Kamis, 13 Agustus 2009

Warnet



Namaku Antok. Di kotaku, Internet bukan merupakan hal yang asing, bahkan cukup memasyarakat, hal ini dengan ditandainya merebaknya warnet-warnet, hingga suatu hari, di dekat rumahku didirikan sebuah warnet, aku, salah seorang penggemar Internet (walau ku akui aku tidak memiliki koneksi Internet), Menyambutnya dengan senang hati, karena aku tidak perlu, jauh-jauh lagi untuk mengunjungi situs kesayanganku (CCS-nya bung Wiro tentunya), hari-hari berjalan dengan biasa, dengan hadirnya Warnet di dekat rumahku, membuat frekuensi ku untuk ber Internet-ria pun semakin meninggi, hingga akhirnya aku mengenal beberapa orang yang bekerja di sana.
Sekilas tentang warnet ini, warnet ini dikelola olah beberapa orang mahasiswa (6 orang yang tampak aktiv), hal ini didukung karena ditempat warnet itu juga merupakan sebuah kos-kosan, salah satu diantara "para aktivis" yaitu Sari, seorang mahasiswi 21 tahun, orangnya sih biasa-biasa saja, tetapi aku punya pengalaman khusus yang tak terlupakan dengan Sari.

Hal itu berawal karena seringnya aku ke warnet itu pada akhir-akhir ini, aku ng-internet, sebenarnya bukan hanya untuk mencari informasi/hiburan, tetapi juga kuanggap sebagai pelepas stress dan kepenatan. Dan pada waktu itu aku sedang stress dengan pelajaran-pelajaran di sekolah dan les-les untuk persiapan EBTANAS & UMPTN (maklum, kelas 3 SMU), Bila warnet itu sedang ramai, biasanya aku ngomong-ngomong sama Sari (kalo' pas yang njaga Sari), kalo' waktu sepi, biasanya Sari juga ikut mbuka'-mbuka' internet sambil ngomong-ngomong (maklumlah, walau aku tidak punya internet, tetapi aku memiliki kemampuan ber-Internet yang cukup lumayan), atau sambil teriak-teriak, maklumlah penataan warnet ini dengan menggunakan bilik-bilik, jadi kalo' sama-sama makai komputer, tentunya harus ngomong sambil teriak, kadang-kadang Sari juga suka teriak kalimat-kalimat yang agak vulgar menurutku, yang kukira-kira ia kalo' ribut kayak gitu, pasti ia sedang buka IRC, apalgi kalau sama, temen-temennya, !
WAOO, ramainya bukan main, sampe-sampe ako nggak bisa konsentrasi mbaca CCS.
Suatu hari, malam hari aku pergi ke warnet, maksudku sih Cuma mau check mail, sama ambil FAQ, waktu itu yang jaga Sari, dan waktu itu, situasi kos-kosan agak sepi (biasanya aku lihat ada beberapa sepeda motor di depan pintu kos, dan lampunya nyala terang)dan agak gelap. Memang sudah kebiasaan Sari kalo' jaga malam hari pakai pakaian sekenanya (biasanya baju tidur, dengan lengan sangat pendek, dan celana yang pendek - aku nggak tahu model apa- ), aku masuk menyapanya.
"Mau makek ya mas ?" tanyanya ramah, tanpa menoleh kearahku
"He..eh, iya nih.." jawabku sekenanya melihat tingkah lakunya. Waktu itu aku tidak peduli dengan apa yang ia lakukan, kaarena ia juga tidak tampak menimbulkan suara apa-apa, sehingga aku menjadi lebih konsentrasi dalam mengobok-obok internet. Tidak lama, konsentrasi ku terpecah oleh suara hajan jang jatuh di atap. Aku dengan tanpa sadar melongok keluar...
"Ya... Hujan...." Kataku sambil aku juga melihat Sari menatapku dengan senyum ramah seakan ikut merasakan kekecewaanku karena hujan. Aku lalu kembali lagi ke bilikku. Hujan turun semakin deras, AC di ruangan membuat udara di dalam warnet semakin dingin (aku lumayan semakin menggigil sejenak ).
"Dingin ya mas.. ??" Tanyanya didepan bilikku sambil memegang remote AC. "Iya nih mbak... dingin... tolong AC-nya dikecilan dong mbak" ujarku tanpa beranjak dari tempat dudukku. Sebentar kulihat ia meng-utek-utek remote tersebut lalu aku kembali mangalihkan pandanganku ke monitor "Eh.. mas...AC-nya di matiin aja ya..??" " Ya.. terserah deh..." kemudian aku mendengar decit dari remote itu, lalu kuperhatikan Sari kembali ke meja operator. Aku kembali mencoba konsentrasi dengan situs yang sedang kubuka.. Hingga tiba-tiba...
"Hayo...!!! Buka apan..!!!" aku di kejutkan suara Sari yang udah disamping komputer, dan berusaha melihat ke monitor. Aku terkejut juga, tapi terkejutku mulai reda, karena saat itu window yang sedang aktiv bukan menampilkan situs yang masuk katagori XXX (maklumlah waktu itu aku masih malu-malu untuk terang-terangan kalo aku sudah "mengunjungi" situs tersebut). "Oh... Ini...." aku nggak menyelesaikan kalimatku karena aku sedang males untuk nerang-nerangin. Sari lalu duduk disebelahku, aku mulai sedikit panik karena satu diantara lima Browser yang kubuka, salah satunya adalah situs yang masuk katagori XXX, aku bingung, gimana ini untuk cari cara untuk menutup jendela itu, sehingga ia aku tampak sibuk mbaca di situs yang sedang aktiv dan bolak-balik ganti window (padahal di kedua situs itu, mayoritas yang tampil Cuma image-image dan Shockwave).
"Hayo..!!! Apannih..??!!!" katanya setengah teriak, sambil nunjuk task-bar paling ujung yang titelnya benar-benar udah nunjukin dengan pasti apa isi nya, keringat dinginku terus mengucur, aku berusaha menolak untuk membuka situs itu, tapi ia terus memaksa, akhirnya ku buka juga. "IH…!!! Suka buka yang begituan ya....!!!!" "Habis disini dingin sih ..."jawabku sekenanya. Aku melihat ekspresinya, tampaknya dia tertarik juga dengan gambar cewek yang sedang berpose di atas meja itu.. "Eh.. lihat yang lain dong..." katanya memecahkan konsentrasiku.. "oh.. disini gambarnya Cuma sedikit, kalo mo' lihat di sini aja.." aku lalu menutup jendela XXX tadi lalu menggantinya dengan ACDSee yang langsung ku buka folder Cache, ia tampak terkejut lihat gambar porno sekian banyak (kalo' nggak salah ada 1,000-an file).
"eh.. jangan cepet-cepet dong". Sambil menahan jariku yang terus menekan tombol Page Down.
"Emang kamu belum pernah lihat gambar kayak gini ya...??" tanyaku
"pernah-pernah sih pernah.... tapi nggak pernah sebanyak ini... lagian kan aku ditempat terbuka kayak gitu"sambil mencubit pinggangku. "Eh.. ini Cuma gambar thok ya...??" katanya agak penasaran (kuperhatikan nafasnya sedikit agak memburu). Tiba-tiba aku ingat dengan file AVI yang pernah kutemukan berisi orang yang lagi ngentot. Langsung aja, kutuju folder itu, lalu kubuka file-nya (aku agak terkejut juga, ternyata file-nya menjadi 13 file ). Langsung adegan seorang cowok-dan cewek yang lagi telanjang bulat muncul, mereka saling mencumbu, lalu yang cowok tampak megang-megang memeknya yang cewek, hingga ceweknya kelihatan kegelian. Ku perhatikan nafasnya mulai memburu (lebih cepat dari yang tadi ) setelah sekian menit, adegan itu usai dengan ditampilkan orgasmenya si cewek (aku nggak tahu berapa lama), lalu kubuka file yang ke-dua, tampak seorang cewek yang diikat, lalu cowoknya datang lalu cewek itu dientot dengan buas, kuperhatikan Sari mulai merapatkan kedua pahanya, dia tida!
k berkata-kata, hingga aku dapat mendengar nafasnya agak gemetar (saat itu sebenarnya nafsuku-sudah di ubun-ubun, berhubung aku jaga etika, jadi ya... aku diam saja). Adegan di file kedeua pun usai, kulanjutkan ke file yang ketiga, sejenak kualihkan perhatianku ke luar, kembali kudengar suara hujan yang semakin deras (bahkan deras sekali). Saat itu Sari mengenggam tanganku erat-erat, nafasnya makin keras, tangan yang satunya tampak memegang selangkangannya, Wah.... Aku mulai bingung... aku sudah diantara nafsu dan malu, sehingga yang terjadi aku hanya diam saja, aku nggak bisa memperhatikan adegan yang terjadi di monitor, perhatianku terpusat ke pada Sari yang mulai berkeringat, atas dadanya (yang memang tampak terbuka) tampak mengkilat dan naik turun, kakinya tampak bergetar untuk mencoba saling bergesekan, tangannya berusaha untuk menekan-nekan selangkangannya, matanya tampak sayu. Hingga aku tak sadar file ketiga udah habis, saat itu aku nggak segera membuka file keempat k!
arena perhatianku masih terpusat pada Sari. "Eh.. Gituan tuh rasanya kayak gimana sih..?" tanyanya, suaranya tampak gemetar, dan matanya masih menatap layar monitor seakan menunggu adegan berikutnya. "Enak kali..." jawabku, ternyata suaraku gemetar juga, tak kuduka kontolku sudah menegang keras sehingga dudukku pun jadi susah "Eh..?"tanyanya heran "habis aku belum pernah nyoba sih…" jawabku seenaknya, suraku mulai normal lagi, lalu adegan ke-4 berputar.
"Kita cobain yuk...?!!" katanya. Kalimat itu bagaikan geledek yang menyambar telingaku, seakan aku tidak mempercayainya. Ditengah keherananku, ia lalu segera beranjak, pintunya ia tutup, tirai pun ia tutup sehingga tinggal tersisa celah kecil, lampupun ia matikan, hingga tinggal lampu di operator, dan diatas tiap-tiap bilik, dari dalam sih situasi nggak terlalu galap, tapi bila dari luar orang susah untuk lihat kedalam. "Yuk…!!" ia lalu menarikku ke ujung ruangan dimana disana biliknya agak luas, dan ada lampu aksesoris yang membuat ruangan bilik lebih terang. Dia duduk dilantai, tampa matanya yang sayu mengharapkan sesuatu dariku "Ayo.. !!" katanya mengundang birahi. Ragu-ragu kudekatkan bibirku, hingga akhirnya kami saling berpagutan, lidahku mulai menggerayangi mulutnya, nafsuku tampak telah mendapat jalan, lalu tanpa malu-malu ku pegang dadanya, ternyata lumayan besar juga (aku nggak tahu berapa ukurannya) dadanya kuremas-remas dengan tangan kiriku, sedang tang kananku mem!
egang kepalanya, "nghhhh…." Ia tampak mendesah keenkan dimulutku, secara jujur aku nggak punya penglaman untuk bercinta karena ini adalah pertama kalinya bagiku, aku Cuma coba mempraktekkan apa yang sudah kubaca dari CCS, ciumanku semakin buas, remasanku semakin keras sehingga Sari pun mengerang dengan lebih keras lagi. Sambil terus menciumiku, ia berusaha melepas kausku, aku pun membantunya melepaskan kausku, di lalu maju lagi untuk berusaha menciumku lagi tapi, kucegah, aku lalu meraih kancing baju tidurnya, satu persatu kulucuti bajunya, tampak sebuah BH menutupi dadanya yang mengkilat karena kerinagat, kusisipkan tanganku dar bawah ke dadanya sebelah kanan sehingga aku menyentuh langsung kulit dadanya (baru pertama ini aku menyentuh dada wanita), kepalanya mendongak sambil mengerang menunjukkan lehernya yang jenjang, aku lalu menciumi lehernya. Kuciumi sambil terus kebawah hingga aku berhenti diatas dadanya, kurasakan asinnya keringatnya, dia mendesah beberapa kali, ketika!
aku menjilati keringatnya, tanganku yang satu meraba punggungnya aku merasakan punggungnya mulai basah, tanganku lalu mulai merayap keatas mencari kancing BH-nya, cukup susah juga,ternyata, karena punggungnya menempel kedinding, punggungnya ku jauhkan dulu dari dinding, baru akhirnya bisa kulepaskan, kini di depan mataku, telah tergantung buah dadanya. Pemandangan itu membuatku semakin bernafsu, aku makin penasaran untuk melihat memeknya. Aku lalu sedikit menjauhi dirinya, aku lalu menarik celana Sari yang dari kolor itu, sebelum celana itu sampai ke lututnya, aku lalu menarik celana dalamnya, dan kulucuti kedua celananya bersamaan. Kini ada seorang wanita telanjang dihadapanku. Setelah kuperhatikan, ternyata Sari itu lumayan cantik. Badannya langsing, kulitnya kekuning-kuningan mukanya bulat. Lehernya jenjang, buah dadanya tampak kencang, padat, dan lumayan besar, perutnya agak sedikit cekung, otot kakinya pun padat, dan yang makin membuatku tidak kuat yaitu, bukit kemaluann!
