalam tante, Yaaaa.... Please....."
"Tante, alpha pikir kayaknya kita udah terlalu jauh, sebaiknya kita stop aja yaaa"
"Tuh kan Alpha begitu"
"Iya tante....., kalau mengenai hubungan yang satu itu, alpha yakin tante akan
menemukan pria yang tepat dan kelak menjadi suami tante, dan alpha yakin tante alpha
akan mencintainya" kataku macam agamawan.
Memang aku sangat, sangat tidak ingin merusak tante Olga yang 'NAOMI' itu, bagiku
tante Olga adalah 'lampu kristal' yang selalu menerangi kehidupanku dan aku tidak
ingin memecahkan 'lampu kristal'ku
"Begini... alpha sayang..... , kekasihku..... yang sangat.. kucinta.....,
kayaknya..... hidup..... tante..... Olga.... udah.... engga..... lama... lagi....,
tante.... udah..... engga... kuat...... menahan..... sakit... ini dan tante....
marasa.... hari-hari.... tante...... semakin... berat.... ,berattttt se..ka..li.."
kata tanteku dengan nada terbata-bata.

Hancur rasanya hati ini mendengar tanteku bicara kaya gitu, tanpa terasa mata ini udah
mengeluarkan air mata karena hanya ada perasaan sedih dan kasihan pada tanteku, dengan
berlinang air mata aku menunduk berkata dalam hati ("agar tubuh ini bisa mengambil
seluruh penyakit yang sekarang bersarang di tubuh tante Olga dan membiarkan tubuh in
mati lebih dulu, karena aku menganggap tubuh ini lebih banyak bertabur dosa
dibandingkan tubuh tanteku ini"). Tante Olga menggoyangkan tanganku sehingga
membuyarkan lamunanku,
"Alpha... , kamu menangis ?"
"tidak tante......" sambil mengusap air-mata
"Mau.... khan, alpha penuhi permintaan tante yang satu itu ?, tante janji, tante engga
akan minta apa-apa lagi dari alpha ?"
"Tante.... Tante boleh minta apa aja dari alpha. Apapun yang tante butuhkan tante
minta aja dari alpha, pasti alpha penuhi"
(" 'membahagiakan tante Olga' cuma itu yang ada dalam otakku, 'nothing else' and 'what
ever it take's ").
Kubuka celana dalam tante Olga dengan mengangkat sedikit pantatnya sehingga sekarang
kulihat gundukan di pangkal pahanya, namun sekarang bukit itu tidak lagi memiliki
rambut yang rindang, sudah polos bagaikan vagina milik seorang bayi ("mungkin rambut
rindang itu ikut terkena efek samping obat 'kemo' " pikirku)
"Sekarang boleh donk, kam jilatin vagina tante" dengam nada memelas ditambah muka yang
ditekuk.
"Langsung aja yaaa... tante, alpha engga pandai menjilat vagina perempuan" jawabku
mengelak, agar permainan ini cepat segera berakhir.
(mungkin lain ceritanya apabila perempuan yang meminta tersebut adalah Anida atau
pacar-pacarku yang lain)
"Yaa udah. Kalau begitu kamu naik aja ke tempat tidur" langsung kunaik ke tempat tidur
sambil berkata
"Tante diatas yaaa" kataku takut menyakitkan apabila posisinya berada dibawah
(Kalau misalnya tante Olga dibawah, dan tante Olga mati waktu kami senggama khan lucu
apabila di nisannya tertulis 'VIETA OLGA SARI br H, MATI WAKTU SENGGAMA", itu baru
misalnya loh),

Tante Olga meggulingkan badannya berusaha menaiki tubuhku, kedua pahanya dibuka
lebar-lebar
(dengan rasa haru berusaha santai dengan memandangi payu-dara-nya yang mengelayut
indah guna mengganti rasa haru dan bersalah dengan rasa takjut untuk merangsang naluri
'kebinatanganku' yang dapat memberikan kepuasan bercinta untuk tante Olga) .
Kulihat tante Olga berusaha mengangkat pantatnya untuk mulai menduduki buah penisku
dan berusaha memasukkan penisku kedalam vagina-nya yang sempit itu.
"Uuuuu...." bibirku bergetar menahan rasa sakit atau rasa nikmat yang terjadi pada
penisku
"Kenapa Alpha Sayang ?, enakkan"
"Iyaaaa, enak tante"
"Jangan pangil tante donk, cukup Olga aja, kan sekarang kamu udah jadi pacarku,
sekarang kamu adalah milikku seutuhnya"
"Iyaaa, tante.... , eh Olga...... "