ya, yang ditumbuhi oleh bulu-bulu halus yang tertata rapi (dia mengaku nggak pernah menata jadi kayak gitu), dan bau memeknya yang cukup harum. Hal itu membuat kontolku makin ngaceng lagi, lebih-lebih ketika Sari mulai memegang kontolku dari luar. Aku lalu melepaskan celanaku (luar dan dalam), hingga akhirnya tampak dihadapnya kontolku yang memang tidak panjang( +13cm) dan tidak besar, tapi aku cukup mensyukurinya karena mampu memuaskan Sari. Aku lalu mendekatkan kepalaku ke memeknya, bau khas memeknya mulai tercium (baru kali ini aku benar-benar merasakan bau memek). aku lalu menjilati daging luarnya yang ditumbuhi bulu, Sari tampak menggeliat, bau dari memeknya pun semakit menyengat, membuatku semakin ingin meng-entot-nya, tapi aku benar-benar ingin membuat sensasi bagi Sari, setelah beberapa lama aku berkuta di daging luarnya (daerah pangkal paha), akhirnya aku menuju ke itilnya, yang benar-benar tampak di depan mataku, warnanya merah, bentuknya yang mungil diantara bulu-bu!
lu halus yang rapi itu membuatku gemas, aku lalu menjilatinya itlinya. Badan sari pun tampak tersentak saat kujilat itilnya, hingga memeknya menghantam bibirku. aku sempat terkejut sejenak, aku lalu melihat raut muka Sari dengan dari mengernyit yang tampak menahan sesuatu, aku lalu sadar kalau itilnya merupakan titik lemahnya. Aku lalu menyodorkan mukaku, pantatnya ku tahan (aku takut, kalau badannya menghentak lagi), lalu itlinya ku gigit-gigit kecil, hasilnya benar. "ngh!!!!! ngh!!!!!" dia tampak mendesah dengan sangat keras, badannya menghentak hentak (untuk pantatnya sudah ku pegang, sehingga gigitanku dapat bertahan), entah beberapa, badannya kembali tenang, aku merasakan dari lubang memeknya mengalir suatu cairan, aku lalu menggigit-gigit dan menjilat-jilat memeknya, Sari tampak beringsut-ingsut. Setelah agak puas dengan memeknya, aku lalu mulai turun, aku dapat mencium bau memeknya yang sangat keras, aku lalu menjilati, cairannya yang keluar, rasanya benar-benar sensasi!
onal, aku lalu mulai memasukkan lidahku ke lubang memeknya, memeknya benar-benar sudah basah, hingga aku merasa agak sedikit mabuk.
Aku lalu mendongakkan kepalaku, aku melilhat mata Sari yang tadi tertutup menikmati sensasi di kemaluannya, mulai terbuka dia tersenyum kepadaku, seakan meminta sesuatu. Aku lalu merangkak kedepan hingga mukaku berhadapn dengan buah dadanya yang menggiurkan, aku lalu merebahkan badanku menindih sari, sehingga sari benar-benar merasakan kulumanku di dadanya. Sari pun tampaknya mulai tidak tahan, ia mendorong-dorong pantatku agar perutku bergesekan dengan itilnya, aku lalu berpikir, kenapa harus perut. Aku lalu mulai bangkit, dan mendekatkan kontolku ke memeknya, Sari yang tahu aku akan menggarap memeknya lagi, mengangkat kepalanya dan berharap dapat melihat yang kulakukan antara kontolku dengan memeknya. Melihat Sari seperti itu aku lalu menciumnya, ia membalasnya dengan buas, tapi tidak lama kulepaskan, ia tampak kaget. Aku lalu memegang kontolku, kali ini kuarahkan kelubang memeknya, Sari pun menunggu dengan menopangkan badannya pada kedua tangannya dan semakin meregangkan p!
ahanya. Kepala kontolku sudah mulai masuk, saat kontolku bersentuhan dengan bibir memeknya Sari mendongak. Baru kepalanya saja yang masuk, aku merasakan memek Sari didepannya terasa sangat sempit, sehingga walau kudorong (dengan pelan-pelan tentunya) tetap tidak bisa melewatinya. Sari benar-benar merasapi perasaan ini. Walau belum masuk benar, aku mulai memaju mundurkan kontolku. Sari pun mulai mengerang keras, tampaknya ia benar-benar menyukainya, sehingga buah dadanya tampak berguncang-guncang. melihat buah dadanya berguncang dengan indahnya, aku jadi ingin mengulumnya. Sambil terus memaju mundurkan, aku mencoba untuk merunduk menggapai putingnya. Pada saat gesekanku mengemai daerah itilnya, Sari sedikit mengejang, pantatnya di naikkan keatas sehingga akupun menjadi ikut terdorong (tapi sayang kontolku tidak semakin masuk), dari kejadian itu aku mulai sadar akan titik kelemahan Sari (di memeknya, belakang itil). Tahu hal itu, dengan bertopang kedua siku, mukaku berhadapan de!
ngan atas dadanya, aku mulai mendorong-dorong keatas. Sari mulai menggeliat-geliat. Aku mencoba untuk mempertahankan ritme. Gerakan Sari makin liar. Erangan-erangan kecil sedikit demi sedikit berubah menjadi jeritan. Bahkan lama kelamaan jeritannya makin keras "Aaaahhh........!! Aaaaaaaahhhhhh......!!" "eeeeeenghhh..... Eeeeeennngh...!!! eeeengh...!!!!!!!!! EEEENNNGGHHHHHHH!!!!!!!!!!!". Badannya mulai mengejang keras. Dia orgasme pikirku. "AAAAAAHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!" Dia berteriak! Aku takut suaranya terdengar keluar, aku lalu mengulum bibirnya "MMMMMHHHHHHHHHHHH!!!!!!" lama sekali orgasmenya. Ia memelukku keras-keras. Hingga ia menekan dadaku ke dadanya dengan keras (dadaku sampai sesak, entah dengan dia). Kepala penisku pun terasa di tekan-tekan, nikmat juga rasanya. Berapa saat kemudian pelukannya terasa melemah, bahkan tampak lemas. aku coba mengangkat punggungku. Tangannya yang lemas terjatuh dari punggungku. Aku melihat sendiri, dengan mataku, seorang cewek yang habis or!
gasme. Matanya terpejam, dengan dahi agak mengernyit. dadanya naik turun mengatur nafas, badannya mengkilat penuh keringat, tangannya terlentang (sehabis jatuh dari punggungku) tanpa ia coba untuk ditariknya, kakinya setengah mengangkang, dan bau yang tersebarpun sangat khas...
Aku mengangkat tubuhnya untuk coba kusandarkan. Badanya benar-benar lemas. hingga aku harus menahan kepalanya. Dengan mudahnya badannya kuatur untuk bersandar di dinding (tentunya setelah kusingkirkan bangku kayu yang cukup berat dengan satu tangan (!) ). Aku meraba tubuhnya, halus, licin, indah tanpa cacat, sejenak akkupun tampak kagum dengan seni yang diciptakn oleh Pencipta Alam ini. Setelah Sari dapat membuka matanya aku berbisik padanya "kali ini kumasukkin benar-benar ya..?" "Ya... Terserah... Tapi cepet..., segera masukin aja....." jawabnya dengan suraa lirih karena kehabisan tenaga "Tapi kamu masih...(virgin) nggak??!!" "nggak pa.. pa... koq..." suaranya tampak mulai pulih. Agar ia dapat mempunyai tenaga untuk ronde berikutnya, aku memberinya kesempatan dengan menciuminya, merabanya, mengecup bibirnya dan dadanya. Pada saat jariku meraba memeknya, reaksi Sari tidak seperti sebelumnya, ia hanya mendesah tanpa suara (aku hanya mendengar nafasnya yang mendesah). Iseng-is!
eng kumasukkan jariku ke lubang memeknya, dan ternyata jariku dapat menguak lubang yang tadi menghambat, tampaknya dengan orgasmenya Sari, maka lobang memeknya pun semakin siap untuk di masuki. Aku pun mulai semangat lagi. Rangsanganku padanya pun semakin memburu. Setelah kudengar Sari mulai mendesah agak keras, maka aku pun siap untuk penetrasi..
Aku pun mulai duduk dihadapan Sari. Kedua paha sari ku angkat hingga diatas pahaku, sehingga memeknya pun sedikit menghadap kearah kontolku. Sari pun tampak menatapku dengan harap-harap cemas. Kali ini expresi Sari tidak ku perdulikan, Yang kupikirkan hanya bagaimana memasukkan kontolku kedalam memeknya yang tadi gagal. Setelah kepala kontolku menyentuh bibir memeknya, ku coba mendorongnya, mask hingga beberapa senti. Kemudian aku sedikit mengalami hambatan lagi, walau kudorong-dorong akhirnya masuk juga sih... tapi aku nggak ingin menyakiti Sari (Kalo' aku masukinnya sulit, pasti kalau kupaksa Sari akan kesakitan), akhirnya cara yang pertama pun kulakukan lagi, aku menekan-nekan atas memeknya dengan kontolku yang masih didalam, sambil terus kudorong, untunglah, Sari masih bisa dirangsang dengan cara itu. Beberapa saat kemudian erangan nikmatnya makin keras, dan kontolku pun mulai masuk sedikit demi sedikit, dan akupun merasakan lubangnya agak mulai melebar, karena aku keasik!
an merangsang Sari untuk orgasme (karena aku senang melihat cewek yang orgasme) hingga konsentrasiku untuk mendorong masuk kontolku, pun agak buyar, hingga aku tersadar saat badan Sari yang agak lemas tadi mengejang keras, Sari berteriak untuk orgasmenya yang kedua (tak kusangka ternyata jedanya pendek sekali). Bersamaan dengan itu ku hunjamkan keras-keras kontolku, hingga masuk semua (dan agak terasa mentok) "aaaahhhhhh......AAAAAAAAAAAAAAAHHH!!!!!!!" erangan sensualnya berubah menjadi jeritan pilu, tubuhnya yang tadi mengejang nikmat terdiam karena menahan pedih di liang kenikmatannya. Sari pasti merasa sakit yang amat sangat ditengah orgasmenya. Dahinya mengernyit kuat dan meringis dengan desis yang tertahan. Air matanya tampak meleleh, aku merasa kecewa, karena Sari merasa kesakitan. Aku lalu mengecup bibirnya, dan menenangkannya. Aku benar-benar menyesal!. "kamu nggak pa-pa kan ??". Sari tidak menjawab. "Sakit sekali ya...?" Sekali lagi Sari nggak menjawab. Aku lalu menci!
uminya lagi. "Sar...". tanyaku dengan cemas. "nggak pa-pa kok, ntok.... terusin aja..." "tapi masih sakit kan..." "sedikit sih...". Perlahan-lahan ku maju-mundurkan penisku, ia tampak meringis, lalu aku berhenti sebentar, lalu ku maju-mundurkan lagi. Aku benar-benar nggak ingin Sari kesakitan. Agar sari dapat melupakan sakitnya, aku lalu mencoba merangsang itilnya, sukar juga rupanya. Setelah aku berusaha dengan 1001 cara, akhirnya Sari, tampak melupakan sakitnya, kini dari mulutnya mulai keluar lagi, desahan-desahan sensualnya, badannya pun mulai menggeliat berirama. Melihat ia mulai menikmati permainanku, akhirnya aku pun mulai memaju-mundurkan kontolku di lobang memeknya. Enak juga rupanya. Sari pun juga merasa nikmat dengan kontolku, lama-lama aku pun merasa kontolku seakan-akan diremas-remas dengan lembut. Sambil merasakan nikmat di kontolku, aku pun lalu merebahkan diri diatas Sari, kuciumi habis-habisan, lalu kuraba-raba dadanya, ternyata kombinasi antara sodokan Konto!
lku, dan remasan di dadanya membuat dia mengerang, kurasakan dadanya pun semakin menegang, hingga putingnya tampak mencuat keatas, Kutekan-tekan putingnya, "hhhhhh.......hhhhhhhhhhh.............." ia mulai makin mendesah dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat putingnya yang keras (walau tak sekeras dengan itilnya) aku pun mulai meng-gigit-gigit putingnya, Erangannya makin menjadi. Badannya makin berkuncang dengan hebat, sehingga keluar-masuknya penisku pun makin kuat. Aku pun mulai nggak sabar untuk orgasme (entah dengan dia), aku pun berkonsentrasi untuk mengeluarkan cairan kajantananku. Aku bertopang dengan kedua siku sedangkan tanganku kuletakkan di bawah badanya SAri, sehingga badannya Sari dapat sedikit kuangkat agar mukaku makin dekat dengan dadanya (jujur kukatakan keringat didadanya sangat harum). dengan posisi seperti itu maka aku pun dapat mengayuh dengan lebih keras. Aku pun mulai mengayuh dengan keras, sehingga Badan Sari pun ikut berguncang-guncang, tak la!
ma kemudian "Sar.... Aku mau keluar....." "ngh..... keluarin aja........... aku juga mau keluar........" tak lama kemudian kami keluar bersamaan, aku merasakan kontolku di pijit-pijit dengan lembut dan pasti, lalu disiram dengan cairan yang hangat. Kami pun mengerang bersamaan, aku lalu lemas dan berusaha untuk tidak menindih SAri (aku nggak ingin Sari ngrasa berat kutindih, habis orgasme bareng tentunya ia ngrasa lemes banget). Baru kali inilah aku ngentot dengan cewek.