Setelah yakin kepala penisku telah memasuki lubang senggamanya, sambil berpegangan
pada tiang penyangga infus tante Olga mulai menurunkan pinggulnya ke bawah dan
sleeeep..... kurasakan penisku mulai memasukki lubang senggamanya sedikit demi sedikit
dan dengan sekali sentakkan, amblaslah seluruh penisku,
"Ooouuuhh ...........ooouuuuuhhhh ....." teriak kecil tante Olga, dan berusaha untuk
menurun-naikkan pantatnya, namun kutahan, aku mengetahui bahwa teriakkan itu bukan
teriakkan kenikmatan, teriakan disebabkan oleh selaput daranya yang sobek oleh desakan
penisku, akupun menahan gerakan pantat tante Olga.
"Tahan dulu tan, biarkan dulu rasa sakit itu hilang, sebaiknya tante atur nafas dulu" ,
"i....... ya, hu.... , hu...... ,hu....... ,hu......." katanya sambil menarik nafas.
Setelah tante Olga merasa lega dan rasa sakitnya mulai berkurang, tante Olga memulai
aksinya dengan menaik-turunkan pantatnya mencari sensasi yang mungkin telah lama
diidam-idamkannya
"Nnnggghhhh. .... Alpha..... ooouuuuuhhhh ......nikmaat sekali ......aahhh"
" Uuuhhh .... Tante ...nnnnggghhhh ... " mengimbanginya
Semakin lama tante Olga bergerak semakin cepat menaik turunkan pinggulnya membuat alat
vitalku semakin hebat menggesek keluar masuk ke dalam lubang senggamanya. Buah pelirku
sampai terguncang-guncang saking kuatnya tante Olga menghentak apabila ingin
menurunkan pantatnya.
Aku menduga bahwa tante Olga akan 'O'rgasme, karena tante Olga mulai meluruskan
kakinya sambil menggejang kuat
" Ooouuhhhh Alllll..... oooouuuuuhhhhhh ..........", kubiarkan tante Olga merasakan
Orgasme
"Kau hebat... Alpha kau.. belum keluar, kau memang lelaki idaman" tanpa memperdulikan
pujiannya, karena memang misiku hanya untuk membahagiakannya.
"Udahan yaa..... tante"
"Tidak alpha sayang, aku harus memuaskanmu"
Sambil kembali menurun-naikkan pantatnya dan kali ini tangan tante Olga, sudah meraih
tanganku yang dari tadi hanya memegang besi di pinggiran tempat tidur dan menaruhnya
pada kedua buah dadanya dan menyuruhku untuk kembali meremasnya. Begitu sabar tante
Olga menaik-turunkan pantatnya hanya untuk memuaskan nafsu ke-laki-lakianku yang belum
keluar itu, digoyang pinggulnya kekiri dan ke kakanan, bergerak memutar searah jarum
jam, kemudian membalikkanya, dan tidak ketinggalan memainkan otot-otot senggamanya
sampai terasa penisku seakan akan dihisap, dipelintir di dalam sana.
"Uuuu........" aku mengerang kurasakan air maniku mulai naik mencapai kepala penisku
dan setelah yakin bahwa aku akan memuntahkannya, kuangkat pantat tante Olga karena aku
tidak akan merusaknya lebih jauh
"Oooooo...... ngggggghhh....... ngggggghhh....... ngggggghhh....... " erangku ,
mengalirlah air maniku membasahi sprei

Aku menggambil 2 handuk dan seprei di laci lalu membersihkan tubuh tante Olga dari
peluh dan cipratan air maniku dengan handuk yang sudah dibasahkan terlebih dahulu,
setelah kupakaikan kembali daster tante Olga langsung aku 'ngacir' ke kamar mandi
untuk merendam sprei dan membersihkan tubuh ini. sambil membersihakan badan
kucari-cari alasan bagaimana menjawab suster apabila ditanya mengenai sprei ini,
sampai selesai mandi dan berpakaian kembali aku belum menemukan jawabannya. Kegelar
kasur busa dilantai setelah yakin bahwa tante Olga telah tertidur, (" sudah cape "
pikurku). Sambil terus mencari jawaban, A... Haa.. jawab aja bahwa tante Olga habis
muntah, setelah kutemukan jawabannya akupun mulai tertidur.

Pada malam pergantian tahun 1998 ke 1999 gue tetap memilih untuk tetap menjaga tante
gue, padahal banyak tawaran dari teman-teman gue dan Anida untuk merayakan tahun baru,
karena gue berpikir gue masih punya malam, malam tahun baru yang lain bersama
teman-teman gue itu dan Anida, dan mungkin (ini baru mungkin loh), ini adalah malam
baru terakhir untuk tante Olga. Untuk itu gue udah merencanakan bagaimana merayakan
tahun baru yang sedikit meriah di rumah sakit dengan membawa gitar gue ke rumah sakit
(padahal peraturan rumah sakit melarangnya) masa bodo dengan peraturan, lagi pula ada
pepatah mengatakan "Peraturan dibuat untuk Dilanggar" yang meminjam pepatah orang
barat ("RULES MADE TO BE BROKEN").

Februari 1999
Delapan bulan sudah tante Olga dirawat di Rumah Sakit dan delapan bulan juga gue udah
ngerawat dirumah sakit, dan saya tidak merasa jenuh apalagi bosan malahan gue berusaha
untuk tetap terseyum, menghibur tante Olga di malam hari walaupun di siang hari
mengalami banyak masalah, baik masalah perkuliahan gue, masalah pacaran gue sama
Anida, sampe masalah politik negeri ini (karena gue masih ikut berdemo, walaupun tidak
setiap hari).
"Mas alpha, ingat ngaa tanggal 14 besok hari apa ?" tanya Anida
"Hari Minggu" jawabku
"Alpha...."
"Iyaaa, Alpha tau, Hari Valentine, emangnya kenapa sih.... ?"
"Bagaimana, kalau malam pas tanggal 14-nya kita cendle light dinner ?"
"Bagaimana yaaa... ?" Jawabku sambil garuk-garuk kepala
"Begini Anida sayang.... , Anida kan tau, kalau Mas alpha harus jaga tante Olga kalo
malem hari"
(Anida memang telah kukenalkan dengan tante Olga, dan kuajak membesuk tante Olga)
"Mas Alpha.... , kemaren waktu malam tahun baru, mas alpha ngaa bisa karena jaga tante
Olga, masa malam Valentine harus jaga lagi, kan masih banyak orang lain yang bisa
disuruh untuk gantiin mas alpha, satu malam aja !"
(aku berpikir keras untuk cari jawaban) dan kutemukan
"Gini ajaa deh, bagaimana kalau candle light dinner-nya, malam minggu aja tanggal 13
kan romantis udah hari Valentine terus malam minggu lagi, lagipula tanggal 14 tante
Olga harus di'kemo' yang ke-6 jadi mas alpha mesti jaga" kataku ngeles
(padahal mana ada ruang operasi yang buka hari minggu, ada sih tapi hanya untuk yang
'super emergency')
("ketahuan tidak yaaa ?" pikirku)
"O.K deh, janji looo"
"iyaaa...... , iyaaa...." sambil cium keningnya (rayuan gombal)