Saat aku mencoba untuk menegakkan badannya, kontolku hampir nyolong keluar, jadi sekalian aja aku keluarin. Setelah aku dan SAri terduduk, aku terkejut sekali, ternyata dari selangkang Sari keluar darah.. "Eh.. SAri... Kamu masih perawan ya....". Sari tampak terkejut dengan ucapanku, ia lalu melihat kearah selangkangannya. "koq.. keluar darah...??" (tampaknyaaa sari juga terkejut) "padahal aku udah pernah masukin spidol lho... (Spidol Whiteboard maksudnya)". Aku sendiripun berperasaan lain, karena baru inilah aku mem-perawani cewek. Aku lalu mengajaknya untuk sedikit bergeser mencari tempat yang kering, agar aku bisa lebih menikmati tubuhnya (aku nggak bosen-bosennya melihat tubuhnya yang molek). Pada saat aku berdiri, ternyata masih ada air maniku yang menetes, dan menetes di perut SAri. "Eh... Antok.... Aku coba emut kontolmu ya...". Aku sih kaget plus senang. "Boleh....." Aku lalu berdiri dan menyodorkan kontolku yang masih lemas ke mukanya. Sari memegang kontolku dengan !
jari telunjuk dan ibu jari. Tampaknya ia sedikit ragu-ragu. Aku yakin, memasukkan kontol ke mulut adalah pengalaman baru baginya. Pelan pelan ia dekatkan mulutnya ke kontolku. Aku diam saja dan menyaksikan apa yang akan Sari perbuat. Mula-mula ia tempelkan kepala kontolku ke mulutnya dan ia cium-cium. setelah beberapa saat kontolku akhirnya masuk ke mulut Sari, dan ternyata masuk semuanya (maklumlah, saat itu kontolku masih lemes habis orgasme -eh- habis merawanin cewek). Didalam mulutnya, kepala kontolku mulai diputar-puter sama lidahnya, dan sekali-sekali ditekan-tekan ke langit-langit mulutnya. Karena kontolku masih lemes maka, Sari pun dengan mudah dan lincahnya memutar-mutar kontolku. Aku pun mulai ON lagi dengan rangsangan yang diberikan Sari. Makin lama, kontolku makin besar. Hingga akhirnya Sari kesulitan untuk memutar-mutar kontolku dengan lidahnya. Setelah kira-kira cukup keras, ia mulai memaju mundurkan mulutnya dan sekali-kali menekan-nekan lobang kontolku. wahh...!
.. nikmat benget rasanya, benar-benar belum pernah ku bayangkan. "hhhhhh........hhhhhhhhhh........." Aku mulai merasa kenenakan, kutekan-tekan kepalanya agar dapat lebih masuk, tapi tampaknya ia nggak tahan kalo' kontolku terlalu masuk (jadi yang tadi masuk semua sekarang hanya tinggal 3/4-nya saja). Makin lama, sari pun tampak lebih berpengalaman. maju mundurnya kepalanya pun mulai dikombinasikan dengan kocokan tangannya. Rasanya sangat LUAR BIASA!!! Sampai kaki lemas (padahal belum keluar). aku pun mulai meraba sekenanya, mulai rambut, bahu, punggung, lengan, lalu kembali lagi ke rambut, tapi kadang-kadang juga sampai juga ke dada. Bahkan sekali-kali kontolku ditiupnya, kemudian disedot lagi, ditiup lsgi, disedot lsgi, kadang-kadang ia juga memainkan lidahnya mendorong-dorong kepala penisku, sedangkan tangannya tetap mengocok. Mendapat perlakuan yang belum pernah kubayangkan nikmatnya, aku mulai merasa ingin orgasme, tapi kutahan, hingga kadang-kadang kontolku mengedut, dan!
juga keluar sedikit cairan. Sari tahu kalau aku sudah mau keluar, ia lalu mempercepat gerakannya. Aku berusaha memperlambatnya (agar nggak cepat keluar) tapi gagal. Perasaan itu makin memuncak, makin memuncak, dan semakin memuncak, tapi agak sukar keluar. Sari memperlambat gerakannya. Aku pun juga mulai turun dari puncak. Tapi, tiba-tiba Sari mengocok kontolku dengan cepat (tentu saja dengan mulut dan tangannya). Aku sudah tak tahan lagi. lututku lemes, badanku terasa menegang cukup lama, hingga aku nggak bisa berkata-kata, akhinya pejuhku keluar juga (ternyata cukup banyak) hingga mulutnya yang mungil tidak dapat menampung semuanya (tampak banyak yang keluar dari mulutnya). Dia tampak terpejam sebentar. Kemudian aku merasakn dia menelan air maniku, bahkan kontolku yang baru meledak tadi pun dihisap-hisapnya, hingga aku merasakan ada beberapa cc yang mengalir keluar dari kontolku karena hisapannya.
Setelah cukup menghisap kontolku, ia lalu membuka mulutnya, tampak kontolku yang uadah kecapekan, tapi masih lumayan besar, keluar dari mulutnya dan hanya di topang dengan jari-jari lentik SAri. Dia tersenyum menatapku. Wajahnya yang manis, kini terdapat cairan kenikmatanku. Dia berusaha menyekanya, tapi justru membuatnya semakin rata saja di wajahnya sehingga wajahnya tampak berkilau menakjubkan. Aku lalu menjatuhkan lututku (yang memang udah lemes) hingga mukaku berhadapan dengan mukanya. Aku lalu mencium bibirnya, dan menjilati mukanya yang telah rata dengan cairanku. Rasanya pun lumayan. Sari pun tampak kembali bergairah. Ia mulai meremas remas kontolku, tapi sayang, kontolku tidak merespon. setelah beberapa lama aku menciumi wajahnya. sari lalu mendorong tubuhku, hingga aku terlentang di lantai. kini ia yang menindihku. Ia kini yang tampak aktif. Ia menciumiku dengan menekan kuat bibirnya ke bibirku, dan bukan hanya itu, ia bukan juga menggeliat-geliat diatas tubuhku, se!
hingga bagian muka badanku, bergesekan dengan sangat giat dengan bagian depan tubuhnya. Ia pun tampak agak meninggikan dadanya, agar ia dapat menggeliat lebih leluasa, sehingga pentilnya bergesekan dengan kulit dadaku. Aku benar-benar menjadi gemas, sekali-kali aku menekan punggungnya sehingga dadanya menekan dadaku. Peernah sekali aku menekannya terlalu kuat, hingga Sari menjadi sesak.
Karena ia terlalu bersemangat, maka aku dan dia mulai terasa pedih di kulit kami masing-masing, hingga akhirnya ia merubah geraknya. Pada saat itu ia menurunkan badannya untuk mendekati kontolku. Ternyata dugaanku benar ia ingin mengulum kontolku. Kontolku yang telah cukup mendapat pendinginan, kini diserang Sari, kontolku bangkit kembali. Kenikmatan permainan lidah Sari mulai kurasakan lagi di organ kenikmatanku. Tapi aku nggak ingin keluar sendirian lagi. Aku lalu menyuruh Sari untuk memutar badannya. Kini posisi kami 69. Aku kembali merasakan aroma khas kewanitaan Sari, bahkan kini terasa lebih harum lagi. Entah untuk berapa lama aku mengkagumi aroma kewanitaannya, aku lalu mulai menjilati bibir luar memeknya, dan di itilnya, bersamaan dengan itu, Sari menghisap kuat kontolku seakan mau ditelan semua, tampaknya Sari sudah terangsang. Setelah dua kali orgasme, aku kini mudah trangsang, tapi lama untuk sampai ke puncak. Aku lalu mulai menjilati sekitar memeknya dengan irama !
yang tetap. SAri pun mulai mengerang, kadang-kadang ia menghisap kontolku dengan keras. Cukup lama juga kami melakukan posisi ini tanpa berganti-ganti, hingga erangan Sari pun makin keras (tapi aku tidak menemukan tanda-tanda ia akan orgasme). Aku lalu merasakan makin ke puncak (tapi dengan sangat lambat), untuk memepercepatnya aku lalu mulai memaju mundurkan kontolku, hingga Sari tampak bingung dalam mengatur ritme. Mendapat perlakuan seperti itu, Sari lalu menekan pangkal pahaku kuat-kuat dan menutup pahanya hingga kepalaku terjepit diantaranya, aku benar-benar dibuatnya tidak bergerak. Dia pun tampaknya juga ingin segera orgasme, ia lalu sedikit meninggikan punggungnya dan mulai menggerakkan kepalanya turun naik, dengan dikombinasikan dengan lidahnya, ia benar-benar membuat sensasi yang berbeda. Perasaan untuk kembali kepuncak kembali hadir, aku pun mulai menjilati memek Sari dengan ganasnya untuk mengimbangi gerakkanya, hingga sesekali, kontolku dilepaskannya hanya untuk m!
elenguh. beberapa saat kemudian, badan kami mulai mengejang, Sari benar-benar menghisap dengan seluruh tenaga. Kami lalu orgasme berbarengan, aroma memeknya meningkat dengan cepat, otot-otot dimemeknya mengejang dan mengeras, badan SAri mengejang cukup lama (aku selesai orgasme, tampaknya ia belum), hingga ia pun kesulitan untuk menelan pejuhku yang keluar, hingga aku merasakan pejuhku yang menyembur ke mulutnya, kembali meleleh keluar. Tak lama kemudian, Sari kembali normal, ia mulai menghisap-hisap kontolku lagi, seakan-akan ia ingin menelan pejuhku yang tadi meleleh keluar dari mulutnya. Setelah orgasme yang ketiga itu, kontolku terasa mati rasa, untuk beberapa saat aku sukar merasakan hisapan SAri dikontolku.
"Eh... Hujannya udah reda..." serunya memecah kenikmatan ku, aku pun mulai berkonsentrasi mendengar suara diluar, ternyata suara hujan sudah tidak ada lagi, tapi apa peduliku. Sari lalu memutar badannya hingga berhadapan denganku. "eh.. ntok.. Sudah dulu ya.. hujannya udah reda..." ia lalu mencium bibirku lalu bangkit dari badanku, aku lalu melirik ke jam dinding yang terpasang diruangan tersebut. ASTAGA, ternyata sudah larut malam (aku tidak tahu udah berapa lama aku tadi ngentot dengan sari. Sari ternyata benar-benar kehabisan tenaga, bahkan untuk berdiri pun ia masih lemas (saat itu Sari hanya bisa terduduk dengan ditopang oleh kedua tangannya, aku lalu bangkit mendekatinya, memeluknya dengan erat dan menciuminya. Aku benar-benar puas dengannya baru kali ini aku benar-benar mendapat pengalaman ngentot dengan cewek hingga lemas kaya' gini. Setelah kira-kira tenaga kami kembali pulih, aku lalu membantunya bangkit. Ia lalu mulai memunguti pakaian kami yang berserakan, meliha!
t caranya berjalan denagan bugil, aku mulai terangsang lagi. Pada saat mengambil pakaian, ia lalu memanggilku, ia menunjukkan ke pangkal pahanya, ternyata ia mau menunjukkan cairannya dan cairanku yang mengalir keluar. Ia hanya tersenyum. Setelah, ia memunguti seluruh pakaian, aku lalu mendekatinya, kusuruh ia membuka pahanya (dalam posisi berdiri, dan sambil membawa pakainku, dan pakaiannya) aku lalu menjilati cairan tadi yang mengalir dipahanya. Ia tertawa geli. aku lalu memakai pakainku lagi, begitu juga Sari. "Eh.. Antok.. tolong bantuin bersihin itu ya...." sambil menunjuk ke sudut ruangan, dimana terdapat genangan cairan kenikmatan (ples darahnya SAri). Aku mengangguk saja. "sebentar ya mas..." ia keluar sebentar. aku lalu kembali teringat, akan tujuan awalku kesini yaitu pakai Internet. Aku lalu kembali ke bilikku dimana aku tadi nyalain komputer, Aku pun duduk didepan layar tanpa tahuh apa lagi yang harus kulakukan, aku benar-benar mendapat kepuasan. aku hanya menggera!
kkan-gerakkan mouse saja, menunggu SAri datang. Sari kembali dengan membawa ember dan kain pel. Aku lalu mendekatinya, dan mulai ber-"gotong royong" membersihkan sisa-sisa aktivitas kami. capek juga rasanya, habis "olahraga" disuruh kerja. Ditengah-tengah keasikan kami mengepel. Pintu depan warnet dibuka. "Alo.... Sari... Warnetnya masih buka ya...." Aku terkejut juga, ternyata teman kost Sari masuk tanpa permisi, untung saja sekarang aktivitas kami berdua sudah berbeda (jadi.. aman...). "Eh.. Sari... lagi ngapain lu..." "udah tahu ngepel gini.... nanya..." "Emang warnet itu bocorya..?" "iya kali'..." "Wah.. tampaknya besok aku harus panggil tukang nih....". Temen Sari lalu mulai melihat-lihat keatas seakan mencari-cari tempat mana yang bocor. Kami berdua hanya dapat tersenyum menahan geli. "Eh.. makasih ya mas.. udah mau mbantu.." kata Sari kepadaku (tentunya dengan kepura-puraan). Sari lalu menuju ke meja operator, disusul olehku, yang seakan-akan akan membayar pemakaian int!
ernet. "Rp 8.000 mas.." katanya... . Setelah itu aku lalu keluar. "wah makasih ya mas.. sorry lho kalo' terganggu oleh bocor..." Kata temen SAri yang ternyata masih ada diluar Warnwt bersama-sama temennya. Aku lalu senyum sebentar, lalu meninggalkan mereka. SAmbil berlalu, aku sempat melihat, Sari yang mulai menata korden, karena Warnetnya udah mau tutup. Aku berjalanb dengan perasaan yang bangga, baru kali ini aku mendapat pengalaman yang sangat indah.
Seterusnya »»