Akhirnya kita berdua ngerayain hari valentine di salah satu restaurant di kota gue
"Tuhh khan Ndaa, bukan kita aja yang ngerayain valentine, tanggal 13 februari" sambil
nunjuk kecil ke arah meja lain yang berisi pasangan
"Iyaa Iyaaa..... , udah jangan urus pasangan lain, mendingan kita urus diri kita
sendiri" jawab Anida dengan nanda enteng.
"Selamat malam paa" kata salah satu pelayan restaurant sambil menuangkan segelas
anggur ke gelas yang udah disediakan, begitu juga dengan Anida,
Langsung aja gue minum anggur itu, belum sampai itu gelas nempel di bibir gue, anida
ngomong
"Alphaa... , jangan langsung diminum, kita toast dulu" katanya sambil mendekatkan
gelasnya
"Udah minum aja langsung, kaya orang barat aja"
"Dasar.. , batak looo, kampungan"
Setelah kita minum anggur itu, kita berdua tertawa cekakakan, tanpa memperdulikan
orang lain, yang memperhatikan tingkah kami berdua dan baru berhenti sampai ada
pelayan berikutnya datang untuk menghidangkan makanan di meja kami. Malam itu ku lalui
dengan romantis tapi tidak kaku bersama Anida, sampai aku mengantarkannya ke muka
pintu tempat kost Anida yang khusus perempuan itu dan malam itu juga saya kembali ke
rumah sakit. Selain malam tahun baru ada lagi hari spesial yang bisa ingat banget,
yaitu Hari Valentine.

Minggu, 14 Februari 1999
Hari yang biasanya dipakai oleh setiap pasangan untuk lebih menyatakan cintanya, tidak
ketinggalan Aku dengan Tante Olga-ku (hari Valentine-khan bukan hanya untuk pacar aja,
tapi untuk orang yang kita cintai termasuk ibu, ayah, adik dll) karena tanggal 14
Februari bukan hanya hari Valentine tapi juga hari ulang tahun tante Olga,
(itu kenapa aku agak keberatan/kebingungan sewaktu Anida meminta merayakan Valentine
di tanggal 14 februari)Karena aku telah merancang suatu acara perayaan ulang tahun
dan valentine dengan cara sederhana tapi mengandung kesan yang dalam dengan membawa
kue ulang tahun yang kecil yang sudah kupesan terlebih dahulu, topi kertas, serta
beberapa botol minuman ringan dan untungnya suster-suster jaga mengerti bahkan
mendukung,
"Tante udah makan ?" pertanyaan itu memang selalu keluar apabila aku datang
"Udah. Tuh.. khan udah berapa kali olga bilang. kalo engga ada orang lain engga usah
pake tante cukup olga, yaa..."
"Iyaaa..... Olga-ku sayang"
"Nahh gitu donk, khan enak didengar apalagi ditambah sayang dibelakangnya"
Tok.... Tok.... Tok.....
"Yaa masuk"
"Maaf, Pak alpha, Ibu Olga harus melakukan sesuatu hari ini" kata suster penjaga
sambil mengkedipkan matanya padaku
"Koo.. mendadak Sus, apa tidak bisa ditunda sampai besok pagi" kataku guna untuk
menambah ketegangan, dan kululihat wajah tante Olga udah merah dan pucat.
"Menurut Tim Dokter, katanya harus malam ini, pak" kata suster itu kembali dan semakin
menambah pucat tante Olga.
"Kalau boleh saya tau, melakukan apa yaa ?"
"TIUP LILIN" kata suster lain yang sudah menunggu diluar pintu sambil membawa kue
ulang tahun dengan lilin menyala diatasnya
"pajanng umurnya, panjang umurnya, (dst)" sama sama kami menyanyikan lagu Selamat
Ulang Tahun
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya (dst)" pinta kami dengan tetap menyanyi, dan kulihat
tanteku mulai meniup seluruh lilin yang ada kemudian kami bertepuk tangan
"potong kuenya, potong kuenya (dst)" sambil bernyanyi aku memberikan sebilah pisau
kepada tante Olga untuk memotong kue-kuenya dan membagikan pada suster-suster yang
hadir malam itu
"selamat ulang tahun, bu Olga yaaa, semoga panjang umur dan lekas sembuh " kata
suster-suster itu semua (maaf para pembaca, aku tidak ingat lagi nama mereka satu
persatu) ketika tante memberikan sepotong kue pada satu suster ke suster yang lainnya
dan kami semua yang ada diruangan ini mendapat satu potong kue dan aku segera membuka
beberapa botol minuman ringan dan memberikannya kepada suster-suster itu dan juga
tante Olga karena tante Olga tidak mempunyai pantangan dalam makanan, bahkan dokter
menyuruh agar tante Olga diberi makanan yang banyak dan boleh kami bawa dari luar
rumah sakit. Alangkah senangnya hati ini melihat Wajah tante Olga mulai berseri-seri
kembali dan dapat tertawa dengan lepas dan lucunya lagi apabila tante Olga tertawa
pasti tante Olga memegang kepalanya yang sudah gundul itu.

April 1999
Entah tanggal berapa yang jelas hari itu aku ingin menanyakan Anida mengenai
skripsinya, aku lupa menceritakan pada pembaca bahwa Anida dan aku adalah mahasiswa
tingkat terakhir satu Perguruan Tinggi yang sedang menyelesaikan skripsi, hanya
berbeda fakultas, kalau aku fakultas tehnik sedangkan Anida fakultas Ekonomi.
"Mir, Loo Liat Anida Kaga ?"
"Eh, elo Al, Anida kemana Yaa ?" Kata mira (nama paggilan ngetop/bukan nama sebenarnya)
"Eh, Loo Pada Liat Anida kaga ?" kata Mira enteng ke teman-temanya yang ada di bahwah
gedung fakultas ekonomi
"engga" jawab mahasiswi yang satu
"Mir, pelan-pelan...., loo biki gue tengsin aja"
"Pake sok tengsin segalaloo, kan elo senior"
"senior sih senior, udah ngga jamanya lagi senior ploncoin junior"
"Aaauuu ah gelap"
"Percuma gue ngeladenin elo mir, tapi elo mao bantu gue donk ?"
"bantu apaan sih ?"
"Gue Pinjem phonesel loo Yaaa ?"
"Terus phonesel loo kemana ?
"Yaa sorry mir, gue ngaa bawa"
"Elo, loo yee, dikasih hati minta jantung, Nih" sambil ngeluarin phoneselnya dari tas
"Langsung aja gue tekan nomor phonesel-nya Anida"
Terdengar suara Mesin PABX salah satu operator Telepon Selular yang mengatakan bahwa
nomor yang gue hubungi udah tidak aktif ('Gimana Lagi nih' pikirku sambil memutar otak
ini )
"Mir, Tolongin Gue lagi Yaaa ?, Pleaseeeeeee......."
"Elo, loo yee, dikasih hati minta jantung terus ngebunuh lagi, Tolong apaaan ?"
"Tolong, hubungin rumahnya Anida, habis misalnya gue yang nelepon pasti mereka bilang
engaa ada, itu juga masih untung, biasanya gue diomelin, pake ngancem segala lagi"
"Kasihan, yaa udah mana phoneselnya, dan nomornya berapa ?"
"Nah Gitu Donk, itu baru namanya Meten" (memang sih Mira ini laganya tomboy,
ngomongnya ceplas-ceplos, tapi hatinya "02179........" (diedit oleh gue)
"Hallo bisa bicara dengan Anida ?" kata sih mira
"Dengan Mira, tante, Anida ada"
"ohh, terima kasih tante, Al kata pembantunya Anida udah lama ke S...... (nama kota
asal Anida)" sambil kembali memasukkan ponselnya
"Ngapain yaa dia kesana"
"Laaa elo nanya sama gue ?"
"thanks Mir"
Karena yakin sudah tidak bertemu anida maka aku pulang ke tempat kost-an ku
"Bang alpha, ini ada surat dari ka Anida"
"Anida, memang kapan Anida datang kesini"
"Bukan Ka Anida, tapi teman satu kost-nya, dua hari yang lalu, waktu itu Bang alpha
engga ada, jadi dititipin sama saya, boleh juga tuh bang, kenalin... donk ?"
"Iyaaa kapan-kapan, Thanks Choy"
"Yoi" jawab Jack (nama panggillan ngetop/bukan nama sebenarnya)
sambil menutup pintu, kubuka surat Anida, yang isinya mengatakan bahwa dia harus
pulang ke kota-nya, dan diakhir suratnya dia menuliskah
"Alpha, Terima kasih atas cintamu padaku, namamu akan selalu hidup dalam hatiku"