Untungnya Aku



Aku tak menyangka akhirnya semua akan berakhir dengan baik seperti sekarang. Dulu aku
adalah seorang pembantu rumah tangga. Aku bekerja didaerah Cipete. Aku bekerja pada
keluarga Arman dan mereka adalah keluarga yang sangat kaya, rumahnya besar sekali,
aku bertugas pada salah satu paviliun yang dihuni oleh anaknya, Adit.
Seorang mahasiswa disalah satu perguruan tinggi yang aku tak tahu apa namanya.
Paviliun Adit juga mewah dan penuh berisi perlengkapan rumah yang modern.
Pemuda itu berperawakan tinggi tapi agak kurus, teman2nya banyak. M
ereka sering berkumpul dan ngobrol sampai2 aku kewalahan jika harus membersihkan
paviliun itu ketika teman2nya sudah pulang.

Waktu itu aku baru bekerja seminggu disana. Tugasku adalah semua pekerjaan rumah tangga kecuali memasak yang langsung dibuatkan oleh tukang masak dirumah induk. Aku mendapatkan semua kamar yang terletak dibelakang dan sebuah kamar mandi. Kamarku sangat nyaman dan aku sangat bersyukur mendapatkan pekerjaan dikeluarga Pak Arman. Ketika aku masuk bekerja Adit sedang keluar kota bersama teman2nya, jadi tugas awalku sangat ringan. Tepat seminggu kemudian Adit pulang, aku segera membantu membawa barang2nya.

"Heh, kamu pembantu baru ya???" Tanya pemuda itu. Aku mengiyakan sambil menjingjing tasnya menuju kamar. Adit berjalan dibelakangku. Tiba2 aku merasakan pantatku diremas keras sekali. Aku menjerit kesakitan, karena remasan itu sungguh keras sekali.
"Aaauuu....sakit tuan, jangan saya diperlakukan begitu" Aku protes keras sambil membalikkan tubuhku, aku memandangnya tajam, aku merasa terhina sekali. Tapi pemuda itu cuma tertawa, tiba2 tangannya terulur menuju buah dadaku dan seketika kurasakan kesakitan yang sangat menerjang dan merambat diseluruh tubuhku. Kembali aku menjerit.

"Tetek lu montok banget, ada susunya nggak??" Aku meronta berusaha melepaskan cengkraman tangannya dari dadaku, tapi cengkraman itu sangat kuat, aku seperti ingin pingsan rasanya.
"Ampuuun....sakit sekali tuan....aduuuh" Aku cuma bisa merintih. Akhirnya Adit melepaskan tangannya, segera aku berlari menuju kamarku, aku tak perduli dengan barang2nya lagi. Adit masih tertawa kecil dibelakangku. Hatiku sakit sekali mengalahkan rasa sakit yang masih berdenyut2 di buah dadaku. Ternyata majikanku punya tabiat binatang.

Sampai dikamar kubuka blouseku, lalu kubuka bh-ku, aku menuju cermin dan kulihat bekas cengkraman itu memerah dibuah dadaku dan dari puting susuku ada cairan putih keluar, aku tahu itu susu. Aku memang mempunyai anak yang baru berumur 6 bulan, kutinggalkan di kampung bersama neneknya. Suamiku entah pergi kemana, katanya mau cari pekerjaan ke Malaysia. Kusadari buah dadaku memang besar sekali, kadang2 aku harus mengeluarkan sendiri susu didalamnya, kalau tidak akan terasa sakit. Sekarang aku merasa buah dadaku berdenyut2 dan rasa sakit masih merambat pelan. Bajingan pemuda itu. Aku memutuskan untuk berhenti saat itu juga.

Aku pergi kerumah induk menemui kepala pembantu dan Bu Tinah mengatakan Pak Arman dan
istrinya belum pulang dari Surabaya. Aku ingin menceritakan perlakuan yang kudapat dari Adit,
tapi aku malu. Kupikir aku akan berusaha menunggu sampai besok sore saja, ketika majikanku
pulang. Aku berjalan kembali kekamarku dan aku mengunci diri sampai sore, aku tak perduli lagi
dengan pekerjaanku. Aku merasa diperlakukan seperti pelacur oleh pemuda itu. Sialan sekali.

"Hei....keluar kamu, siapin minuman, ada teman2 gue nih. Cepetan!!!" Pintu kamarku digedor2
oleh Adit. Aku diam dalam bimbang, apa yang harus kulakukan? Akhirnya aku berjalan menuju pintu,
kubuka pintu kamarku, belum sempat kubuka semua pintu itu sudah menerjang tubuhku, aku
terdorong keras dan jatuh terduduk diatas ranjangku. Didepanku sudah berdiri 4 orang pemuda,
salah satu diantaranya adalah Adit. Semuanya menadang kearahku. Aku bangkit hendak lari keluar,
tapi tangan salah seorang pemuda itu menjambak rambutku. Aku menjerit, tapi segera mulutku
dibekap oleh pemuda satu lagi.

"Kalau kamu berani menjerit, gue bunuh luh!!!" Bisik pemuda yang menjambak rambutku. Tubuhku .
bergetar ketakutan, apa yang akan mereka lakukan??? Mengapa aku harus mendapatkan perlakuan
seperti ini? Aku tak dapat berpikir panjang karena tangan2 mereka mulai sibuk merabai seluruh
tubuhku. Aku berusaha meronta

"Ampun tuan...jangan perlakukan saya seperti ini" Aku merintih dalam sakit, tangan mereka
bergerak mencengkram, meremas dan menyodok sana sini. Aku benar2 merasa sakit sekali.Tangan
pemuda yang ternyata bernama Dimas itu masuk kedalam blouseku lalu meremas2 buah dadaku dengan
kasar sekali, puting susuku ditarik2 olehnya. Sakitnya tak dapat kulukiskan.

"Wah...tetek cewek yang udah punya anak nih Dit..." Dimas berkata sambil menarik keluar dengan
paksa sebelah buah dadaku, tangannya mencengkram buah dadaku lalu dengan kasar ditarik keluar
menyembul dari bh yang masih kukenakan.


"Biarin deh...lumayan kan, coba elu test nonoknya Sam" Jawab Adit. Yang dipanggil Sam
menggerakkan tangannya kearah selangkanganku, aku meronta sekuat mungkin. Aku terbebas sesaat,
aku lari menuju pintu, kutarik pintu itu, tak bergerak, ternyata mereka menguncinya. Kembali mereka menarik tubuhku, lalu mendorongku sehingga jatuh telentang diatas ranjang. Adit mengunci kedua tanganku keatas, sedangkan Sam dan pemuda yang bernama Roni memegang kedua kakiku, sedangkan Dimas mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Aku menjerit keras dengan harapan ada yang mendengar, tapi aku segera terdiam ketika memandang foto yang dipegang Dimas. Mataku melotot melihat foto seorang perempuan yang meringkuk telanjang bulat dan bersimbah darah.

"Ini akibatnya kalau kamu melawan....jadi babu jangan belagu lu" Bisik Dimas ditelingaku. Aku merasakan telingaku digigitnya pelan. Aku bergidik, aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku menghentakkan kakiku berusaha melepaskan dari cengkraman pemuda2 itu. Dimas kemudian berjalan keluar, tak lama kemudian kembali membawa sebuah tas, kemudian dari dalam tas itu dikeluakan borgol dan tali. Aku menggeleng2kan kepalaku, sementara masing2 sebelah tangan pemuda yang memegang tangan dan kakiku terus merabai setiap lekuk tubuhku dengan kasar.

"Tolong jangan tuan...jangan....ampun, saya jangan diperlakukan begini tuan" Aku memohon, air mataku mengalir deras, aku tak berani lagi menjerit, nyaliku ciut melihat foto itu. Tanganku diborgol oleh Dimas kekepala ranjang, kemudian Adit melepaskan pegangannya pada tanganku, lalu membantu Dimas mengikat kedua kakiku dengan tali, kemudian tali itu masing2 dimasukkan kesudut tiang ranjang dikiri kanan kepala ranjangku. Aku merintih sambil memohon2, aku meratap sambil menangis terisak2, mengapa nasibku seperti ini, jantungku berdebar keras, aku tak tahu apa yang akan menimpaku. Yang kutahu kemudian kedua kakiku diangkat oleh Sam dan Roni, sementara Adit dan Dimas menarik talinya, kakiku terangkat kemudian pinggulku terangkat sedikit, sekarang kedua kakiku merenggang lebar karena ditarik oleh tali disudut ranjang, pinggul terangkat, aku sadar mereka sekarang sedang menikmati bokongku yang masih tertutup celana dalam krem, rokku sudah tersingkap. Aku memohon terus agar mereka melepaskanku.

"Tuan...tolong...jangan tuan"
"Tenang dan nikmatin aja lu" Kata Roni. Aku meronta, tapi kurasakan ikatan dikakiku makin keras jadinya. Tubuhku ngilu diperlakukan seperti itu. Kulihat Roni menelusuri kakiku dengan jari2nya.

"Mulus juga nih betina Dit" Ujarnya, aku menahan rasa geli, jari2 itu merambat pelan sampai pahaku. Selesai mengikatku mereka melepaskan pakaian mereka, sehingga sekarang semua pemuda itu berdiri telanjang bulat dihadapanku. Jantungku berdegup keras melihat ukuran kontol mereka yang besar2 itu, semuanya panjang dan besar.

"Ampuuuunnn tuan......"Aku meratap sambil menangis terus. Mereka cuma tertawa2.
"Kontol lu kok udah berlendir gitu sih Ron" Tanya Adit
"Belon apa2 udah ngaceng luh" Sam menimpali. Roni cuma mesem2. Mereka berjalan mendekatiku. Kulihat kontol Roni memang kelihatannya basah sekali. Kemudian mulailah siksaan menderaku. Adit kembali meremas2 buah dadaku dengan kasar, sehingga sebentar2 buah dadaku mengeluarkan susu kental yang segera dijilat Sam. Lalu Dimas kembali mengambil sesuatu dari dalam tas, benda berwarna hitam, ternyata jepitan kertas. Aku meronta2, tapi setiap kali meronta ikatan kakiku tambah kencang, mataku terbelalak melihat Dimas merenggangkan jepitan itu, kemudian menempelkan jepitan itu di puting susuku yang besar dan berwarna merah kehitaman. Sesaat kemudian aku memejamkan mata kuat2 sambil menggigit bibirku, sakit luar biasa ketika jepitan itu mencengkram puting susuku.

"Aaaaaauuuuuuu........sakiiitttt!!!" Aku mengerang keras, aku tak berani berteriak. Aku menggoyang2kan buah dadaku agar benda itu lepas, tapi perbuatanku malah menambah kegairahan mereka. Semua melihat kearah buah dadaku yang bergelinjang2 kekiri dan kekanan.

"Gila nih tetek....ok banget sih" Ujar Dimas sambil menjepit puting susuku yang sebelah lagi. Aku kembali menggigit bibir kesakitan.. Kemudian Sam mulai menjerakan tali ke buah dadaku, kemudian ditariknya jerat itu, seketika buah dadaku terangkat menggembung , kali ini aku menjerit keras, sakitnya sampai ke ulu hati, Sam terus menarik sampai kulihat buah dadaku membiru dan cairan susu mengalir deras. Air mataku mengucur. Adit menggunting putus bhku lalu blouseku, kemudian rokku, kemudian celana dalamku. Sekarang tubuhku benar2 telanjang bulat. Roni menciumi celana dalamku dengan garang.

"Baunya pesing banget Dit....enak" Kata Roni sambil melempar celanaku kepadanya. Adit mencium juga, kemudian benda itu digilir oleh mereka, sampai akhirnya celana dalam itu dibuang kelantai. Mataku berkunang2 menahan rasa sakit dibuah dadaku. Tiba2 Roni jongkok diatas wajahku, kontolnya diarahkan kedalam mulutku.

"Sedot say..." Aku membuang muka, tapi tiba2 kurasakan itilku sakit bukan kepalang. Ternyata Sam menjepret itilku dengan sejenis karet berwarna hitam, kemudian itilku ditariknya sambil dipencet, aku berteriak keras lagi.

"Kulumin tuh kontol Roni, kalo nggak gua selepet lagi itil lu" Ancam Sam. Kubiarkan kontol Roni yang besar itu menyumbat mulutku. Kurasakan jepitan di puting susuku telah dilepas. Tapi Adit kemudian menyentil2 puting itu dengan keras, setiap kali sentilan itu mendarat tubuhku bergetar menahan sakit. Tapi kurasakan juga kenikmatan ketika Sam melumat memekku dengan rakus. Lidahnya keluar masuk dalam liang memekku, kadang2 itilku disedot keras.

Kontol Roni kadang2 membuatku sulit bernapas. Ia memompa mulutku seperti kesetanan. Entah berapa banyak lendir kontol itu masuk kedalam tenggorokanku. Rasanya asin dan baunya seperti air sumur dikampungku. Kini gantian Adit yang menyedot memekku, aku bisa merasakan kenikmatan walaupun buah dadaku masih membiru karena terikat oleh tali.

"Ternyata babu ini menikmati Sam" Teriak Adit. Aku merasakan lidahnya menjalar masuk kedalam liang memekku, itilku dihisap dan dijilat. Tiba2 aku merasakan lidahnya menelusuri liang pantatku. Kurasakan sakit ketika jari2nya menusuk2 liang itu. Tapi rasa geli mengalahkan rasa sakit. Aku diam saja menikmati. Tak lama kemudian Roni menjerit keras, lalu kurasakan cairan panas menyembur2 dalam mulutku, masuk kekerongkonganku. Kontolnya diselipkan disamping mulutku sambil terus dipompa, lalu dikeluarkan sehingga air maninya menyembur membasahi wajahku. Kemudian dimasukkan lagi kedalam mulutku. Setelah puas dikeluarkan lagi, kemudian air mani diwajahku diratakan dengan kontolnya, lalu kontol itu dipukul2kan kewajah dan mulutku seolah2 tak ingin ada yang tersisa. Aku berusaha tidak muntah, kenyataannya memang enak juga rasa air mani itu. Roni melemas, bokongnya jatuh terduduk diatas wajahku. Aku meronta karena kekurangan oksigen. Kemudian posisi Roni digantikan oleh Dimas.

"Jilatin lobang pantat gue say" Ujar Dimas. Aku menggeleng.
"Jangan tuan....kotor" Aku merintih.
"Buktinya lobang pantat elu gua jilatin" Sergah Adit. Kemudian aku merasakan itilku kembali dijepret, sakitnya mengalahkan kenikmatan tadi. Tanpa protes lagi kujulurkan lidahku kearah lubang pantat Dimas, kemudian kujilat lubang itu, Roni berlaku seolah2 lidahku adlah kontol, ia berusaha memasukkan lidahku kedalam lubang duburnya, sampai akhirnya ia menusukkan kontolnya masuk kedalam mulutku. Tercium bau pesing menusuk, aku berusaha menyedot tanpa harus muntah. Tiba2 pemuda itu mencabut kontol yang masih setengah tegak itu, kemudian memancarkan air kencingnya kewajahku, rahangku ditekan keras sehingga mulutku menganga lebar, dan air kencing itu mengalir panas dalam tenggorokanku. Aku tersedak2, tapi pemuda itu malah sesekali mendorong kontolnya masuk kedalam mulutku.

"Aaaahhhhhh.....enak bener...."Desah Sam. Melihat itu Roni kemudian berdiri diatas wajahku, kemudian air kencingnya membasahi wajah dan tubuhku. sesekali kontol Sam disiram juga. Aku pasrah, aku tak mau itilku dijepret lagi.

"Sedot terus say...anggap aja es krim" Ujar Sam, tangannya kadang2 masuk kedalam mulutku. Aku berusaha mengerjakan apa yg diinginkannya. Dengan posisi kaki terangkat tinggi sehingga seluruh bokongku juga terangkat, kedua kakiku terentang lebar ditarik oleh tali yg diikat pada sudut2 ranjang, aku dapat melihat dengan jelas apa yg sedang mereka lakukan. Kulihat Dimas sedang memegang benda panjang seperti sebatang besi berkilat, pada gagangnya ada kabel menjulur keluar dan ditengah kabel itu ada kotak pemutar, aku tak tahu apa itu. Yang kutahu Dimas menusukkan colokan ke stopkontak yang ada dikamarku, kemudian batang besi itu perlahan2 ditempelkan pada lubang pantatku yang berwarna merah kehitaman, aku merasa jijik sendiri melihat lubang duburku yang berlumuran air liur Adit. Dimas menusukkan besi berdiameter kurang lebih 1.5 cm itu pelan2 kedalam lubang duburku, aku meronta2 tapi malah membuat tusukan itu menghujam makin dalam. Sakit yg kurasakan membuat keringatku menerobos keluar dari seluruh pori2 tubuhku, sedangkan dimulutku tersumpal kontol Sam dan kontol Adit yang berebutan memasukkannya kedalam mulutku. Aku tak berani berkutik lagi, yang kurasakan cuma rasa dingin besi itu dilubang duburku, aku dapat melihat lubang duburku mencengkram kencang besi itu. Adit dan Sam memompa2 kontolnya didalam mulutku, rahangku pegal sekali menerima 2 buah kontol yang saling menerobos. Kini Dimas meninggalkan alat itu lalu mengocok kontolnya sendiri, kemudian mereka bertiga berjongkok mengelilingiku, kontol mereka bergantian masuk dalam mulutku, mereka mengerang2 sambil memandang wajahku yang penuh oleh lendir mereka. Aku tersedak2 dan sulit sekali bernapas menerima hujaman kontol2 itu.

"Tuan...gantian saja....sa...saya tidak sanggup lagi....augh" Aku tak sempat meneruskan karena air mani Sam menyemprot dashyat membanjiri mulutku, rahangku ditekan oleh Roni.. Cairan panas itu memenuhi rongga mulutku, aku berusaha menelannya, tapi sebagian tersedak keluar, kemudian Dimas mengarahkan kontolnya dan memancarkan air maninya keseluruh wajahku, rambutku, hidungku, begitu banyak air mani yang disemprokan, aku merasa aku akan pingsan, aku tak berani membuka mataku, aku takut air mani itu masuk kedalam mataku, yang kurasakan kemudian semprotan air mani Adit juga memenuhi rongga mulutku, terasa panas dan asin. Setelah itu 3 buah kontol dijejalkan kedalam sekaligus kedalam mulutku, kujilat semua, aku berusaha mereka puas semua, sehingga penderitaan ini cepat berakhir.

"Nah gitu dong....kalo udah ngerasain bakalan ketagihan lu" Kata Adit sambil terus megurut kontolnya sehingga cairan menetes2 jatuh kedalam mulutku. Aku benar2 merasa terhina bukan main, belum pernah aku diperlakukan seperti ini, dan aku tak pernah bermimpi menghisap kontol, dengan suami sendiri saja aku tak pernah, dan kini aku harus memuaskan empat buah kontol didalam mulutku. Seluruh tubuhku terasa seperti tidak bertulang lagi, semuanya serasa melemas, aku tak berdaya apa2 sama sekali, aku cuma bisa tergolek dalam keadaan tubuh setengah tergantung, kedua kakiku yang tergantung seperti mati rasa.

"Tuan Adit, tolong lepaskan saya....tolong tuan...saya tidak kuat lagi...."Aku memohon dan memohon, air mataku keluar bercampur dengan lendir yang memenuhi wajahku. Lidahku seperti kelu dan kaku, rasa asin masih tidak mau hilang, dan bau air mani mereka menyengat sekali.

"Ops..nggak segampang itu....ini belon apa2 say....tunggu aja" Jawab Adit sambil mencubit puting susuku. Tubuhku cuma bisa bergetar sedikit merasakan sakit yang ditimbulkan. Sementara Dimas mulai menggerakkan batang besi yang terhujam dilubang duburku pelan2. Tangannya mengorek2 lubang memekku, lalu memoleskan lendir memekku kealat itu, sehingga rasa sakit berkurang karena alat itu mulai licin keluar masuk dalam lubang pantatku.

"Sudahin aja deh.....toh elu orang udah pada keluar semua" Roni berkata sambil meremas2 kedua buah dadaku. Mereka seperti tidak mendengar. Adit lalu mencabut batang besi itu, kemudian dibawah kemulutku.

"Jilat nih biar tambah licin.....ayo!!!" Aku menggeleng2kan kepalaku, tercium bau yang menyengat dari benda itu. Tapi aku tak kuasa lagi, tenagaku habis dan buah dadaku terasa berdenyut2 makin sakit, kupikir akan pecah oleh ikatan yang menguat setiap aku meronta. Akhirnya besi itu masuk kedalam mulutku, kujulurkan lidahku menjilati lendir yang kekuning2an . Aku ingin muntah tapi aku tidak bisa.

"Enak nggak rasanya say....?" Tanya Adit sambil mengocokkan alat itu kedalam mulutku. Aku menggeleng keras. Kembali buah dadaku diremas oleh Dimas dengan keras. Rasa nyeri merambat lagi keseluruh tubuhku.

"Enak nggak???" Aku mengangguk keras2, aku takut jika buah dadaku diremas lagi, maka akan pecah berantakan. Kulihat buah dadaku berwarna biru tua, sakitnya luar biasa.

"Sudah tuan....jangan siksa saya lagi, buah dada saya sakit sekali" Aku merintih, aku menangis, tapi aku tahu percuma saja. Yang kutahu kemudian Roni menciumi mulutku dengan buas, lidahnya menelusuri rongga mulutku, bulu kudukku meremang, perasaan nikmat merayap, lidahnya membelit2 lidahku dengan buas. Ia tak perduli dengan lendir dan bau yg ada dalam mulutku. Ikatan pada buah dadaku dikendorkan sedikit, aku merasa agak nyaman. Kemudian kulihat batangan besi itu kembali dimasukkan kedalam lubang duburku. Kemudian mereka berempat berdiri mengelilingiku, tak ada seorangpun yang menyentuhku. Aku agak lega, mungkin mereka sudah bosan menyiksaku.

"Siap ya....mulai!!!" Kulihat Adit memutar tombol ditengah kabel. Seketika itu aku menjerit sejadi2nya ketika aliran listrik menyengat lubang duburku, pinggulku terlonjak keatas. Itu cuma berlangsung selama kurang lebih 3 detik, namun sakit yang ditimbulkan membuat jantungku seperti terlonjak2 dengan hebat. Adit memutar lagi alat itu.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..................." Keringatku seperti mandi. Mataku terbelalak. Aku benar2 merasakan kesakitan yang belum pernah kurasakan seumur hidupku. Mereka tertawa2 gembira melihatku berkelojotan seperti bianatang.

"Ampuuuuunnnnn tuaaaannnn....ampuuuunn" Aku mengerang
"Nikmatin dong say...." Dimas mendekatiku kemudian kulihat ia menjepitkan jepitan yang berkabel pada kedua puting buah dadaku, kemudian kulihat Adit menjepitan sebuah lagi pada itilku, jepitan itu menjepit dengan keras, kurasakan mungkin itilku telah luka oleh jepitan itu.

"Jangaann....jangan tuan...saya bisa mati....aduuuh toloong...." Tapi suara yang keluar terdengar pelan sekali, seperti bisikan saja. Lalu kulihat adit sibuk memutar2 tombol. Sekejap yang kurasakan adalah seolah2 seluruh tubuhku diterjang oleh jutaan semut api. Sakit luar biasa, aku tak dapat meronta, buah dadaku hanya bergetar2, kulihat jepitan pada itilku bergoyang sedikit, aku tak ingat apa2 lagi.

Entah berapa lama, yang kutahu kemudian mereka bergantian kencing diwajahku, sehingga aku sadar kembali. Kamarku mungkin sudah pengap oleh bau pesing. Aku merasa lega karena ikatan buah dadaku sudah tak ada dan jepitan serta batang besi sudah tidak ada juga. Mereka membuka semua ikatanku, aku terjatuh lemas, tapi kulihat kontol mereka masih tegak.

"Kalo elu macam2 lagi, elu bakalan merasakan yang lebih hebat lagi" Ujar Adit. Aku mengangguk lemah. Tubuhku tergolek tak berdaya, tenagaku seperti habis.

"Sekarang elu puasin kita2....merangkak lu kesini" Perintah Dimas. Aku bangkit lalu merangkak turun ranjang mendekatinya. Mereka berdiri mengelilingiku, satu persatu kontol mereka kukulum bergantian.

"Mainin itil luh sendiri...." Aku merasa malu sekali, tapi aku sudah pasrah, dan ada perasaan aneh merayap kedalam diriku, perasaan nikmat diperlakukan seperti binatang, kupikir aku sudah mulai jadi gila. Aku segera memasukkan jari2ku kedalam memekku, lalu kukocok2 jariku didalam memekku, rasanya nikmat juga. Tiba2 jempol kaki Sam menusuk kedalam memekku, pelan2 kuayunkan pinggulku sehingga aku bisa menikmati jempol kakinya keluar masuk dalam liang memekku, lama2 kontol mereka mengeras semua dalam kuluman mulutku. Kemudian mereka menyuruhku merangkak lagi keatas ranjang, aku berbaring telentang. Tangan kiriku menggenggam kontol Adit, tangan kananku menggenggam kontol Roni, sedangkan Dimas mulai menidih tubuhku, sementara kontol Sam masuk dalam mulutku. Kurasakan Dimas menghujamkan kontolnya kedalam memekku, ada rasa sakit sedikit namun itu tak berarti dibanding kenikmatan yang kudapat. Kontol Dimas memompa liang memekku dengan dashyat, aku merintih panjang.

"Enak kan?" Aku mengagguk. Roni meremas buah dadaku, sementara aku terus mengocok kontolnya dan kontol Adit. Kemudian Adit menyuruhku pindah keatas, sehingga aku yang mulai bergerak memompa kontol Dimas dalam memekku, sementara Adit berjalan kebelakangku, kemudian kurasakan kontolnya berusaha menerobos lubang duburku, aku menggigit bibir menahan rasa sakit ketika kontol itu masuk perlahan, aku mengerang. Yang kurasakan kemudian adalah kenikmatan yang tidak ada duanya. Pantatku dipukul2 keras oleh Adit sambil memompa pantatku. Sementara aku mengulum kontol Sam, sedangkan Roni sibuk mencucupi puting susuku. Aku tak tahu mengapa sekarang walaupun buah dadaku diremas begitu kencang tapi aku tidak lagi merasakan nyeri, melainkan nikmat yang kurasakan.

Tiba2 Adit mencabut kontolnya dari liang duburku, lalu bergerak menuju wajahku, aku membuka mulutku sehingga kontolnya langsung terhujam masuk mulutku, kukulum dan kuhisap2, walaupun tercium bau duburku, tapi aku tak perduli lagi, entah berapa banyak kotoran yang telah memasuki mulutku hari ini, aku tak perduli lagi. Aku menikmati daging kenyal itu dalam mulutku. Semenit kemudian Adit melolong keras sambil menyemburkan air maninya kedalam tenggorokanku. Kutelan semuanya tanpa ada yang tercecer keluar. Sedangkan Sam menggantikan Adit memompa liang duburku, aku telah dua kali mencapai orgasme, tapi mereka rupanya tidak tahu. Tak lama kemudian Dimas melolong juga, dan kurasakan liang memekku panas membara ketika air mani pemuda itu menyemprot didalamnya.

"Adoooowwww.....enaaaaak emaaakk!!!" Teriak Dimas. Aku menggigit bibir menahan agar orgasme yang juga kucapai tidak terluap menjadi lolongan seperti mereka, aku malu. Kemudian Adit menyuruhku tidur terlentang lalu mengangkat pinggulku sampai menekuk sehingga liang memekku berada diatas wajahku, cuma berjarak tak lebih dari 10 cm dari mulutku, sementara Sam melanjutkan menusuk lubang duburku dengan posisi berdiri diatas pantatku. Kupandangi liang memekku yang berbusa dan kulihat air mani Dimas perlahan mengalir jatuh membentuk tirai panjang memasuki mulutku, ada juga lendir bening ikut, aku tahu itu lendir memekku. Aku berusaha menjilat lendir itu, rasanya makin lama makin enak, tapi aku berusaha kelihatan seperti terpaksa. Tiba2 Adit ikut menjilati lendir yang masuk kedalam mulutku, tanganya mengorek2 kedalam mulut dan memekku, lidahnya berpindah2 dari mulutku kemudian ke memekku. Aku tak kuat lagi menahan kenikmatan.

"Aaaaarrrrghhhhhh......"Aku mengeluh panjang ketika puncak kenikmatan itu hinggap merayapi seluruh tubuhku. Kulumat mulut Adit dengan buas, Adit membalas dengan buas juga, sementara, Sam mengerang2 merasakan kontolnya yang terjepit duburku.

"Peju lu enak juga Dim" Ujar Adit sambil menyeka bibirnya dengan tangan. Dimas terkekeh, ia mendekatkan kontolnya yang sudah lemas kemulutku.

"Ssstttt....." Ia berbisik sambil menyuruhku jangan mengulum kontolnya. Sedetik kemudian kulihat lubang diujung kontolnya mengembang kemudian memancarlah air kencingnya yang berwarna kuning itu meyembur kewajah dan mulutku. Aku memejamkan mataku. Aku berusaha meminum air kencingnya, terasa asin dan pahit sedikit, dan berbau pesing.

"Coba elu juga kencing....."Perintah Roni. Dimas membenamkan kontolnya kedalam duburku dan diam, aku mengerahkan tenaga seperti biasa kalau hendak kencing. Lalu memancarlah air kencingku yang berwarna bening kekuningan juga, jatuh juga kewajah dan mulutku, Adit dan Roni berebutan menjilati air kencingku dan melumat mulutku. Aku sudah terobsesi oleh kejorokan mereka sehingga tidak ada lagi rasa jijik dengan apa yang mereka perbuat terhadapku. Aku malah mencoba menikmatinya.

"Aduh duh...awas...minggir...minggir!!!! I'm comingggg!!!!" Teriak Dimas yang cepat2 menghujamkan kontolnya sedalam mungkin kedalam duburku. Aku meringis perih, kurasakan semprotan air maninya yang hangat membasahi lubang duburku. Kemudian Dimas mencabut kontolnya lalu menghujamkannya kedalam mulutku, kusedot sisa2 air maninya dengan lahap. Adit mengorek2 liang duburku dengan tangannya, lalu memasukkan air mani Sam yang berlumuran ditangannya kedalam mulutku. Kujilat semua yang masuk dalam mulutku. Roni yang dari tadi mengocok kontolnya sendiri, juga menjerit sambil menyemprotkan air maninya yang encer itu kewajahku, kontolnya menempel dipipiku, airmaninya menyembur wajahku dengan hebat. Aku tak berani membayangkan bagaimana wajahku saat itu.

"Gila....kayaknya yang ini yang paling oke Dit" Ujar Dimas tergolek lemas disisiku, sedangkan Adit menyurukkan kepalanya kebuah dadaku dan menyedot putig susuku dengan keras, Roni berlaku sama dengan buah dadaku yang satu lagi, sedangkan sam tergolek dengan tangan masih mengorek2 liang memekku. Adit mengusap2 wajahku dari lendir yang menempel, kemudian menyuruhku menjilat tangannya yang penuh lendir. Aku merasa lelah sekali, tubuhku semuanya terasa sakit, pelan2 rasa terhina merayap kembali, tiba2 aku merasa seperti ada yang bergolak dalam perutku. Aku segera bangun berlari menuju kamar mandi, benar saja, baru sampai dipintu muntahku keluar tak terbendung. Ada gumpalan lendir jatuh kelantai. Aku terduduk lemas dilantai kamar mandiku, Yang kutahu kemudian mereka memandikanku dan aku memandikan mereka, dan mereka kembali menggilirku didalam kamar mandi. Hari itu aku benar2 menjadi budak sex mereka. Ketika kembali kekamarku, aku ingin muntah lagi mencium bau pesing yang tak terkira memenuhi kamar tidurku.

Keesokkannya pak Arman dan istrinya kembali dari Surabaya, aku menceritakan 'perkosaan' yang dilakukan anaknya dan aku minta berhenti. Pak Arman marah besar, Adit sampai ditendang dan dipukul habis2an bahkan hampir ditembak oleh ayahnya kalau tidak ditolong oleh ibunya. Pak Arman mengumpulkan semua pemuda yang memperkosaku, kemudian salah satu dari mereka harus ada yang bertanggung jawab. Ronilah yang akhirnya berniat menikahilku, sedangkan Pak Arman menyantuniku dengan sejumlah uang yang untukku luar biasa besar. Dimas dan Sam kabur keesokan harinya, entah kemana.

Roni dan aku menikah dikampungku, kemudian kami pindah kekota kecil dijawa tengah. Anakku kubawa juga, Roni ternyata sangat baik padaku dan anakku. Kini kami telah mempunyai 3 orang anak, semuanya sehat dan kami hidup cukup bahagia sampai kini. Sekarang sudah sepuluh tahun berlalu dari kejadian itu dan aku bersyukur juga kalau mengingat nasib yang akhirnya membawa kebahagian juga padaku.
Seterusnya »»

MEMEK YANI, PEMBANTU GUE



Salah satu memek enak yang pernah gue cicipin adalah memeknya si ani, pembantu gue.
Gue sendiri baru tau nikmatnya lubang di selangkangannya setelah hampir setahun doi bekerja
di tempat gue. Itu pun tanpa disengaja, karena gue memang nggak pernah berminat
ngentotin doi. Padahal, kalau mau, kesempatan untuk itu sangat terbuka. Gue
waktu itu ngontrak di lantai 4 sebuah rumah susun dekat, cuma berdua doi. Gue
nempatin kamar belakang, dan doi tidur di kamar depan yang lebih kecil. Secara
fisik Yani, 20 tahun, lulusan SMA di kota P, Jawa Timur, cukup menarik. Wajahnya
manis. Badannya bagus, tidak kurus tidak gemuk, tapi cukup padat seperti umumnya
cewek-cewek seumurnya. Kulitnya coklat dan bersih. Teteknya kecil tapi masih
kenceng. Betisnya bagus --jenjang dan padat -- seperti badannya. Pengalaman
merasakan enaknya memek Yani bermula dari suatu malem ketika gue lagi susah
tidur. Gue berdiri di depan jendela kamar untuk melihat-lihat 'pemandangan' di
luar. Tanpa sengaja, di sebuah kamar salah satu rumah lantai 3 di seberang kamar
gue, terlihat sepasang manusia sedang bercumbu di tempat tidur. Jendela kamarnya
cuma dilapisi vitrage tipis dan lampu kecil di kamar itu tidak dimatikan. Tentu
saja gue langsung tune-in ke sana, karena kamar gue gelap dan mereka pasti nggak
tau sedang jadi bahan tontonan. Lumayan lama pasangan tetangga gue itu bergumul
di atas tempat tidur, sampai kontol gue ngaceng berat dan kepala agak pening.
Gue balik ke tempat tidur untuk menenangkan diri.

Setelah tegangan di selangkangan agak mengendor, mendadak gue pingin kencing. Cepet-cepet gue keluar kamar untuk ke kamar mandi. Eh, di dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi,gue lihat Yani lagi duduk di atas meja dapur yang gelap sambil memandang ke luar jendela. Ketika tahu gue mendekat, dia kaget sekali. Dan ketika gue melongok ke luar jendela untuk melihat apa yang sedang dipandanginya, dia kelihatan malu sekali dan secara refleks mau turun dari situ. Tapi badannya gue tahan dengan badan gue. Sembari melongok ke arah luar jendela, gue tanya: "Udah mulai?" Yani menjawab pelan: "Belum". Setelah itu tidak ada suara lagi, karena kita berdua asyik menonton live show di jendela bawah sana. Gue berdiri dengan badan merapat di badan Yani yang tetap duduk di atas meja dapur. Kontol gue menempel di paha kanannya. Sambil nonton tangan gue menarik paha Yani sampai benar-benar menekan
kontol gue. Doi kelihatan suka, sehingga tanpa perlu dipegangi lagi, pahanya
terus menekan kontol gue yang cuma tertutup CD. Maka, tangan gue bebas
menggerayangi teteknya yang tidak berkutang. Setelah beberapa saat, tangan Yani
memeluk tangan gue sambil sesekali menekan dan meremas seperti memberi tahu
bahwa doi pingin teteknya diremas lebih keras lagi. Dengan tanggap gue turuti
"perintah"-nya. Teteknya makin mengeras dan pentilnya yang kecil mulai terasa
agak basah. Tangan gue kemudian turun. Live show di jendela bawah mulai masuk
tahap paling seru (tau sendiri deh!). Dengan satu tangan gue lepas CD Yani. Doi
yang yang udah pasrah mengangkat sedikit pantatnya, dan setelah itu membiarkan
tangan gue mengelus-elus bagian luar memeknya yang sudah basah. Gue masukin jari
tengah gue ke dalem lubang memeknya. Memeknya semakin ngocor dan Yani cuma merem
melek sambil mendesah pelan ... ahhhhh ... ahhhhh ..... ahhhhhhhhh .... . Agak
lama kemudian, kedua paha doi merapat sampai menjepit tangan gue, lalu kedua
tangannya memeluk keras badan gue, dan pantatnya maju mundur secara ritmis
beberapa kali sambil mengerang keenakan. Jari tengah gue yang masih ada di dalem
memeknya terasa seperti dipijit-pijit. Setelah orgasme, nafsunya bukannya turun,
malah makin tinggi. Tanpa malu-malu lagi, doi melorotin CD gue, lalu dengan
penuh nafsu menjilati biji dan kontol gue. Aduh mak, gue ngerasa
geli-geli-nikmat. Apalagi ketika pelan-pelan Yani memasukkan kepala nuklir gue
ke dalam mulutnya, sementara lidahnya berputar-putar menjilati bagian bawah
kontol gue. Selagi gue mendesis-desis keenakan, Yani memasukkan seluruh batang
kontol ke dalam mulutnya. Pelan-pelan doi tarik mulutnya, sambil kedua bibirnya
mengatup rapat di seputar batang kontol. Setelah itu doi selomot kontol gue
keluar masuk mulutnya seperti orang makan es lilin. Saking enaknya, pantat gue
sampai maju-mundur seperti orang lagi ngentot. Bedanya, yang mencengkeram kontol
gue bukan memek, tapi mulutnya. Makin lama makin cepat. Kontol gue makin keras
dan terasa sudah mau muncrat. Yani sendiri sudah benar-benar nafsu, napasnya
mendengus-dengus makin keras, kedua bibirnya makin rapet "menggigit" kontol gue,
dan kedua tangannya meremas-remas pantat gue. Gue bener-bener udah nggak tahan.
Segera gue tarik kontol gue sampai lepas dari mulut doi, dan dengan susah payah
gue tahan supaya peju gue nggak sampai muncrat. Berhasil. Sambil mengatur napas
gue lihat Yani sudah dalam posisi duduk di meja dapur menghadap gue, kedua
kakinya terjuntai ke lantai. Doi bener-bener pasrah sewaktu gue melepas kaos
singlet dan roknya. Dalam keadaaan telanjang bulat, doi gue tarik sampai berdiri
dan berpelukan dengan gue. Yani memeluk gue keras-keras, menempelkan seluruh
badannya ke badan gue. Bagian badannya yang menempel dengan kontol gue bahkan
ditekan lebih keras sambil digeser-geser lembut. Sementara bagian badan gue yang
menempel dengan teteknya juga gue teken lebih keras. Tangan gue mulai bekerja
mengelus-elus badannya. Mulai dari punggung sampai pinggang, pinggul, paha, dan
naik lagi ke teteknya. Doi terus mendesah-desah, makin lama makin keras, dan
bibirnya mulai menjilati pentil gue. Voltase gue tentu aja jadi meninggi lagi.
Tangan gue mulai menegerayangi lagi memeknya yang basah kuyup. Gue masukin jari
satu jari gue ke dalam lubang memeknya, sementara lidah gue mulai menjilati
kupingnya. Rupanya itu membuat voltase doi bertambah tinggi juga. Lidahnya bukan
lagi cuma menjilati pentil gue, tapi mulai menjalar ke seluruh dada, perut, dan
tanpa gue sadar, kontol gue sudah dimasukkan lagi ke dalam mulutnya. Cepat-cepat
gue cabut kontol gue dari mulutnya, terus gue dudukkan lagi dia di atas meja
dapur. Gue angkat keduanya kakinya sehingga memeknya berada persis di penggir
meja, siap untuk gue embat. Doi pun, saking nafsunya, langsung mencengkeram
kontol gue yang sudah sekeras besi untuk dimasukkan ke dalam memeknya.
Pelan-pelan kontol gue masuk ke lubang memeknya. Agak basah, tapi lubang
memeknya terasa agak sempit. Dan yang gila, dinding kiri dan kanan dari lubang
memeknya itu bergetar-getar seperti memijit-mijit batang kontol gue. Ketika gue
mulai menggoyang-goyangkan pantat untuk menggerakkan kontol maju mundur,
pijitan-pijitan di dalam memeknya semakin terasa. Enak banget. Yani sendiri
sudah tidak bisa membuka mata lagi karena keenakan. Napasnya nggak beraturan,
dan dari dalem mulutnya keluar erangan-erangan nikmat. Gue bisikin doi, "memek
kamu rasanya enak". Doi cuma menyahut: ahhhhhhh ..... ahhhhhhhh ...... ahhhhhhhh
...... Sementara itu doi mengerakkan pantatnya maju-mundur sembari makin
mempercepat pijitan-pijitan di dalam lubang memeknya. Sialan, bener-bener enak
memeknya, sebentar lagi gue bisa muncrat nih. Buru-buru gue tarik kontol gue
untuk melepaskan diri dari memek enak itu.
Seterusnya »»

Ibu Vivin Yang Tersayang



Cerita ini bermula pada waktu itu gue lagi kuliah di semester VI di salah satu PTS di
Bandung. Ceritanya saat itu gue lagi putus sama pacar gue dan memang dia tidak tau
diri udah dicintai malah bertingkah akhirnya dari cerita cintaku cuman berumur 2 tahun
aja. Waktu itu gue tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga kita tinggal serumah
atau ngaontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya gue laki-laki.
Mulanya gue bilangin ama kakak perempuan gue udah gue pisah rumah aja atau kos kek
tapi kakak gue ini saking sayangnya ama gue ya ngak dikasih gue pisah rumah. Kitapun
tinggal serumah dengan tiaga teman cewek kakakku. Ada satu diantara mereka udah dosen
tapi di Universitas lain Ibu Vivin namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum udah
umur 40 tahun tapi belon juga nikah. Ibu Vivin nanyain eh kamu akhir-akhir ini kok
sering ngelamun sih ngelamunin apa yok....jangan-jangan ngelamunin yang itu, Itu
apanya Bu.... memang dalam kesehari-harianku ibu Vivin tahu karena gue sering juga
curhat ama dia karena dia udah gue anggap lebih tua dan tahu banyak hal. Gue mulai
cerita tahu ngak masalah yang kuhadapi sekarang gue baru putus ama pacarku, oh....gitu
ceritanya pantasan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri.
Begitu dekatnya gue ama Ibu Vivin sampai suatu waktu gue mengalami kejadian ini entah
kenapa gue tidak sengaja udah mulai ada perhatian ama Ibu Vivin waktu itu tepatnya
Siang-siang semuanya pada kuliah gue lagi sakit kepala jadinya gue bolos dari kuliah.
Siang itu tepat jam 11:00 siang gue pas bangun eh agak sedikit heran kok masih ada
orang dirumah biasanya kalau siang-siang bolong gini udah pada ngak ada orang di rumah
tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Gue pergi ke arah dapur eh Ibu
Vivin ngak ngajar bu kamu kok ngak kuliah habis sakit bu sakit apa sakit? goda Ibu
Vivin ah....Ibu Vivin bisa aja, udah makan belon? ' Belon Bu" udah Ibu Masakin aja
sekalian ama kamu ya. Dengan cekatan Ibu Vivin memasak kitapun langsung makan berdua
sambil ngobrol ngalor ngidul kesana kemari sampai-sampai kitangebahas cerita yang agak
berbau seks.........gue kirain Ibu Vivin ngak deman yang namanya cerita ngeras eh
tau-taunya dia ngebalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun udah makin jauh
ngomongnya tepat saat itu gue ngomongin tetang perempuan yang udah lama ngak ngerasain
hubungan dengan lain jenisnya apa masih ada gitu keinginannya untuk itu, enak aja
emangnyaa nafsu itu ngenal usia gitu. Oh kalu gitu Ibu Vivin masih punya keinginan
dong utuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis, so....pasti dong terus
dengan siapa Ibu untuk itu Ibu kan belon kawin ya udah dengan enaknya gue nyeletup ",
Gue bersidia kok, dengan sedikit agak cuek gue ngomongnya ku tatap wajahnya Ibu Vivin
agak merah pudar entah apa yang membawa keberanian gue makin membludak dan entah kapan
mualinya gue mulai pegang tangannya dengan sedikit agak gugup Ibu Vivin kebingungan
sambil menarik kembali tangannya dengan sedikit usaha gue harus merayu terus sampai
dia benar-benar bersedia melakukannya. Okey .... sorry ya Ibu gue udah terlalu lancang
terhadap Ibu Vivin. Inggak gue kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal
itu dengan sedikit kegirangan dalam hati gue dengan lembut gue pegang lagi tangannya
sambul kudekatkan bibirku ke dahinya dengan lembut kukecup keningnya Ibu Vivin tebawa
dengan situasi yang gue buat dia menutup matanya dengan lembut juga gue kecup sedikit
dibawah kupingnya dengan lembut kubisikkan "Gue sayang Kamu Ibu Vivin", tapi dia tidak
menjawab sedikitpun degan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya
Cup....degan begitu lembutnya gue merasa kelembutan bibir itu aduh lembutnya dengan
cekatan gue udah menarik tubuhnya ke rangkuulanku dengan sedikit agak bernafsu gue
kecup lagi bibirnya denga sedikti terbuka bibirnya menyambut dengan lembut gue kecup
bibir bawahnya eh... tanpa kuduga dia balas kecupanku kesempatan itu tidak
kusia-siakan kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya kukecup
ah.....cup.....cup......cuip......dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas
kecupanku ada sekitar 10 menitan kita melakukannya tapi kali ini dia udah dengan mata
terbuka dengan sedikit ngosngosan kayak habis kerja keras aja, gue bisikkan Ibu Vivin
ah... jangan panggil Ibu panggil Vivin aja ya udah Vivin kita kekamar gue aja
yok...... dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti gue tuntun
dia ke kamarku. Gue ajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Gue ngak tahan lagi ini
saatnya yang gue tunggu-tunggu dengan sedikit pelan gue buka kacing bajunya satu per
satu dengan lahapnya gue pandangi tubuhnya ala mak.... indahnya tubuh ini kok ngak ada
sih laki-laki yang kepengen untuk mencicipinya, dengan sedikit membungkuk gue jilati
dengan telaten pertama-tama belahan gunung kembarnya ah....... ssh....... terus Ian ia
Vivin tidak sabar lagi Bhnya gue buka terpampang udah Buah kembar yang montok ukuran 4
B kukecup ganti-gantian ah....ssssssssh.... dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri
karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainya agak tipis dan
celananya juga tipis kuelus dengan lembut ah....Gue juga udah mulai horni gue sikapkan
celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya hu.....cantiknya
gundukan yang mengembang dengan lembut gue elus-elus gundukan itu
ah.....uh.....sssh......Ian kamu kok pintar sih gue juga udah ngak tahan lagi
sebenarnya memang ini adalah pemula bagi gue eh rupanya Vivin juga udah kepengen
membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana
dalamku oh......gedek bangat kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm dengan lembut dia
elus jakarku uh....uh...shhh.. dengan cermat gue berubah posisi 69 gue pandangi
sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut gue mulai ciumi dari pusarnya terus turun
ke bawah gue lumat memeknya dengan lembut gue berusaha memasukkan lidahku ke dalam
memeknya ah...uh... ssh.....terus Ian aku juga enak Vivin.....dengan lembut di lumat
habis siotong kepalanya di jilatin dengan lembut ashhh........oh..........ush....
Vivin terus sayang dengan lahap juga gue sapu semua dinding memeknya
ahk.....uh....ssh..... 15 menitan kita melakukan posisi 69 udah kepengen nyobain yang
namanya making love gue beroba posisi gue kempali memanggut bibirnya sudah terasa
kepala si otong mencari sangkarnya dengan dibantu tangannya si vivin diarahkan ke
lobang memeknya sedikit-demi sedikit gue dorong pinggulku akh...sshh...pelan-pelan ya
Ian gue masih perawan ah......gue kaget benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan
sekali dorong lagi udah terasa licin Blessst.........ahk.....teriak Vivin kudiamkan
sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya setelah 2 menitan lamanya gue mulai menarik
lagi siotong dari dalam terus gue maju mundur mungkin karena baru pertama kali hanya
dengan waktu 7 menit Vivin akh....ushh...usssssssh....ahhhkk....aku mau keluar Ian
tunggu gue juga udah mau keluar akh.......tiba-tiba menegang sudah memeknya menjepit
siotong dan terasa kepala siotong disiram sama air surganya mumbuat siotong tidak kuat
lagi memuntahkan Crot... Crot,.......cret.....banyak juga air maniku muncrat didalam
memeknya akh.......gue lemas habis gue tergelatak di sampingnya dengan lembut dia cium
bibirku kamu nyesal Ian ah inggak kitakan sama-sama mau. Kita cepat-cepat
berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan. Begitulah ceitanya lain kali gue sambung
tentang petualanganku dengan Ibu Vivin. Bersambung. Seterusnya »»

Sintaku(part three)



Meskipun di kantor aku dikenal pendiam dan sangat penurut sama bos, tapi dalam hal
seks aku selalu menganggap diriku masuk dalam kategori maniak. Beruntung aku bertemu
dengan Sinta yang ternyata memiliki kegilaan yang sama bukan hanya dalam soal seks,
tapi dalam kebiasaan atau hobi-hobi lainnya. Aku selalu menikmati setiap
kebiasaan-kebiasaan yang kami ciptakan berdua. Kalau sedang iseng, kami suka mengakses
situs-situs seks di internet. Gambar jorok bukan favorit kami. Kami lebih suka mencari
situs-situs seperti cerita seru, atau seksologi. dengan satulelaki.com atau satuwanita.com buatan satunet.com. Dia sering ikut dalam
forum diskusi di sana, khususnya mengenai seks.>

Selain itu, sejak awal pacaran, kami punya diary yang selalu kami isi sama-sama.
Macam-macam isinya. Kalau lagi marahan, kami mencurahkan isi hati masing-masing di
diary itu lalu membacanya bersama. Kegilaan kami pun tergambar di diary itu. Kadang
kami melakukan apa yang kami sebut hubungan seks dengan pulpen. Biasanya aku atau
Sinta memulai dengan menuliskan beberapa kalimat jorok yang kemudian bergantian kami
menulisnya. Dulu kami bisa berjam-jam bermain tulis menulis ini. Sebetulnya ingin aku
menyalin beberapa isi diary itu untuk kumuat di sini, tapi Sinta tak mengijinkan.
Katanya itu cukup untuk kita berdua saja...

Pernah pula suatu hari aku membawa pulang sebuah kamera digital punya kantor dan
kupakai untuk memotret Sinta dan aku yang sedang telanjang bulat dalam berbagai pose,
lalu aku print dan ditempel pada buku diary kami itu. Mulai dari foto seluruh badan,
foto kami dalam berbagai posisi, seperti posisi 69, foto aku sedang menjilat vagina
Sinta dan kebalikannya, sampai foto close up alat kelamin masing-masing dalam ukuran
yang besar. Semua kami tempelkan di diary itu lengkap dengan komentar-komentar jorok
dari kami berdua.

Pose Sinta tak kalah hebat dari pose Asia Carrera di internet. Carrera..?>. Buku itu kami simpan dengan sangat hati-hati agar tak dibaca orang lain,
sementara file foto digital itu kami hapus. dengan video malam pertamanya... Eh, aku punya lho clip pendek video itu dalam format
mpeg. Kalau ada yang mau silahkan kirim email via japri.. Katanya sih asli, dam memang
orang di video itu persis seperti Yuni Shara...>. Boleh percaya, boleh tidak, saking
takutnya buku itu hilang atau dibaca orang lain, kami berencana menyimpannya dalam
safe deposit box di salah satu bank langganan kami kawasan Melawai. Soalnya pernah
nyaris dibaca sama ibunya Sinta... Paling nanti buku itu akan kami ambil pada
saat-saat tertentu, kalau mau dibaca atau ditulisi... Kelak suatu saat nanti, mungkin
saat sudah tua, buku itu akan kami hancurkan agar jangan sampai jatuh ke tangan anak
cucu... malu!

Obsesi kami sekarang adalah memotret malam pertama kami nanti, saat kami sudah
menikah. Saat dimana akhirnya si junior akan habis-habisan mengeskplorasi setiap
jengkal dalam vagina Sinta... ahhh.. Sialan..! Jadi terangsang..! Jadi terbayang tubuh
telanjang Sinta.

Wah jadi ngelantur kemana-mana nih.. Sorry... sorry..., aku lagi kangen banget sama si
Gila itu... (sudah seminggu kita nggak ketemu... bayangkan kalau ketemu nanti...
hahhh....!!!)
"Eh, gila... kamu lagi baca ccs nggak...? Kangeeenn... tau!!!"

Salah satu bagian dari tubuh Sinta yang paling kusuka adalah payudaranya yang besar
dengan puting yang agak panjang. Kalau aku lagi mau main-main dengan payudaranya,
biasanya kami menyebutnya main klakson... hehehe. Sinta tak pernah keberatan dengan
julukan itu. Yang penting, jangan disebut 'tetek". Kampungan, katanya...! hehe...

Suatu malam Sabtu aku main ke rumahnya. Kami putuskan berakhir pekan di rumahnya saja,
pertama karena malam sabtu sebelumnya kami sudah sempat menginap di luar, kedua Sinta
sedang berhalangan, alias lagi dapet. Tapi jangan salah..! Lampu merah bukan halangan
bagi dua orang gila ini. Jangan khawatir, kami tidak akan menerabas lampu merah itu.
Kita lebih suka mencari jalur lain yang lampunya tidak merah. Apa maksudnya? baca
teruuusss...

Setelah beramah tamah dengan kedua orangtuanya, kami ngobrol di ruang tamu. Biasalah,
ngobrol orang pacaran, sampai akhirnya obrolan kami mulai merembet ke hal-hal yang
berbau-bau jorok.

"Mas, liat aku deh...", Sinta memegang pisang ambon yang diambilnya di atas meja tamu.
Dikupasnya pisang itu lalu memasukkan sebagian ujungnya dimasukkan ke mulutnya.
Mulutnya mengulum pisang itu, lalu dikeluarkannya dan dijilat-jilat. Matanya merem
melek... Lidahnya lalu menjilat bibirnya namun justru membuat bibir itu mengkilat dan
tampak seksi.

"Heh... gila...! Ntar aku pengen lho...!", aku berbisik pelan.

"Emangnya aku nggak pengen... udah lama nih...!!", ia tersenyum nakal..

Tangan kiri Sinta pelan-pelan mengangkat kaus putih yang dipakainya sampai payudaranya
yang besar dan putih itu menyembul. Ia ternyata tak memakai BH. Aku mulai nafsu campur
panik, takut orang tuanya yang sedang nonton TV di ruang sebelah muncul.

Ujung pisang yang tadi dikulum dan masih basah oleh air liurnya Sinta itu kini
ditempelkan pada puting payudaranya. Ia membuat gerakan memutar-mutar ujung pisang itu
di putingnya.

Mulut Sinta membuat gerakan seolah sedang mendesah, tanpa tak mengeluarkan suara.
Matanya terpejam menikmati. Nampak puting Sinta yang memang agak panjang itu mulai
mengeras...

"Sial!! Ini orang nyari gara-gara...!" aku mengumpat dalam hati.

Pisang yang sangat beruntung itu kini disodorkan ke ke arahku yang duduk di sebelahnya
di sofa ruang tamu. Tangan kirinya perlahan kembali menurunkan kaus putihnya, tapi tak
bisa menyembunyikan bentuk putingnya yang mulai menegang itu. Ia lalu memasukan pisang
itu ke mulutku yang memang sedang ternganga melihat adegan gila Sinta.
Diputar-putarnya pisang itu di dalam mulutku, aku mengulumnya. Ia kemudian menarik
pisang itu dari mulutku lalu kembali di masukkan ke mulutnya, dikulum sebentar lalu
dikunyah dengan ekspresi yang bikin aku memaki dalam hati... Sambil mengunyah, tangan
kiri Sinta bergerak pelan mengelus si junior...

"Pisang sialan...", aku cuma bisa dibuat terbengong menyaksikan adegan gila itu...

Tiba-tiba terdengar suara dari belakang yang membuat kami terkejut..

"Sin, mamah sama papah tidur yah.. jangan lupa matiin televisi...!"

"Iya mah...!" Sinta berteriak menoleh ke belakang, ke arah ruang keluarga.

"Selamat tidur, tante...!!", aku ikut berteriak.

Ibunya Sinta menongolkan kepala dari pintu ruang keluarga.

"Aduuuh yang lagi pacaran.. Tante jadi ngiler... Awas lho, kesambet setan... Makanya
buruan deh, ngapain sih lama-lama pacaran..."

Aku menoleh ke belakang, "Iya tante...!"

Tak lama terdengar bunyi pintu kamar ditutup dan dikunci.

Kesempatan sudah terbuka. Kutarik kepala Sinta dengan kasar, dan langsung kulumat.
Kuremas payudaranya sekuat tenaga. Sinta mengeluarkan lenguhan pelan... Kami saling
berciuman sambil menjaga agar tidak terlalu mengeluarkan suara yang bisa membuat
curiga orang tuanya. Sinta meremas-remas kontolku yang sudah mendesak minta keluar
dari balik celana jins hitamku.

Sinta mengajakku pindah ke lantai. Dengan cara ini, kami berdua jadi terhalang oleh
sofa hitam besar di ruang tamu Sinta, sehingga tak akan nampak, kalau kebetulan ibunya
bangun.
Ia berbaring telentang. Aku berlutut di atasnya dengan tubuh Sinta berada diantara
kedua kakiku.

"Buka dong mas... buruan...!", Sinta menarik-narik celanaku... Kalau sudah tak sabaran
begini, ia pasti lagi sangat nafsu. Heran, lagi dapet masih aja bisa nafsu...

Kuturunkan celana jins dan celana dalamku sampai sebetas paha. Si Junior langsung
disambut oleh cengkeraman tangan Sinta yang mulai membimbing kontol itu ke arah
mulutnya. Aku mengikut dengan menggeser tubuhku hingga kepala Sinta berada di antara
kedua kakiku. Sinta menyambut dengan menjilat-jilat buah zakarku yang bergelantungan
di hadapan matanya. Geli tapi enak. Tangannya mulai mengocok kontolku.

"Sin, buruan iseeep dooong!!!", bisiku tak sabar...

Sinta serta-merta memasukkan kontolku ke mulutnya. Ia mulai mengisap, dan melakukan
gerakan menelan seolah akan menelan habis kontolku. Aku cuma bisa mendesah-desah
keenakan. Tangan kirinya mulai menekan-nekan bagian yang terletak di tengah antara
kontol dan lubang anus.

**kami pernah baca, ini katanya G-Spotnya pria, asal menekannya dengan benar akan
menimbulkan rasa nikmat**

Benar saja, kepala si junior terasa menjadi lebih besar. Sinta terus mengisap sambil
menekan-nekan bagian itu. Ia ahli sekali... Tak lama aku mulai merasa aliran cairan
nikmat yang misterius itu mulai bergerak dari tempat asalnya. Wah, cepat benar.. aku
belum puas nih... Kutarik kontolku dari mulut Sinta hingga terdengar bunyi "POPPPP!!!"
yang lumayan kencang karena Sinta masih mengisapnya. Ia terkejut.

"Ssshhh.... Kenapa? kok ditarik...?", bisiknya...

"Aku udah mau keluar... !", aku tersenyum ke arahnya.

Malam semakin larut. Si kupluk, anjing Sinta tiba-tiba muncul dan memperhatikan kami.
Kepalanya sesekali dimiringkan, lidahnya terjulur keluar.

"Sshhh... Kupluk... sana pergi..!", anjing keparat itu kuusir... Aku memang benci
anjing..!

Kaus putih yang dipakai Sinta, kusingkapkan ke atas. Kontolku kini kupermainkan di
mulutnya. Ku gesekkan di bagian hidungnya, jidatnya, pipinya, terus turun ke dagu,
leher sampai ke payudara. Sesekali Kuayun-ayun kontolku seolah memukul putingnya, lalu
kubuat gerakan memutar di sekitar putingnya. Kedua tangan Sinta meremas-remas
payudaranya sendiri. Tiba-tiba Sinta menarik kontolku di antara belahan payudaranya,
lalu menekan payudaranya ke arah dalam hingga kontolku terjepit dua payudara besarnya.

Wah, gaya baru nih...! Kontolku yang masih berlepotan air liur kugerak-gerakkan maju
mundur di sela-sela jepitan kedua payudara Sinta. Ternyata enak juga..

"Ayo mas.. terus....! Jangan berhenti...!"

Gerakanku semakin lama semakin cepat. Cairan nikmat itu kembali bergerak cepat
berebutan ke luar.

"Siiinn... akk.. aku keluarin yah...", aku tak mau buang-buang waktu...Cairan itu
pasti marah kalau tak keluar malam ini.

"Iyah.. iyah... ssshhhh jangan keras-keras, mas...!", Sinta mengingatkan bahwa kita
sedang tidak berada di kamar hotel...

Kupercepat gerakan pinggulku... Kedua tanganku membantu tangan Sinta untuk menekan
payudaranya ke arah dalam sekuat tenaga agar jepitannya semakin kencang terhadap
kontolku.

"Sinnn... aku mau keluar... aku mau keluar.... ah... ahhhhh !!"

Sinta mengangkat kepala dan melihat ke arah payudaranya. Mulutnya dibuka, menunggu
muncratnya cairan itu... dan...

"Ahhhhhhhhh.........!!!", aku berusaha menahan suaraku, takut terdengar ibunya Sinta.

Ratusan juta sperma berloncatan keluar dari kontolku. Gesekannya dengan saluran bagian
dalam kontolku saat akan keluar menimbulkan kenikmatan luar biasa... Sebagian masuk ke
mulut SInta, yang langsung ditelannya, sebagian lagi membasahi payudara, dada leher
dan dagu Sinta...

Sejenak aku tak ingat apa-apa lagi... Yang terpikir cuma enakkk!!!

Aku masih berlutut diantara kedua tubuh Sinta yang tidur terlentang di atas karpet.
Dengan tissue kubersihkan ceceren sperma di payudara, leher dagu dan bibir Sinta.
Sinta menatapku sambil tersenyum.

Sinta mengulurkan tangannya sambil berbisik, "Mas, peluk aku..!"

Kurebahkan tubuhku di atasnya. Ia memelukku dengan erat. Bibirnya membisikkan sebuah
kata-kata yang selalu membuatku tidak berdaya...

"Mas, janji yah... Kamu akan terus sayang sama aku...!"

Kupeluk erat tubuh Sinta.

Aku tak perduli saat Si Kupluk, anjing sialan itu kembali muncul. Ia meloncat ke atas
sandaran sofa, dan menyaksikan kami berdua yang sedang berpelukan di lantai.

Temaram lampu hias di langit-langit ruang tamu dan suara musik dari televisi di ruang
keluarga Sinta membuat suasana semakin romantis. Sinta terus kupeluk dan kupeluk....

"Siiin... Sinta.....!!", suara ibu Sinta dari dalam kamar mengejutkan kami berdua yang
sedang saling bertindihan. Sinta buru-buru menyuruhku bangun dari atas tubuhnya.
Terdengar kunci diputar yang diikuti oleh suara pintu terbuka... Aku tak jadi
bangun... Kami cuma bisa terdiam di lantai dengan muka pucat, sambil berharap ibunya
Sinta tidak melangkah ke arah ruang tamu, apalagi melihat ke balik sofa...

"Siiinn...! Sinta...!!", suara itu semakin jelas terdengar diikuti oleh langkah menuju
ke arah ruang tamu. Darah seolah tak mengalir lagi dimukaku... Teringat si junior yang
belum kumasukkan ke sarangnya...

"Guk...! guk...!", aku menoleh ke atas. Anjing keparat yang sedang nangkring di atas
sandaran sofa itu menggonggong ke arah kami di lantai. Buru-buru kututup mulut Sinta,
takut ia berteriak mengusir si kupluk...!

"Kupluk...?! Kamu mulai bandel lagi yah... Kan nggak boleh naik ke sofa... Hayoh..
sini...", suara Ibunya Sinta terdengar tambah dekat.

"Guk..!" anjing sialan itu berlari menghampiri ibunya Sinta.

"Dasar anjing nakal.. hayoh sana tidur di luar... Siapa sih yang ngasih masuk kamu?
Pasti Sinta... haduuuh itu anak kalau sudah pacaran..." , ibunya mengomel sendiri.
Suaranya terdengar menjauhi ruang tamu. Tak lama kemudian terdengar suara pintu kamar
ditutup dan dikunci kembali.

Perlahan-lahan aku keluar dari pintu belakang ditemani Sinta. Di depan pintu, ia
menciumku sepuas-puasnya...

"Besok anjing keparat itu akan kubelikan daging sepuluh kilo!!!"

**Hahh..... rasanya jantung mau copot kalau mengingat cerita ini lagi. Tapi anehnya
saat-saat itu justru aku merasa lebih terangsang, mungkin karena tegang...

Terimakasih buat yang sudah membaca kisah kami yang ketiga ini. Sampai jumpa..

Buat Sinta: I miss you, gila!! Seterusnya »»

Sintaku (part two)



Hubunganku dengan Sinta memang penuh dengan macam-macam eksperimen yang mungkin nampak
aneh dan menjijikkan bagi orang lain, tapi tidak dengan kami. Yang aku suka darinya
adalah dia tak pernah berkeberatan untuk mencoba. Bahkan tak jarang, Sinta pun
tiba-tiba muncul dengan ide macam-macam. Tak ada kata jijik bagi kami berdua. Asal
tidak berbahaya bagi kesehatan, dan bisa kita nikmati berdua.

Eksperimen paling gila yang pernah kami lakukan adalah anal seks. Gila karena banyak
yang menganggap ini hubungan paling memuakkan. Tapi kalau nafsu sudah sampai di
ubun-ubun, mana sempat kita pikir-pikir dulu. Ide gila ini kami dapat setelah
mengakses sebuah situs seks di internet yang bercerita tentang anal sex. Disitu
diceritakan bahwa anal seks bukan hanya untuk kaum lelaki yang hobi main pedang, alias
hombreng. Wanita pun katanya bisa menikmati, karena di bagian anal juga terdapat
syaraf-syaraf seperti yang terdapat pada vagina wanita. Aku sempat mencoba memasukkan
jariku ke bagian analnya. Sempat juga kucoba dengan menggunakan alat vibrator yang
kubeli di Glodok. Baru akhirnya kuberanikan diri memasukkan kontolku. Awalnya Sinta
sempat kesakitan waktu pertama kali aku mencoba memasukkan si junior lewat 'pintu
belakang'-nya. Tapi akhirnya jadi terbiasa, dan sampai sekarang, kami sudah seringkali
melakukannya. Yang menyenangkan adalah karena ternyata Sintapun bisa sangat
menikmatinya, bahkan ia bisa mengalami orgasme.

Suatu malam, kami berada di salah satu cottage di Pondok Putri Duyung. Sinta sedang
berbaring telanjang di atas tempat tidur sambil menonton TV. Sisa-sisa keringat masih
menempel di dahinya, setelah hampir satu jam aku mengeksplorasi vaginanya dengan
lidahku, sambil sesekali klit-nya kutempel dengan vibrator berwarna putih lonjong yang
bagian kepalanya bisa bergetar. Sisa-sisa air mata masih menggenang di matanya yang
indah. Aku sempat ketakutan karena kupikir dia kesakitan. Tapi ternyata dia mengaku
baru saja mengalami puncak kenikmatan yang luar biasa. Wajar saja aku terkejut. Saat
sedang asyik menjilati vaginanya, tiba-tiba ia terpekik, badannya bergetar, nafasnya
seperti tertahan-tahan, rambutku habis dijambak lalu ditekannya keras ke arah
vaginanya, dan tiba-tiba ia mengeluarkan lenguhan panjang yang diikuti dengan
tangisan. Di sela-sela sedu sedannya, aku dipeluk erat. Seluruh mukaku habis
diciuminya... (Gile juga ini