Setelah membaca surat itu langsung kupinjam motor teman kostku, karena mobilku dan
phonesel kutinggal di rumah sakit.
"Ai, Katanya elo dua hari yang lalu ke tempat kost gue yaa"
"iyaa, bang Alpha tapi waktu itu bang Alpha ngga ada, jadi gue titip aja sama tetangga
sebelah. Siapa sih bang Alpha, boleh juga tuh, kuliahnya dimana ?" Tanya ai (nama
panggillan ngetop/bukan nama sebenarnya) (wah si Ai ngaa tau orang lagi sewot)
"Oooh, die, namanya Jack dan dia Anak ..... (Nama sebuah perguruan tinggi swasta),
Terus Anida titip pesan nggaa ?"
"Memangnya bang alpha nggaa tau yaaa ?"
"tau Apa ?"
"khan ka Anida mau dikawinin sama sodaranya di kampung"
"AAAA......." kataku kaget
"Terus" Tanyaku lagi
"Yaa Udah, Cuma itu yang gue tau "

Sejak itu aku ngga tau mau melakukan apa, mungkin ini adalah akhir dari cinta gue
dengan Anida, Namun gue ngga percaya sebelum gue tau itu langsung dari Anida, karena
tidak ada cara lain maka kuberanikan diri pergi ke kotanya Anida dan kuberitahu Pada
Kedua Orang Tuaku bahwa aku akan mencari bahan skripsi disana alasan itu pula yang
kukatakan pada Tante Olga. Alangkah kagetnya aku karena kutemukan rumah orang tua
Anida telah banyak orang berkumpul dan disalah satu bunga papan tertulis SELAMAT
MENEMPUH HIDUP BARU : ........ ........... ANIDA ........... ..........(nama lengkap
Anida) & (sebuah nama lelaki), dan barulah aku yakin setelah melihat Anida menggunakan
Pakaian Daerah bergandengan tangan duduk di pelaminan bersama laki-laki yang fotonya
pernah ditunjukkan padaku. ('OH MY GOD'). Akhirnya aku pulang pada hari itu juga
dengan perasaan sedih, kesal dan KALAH. Kujalani hidup ini dengan hampa dan apabila
aku menjaga tante Olga, kucoba menghilangkan perasaan itu.

Juni 1999
Setahun sudah aku merawat tante Olga, karena tante Olga kasehatannya tidak stabil maka
tante olga sudah 9 kali melakukan kemotherapi yang seharusnya 8 kali dengan syarat
kesehatannya harus selalu dalam keadaan baik. Pada suatu malam aku menjaga tante Olga
entah kenapa Tante Olga mengalami Panas yang tinggi (42 Derajat Celcius) dan sering
mengigau hingga Akhirnya perawatan tante Olga dipindahkan dari ke kamar I.C.U.
Aku Tidak bisa lagi berdekatan dengan Tante Olga dan apabila ingin melihat tante Olga
hanya melalui kaca jendela Ruang I.C.U dan seluruh keluarga mulai turut menjaga tante
Olga selama 24 jam hingga pada suatu malam di bulan juni ini klihat dari balik jendela
tante olga kesulitan bernafas dan nyawanya tak tertolongkan walaupun tim dokter jaga
I.C.U telah menggunakan mesin pacu jantung dan tepatnya tanggal 22 Juni 1999 Jam 02.45
((pas ulang tahun kota Jakarta, Jadi gampang diingat) tanteku menghembuskan nafasnya
yang terakhir.

(OH MY GOD, TERIMA KASIH TUHAN KARENA KAU TELAH MEMBERI AKU 'LAMPU KRISTAL' YANG
SANGAT INDAH DAN KINI LAMPU KRISTAL ITU TELAH KAU PANGGIL KEMBALI KEPANGKUANMU, TUHAN
)
Kata-kata itu yang yang kuucap setelah sadar bahwa tante Anida telah tiada (dan selalu
kuucap apabila aku teringat akan tante Olga yang NAOMI itu)

Sebelum mengguburkan jenazah tante Olga, kami dan orang batak pada umumnya mengadakan
acara adat guna mengantarkan Anak, Tante, Namboru kami tercinta VIETA OLGA SARI br S
ke tempat peristirahatannya terakhir di dunia ini dan menguburkannya pada salah satu
T.P.U di kota saya


--- T A M A T -----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar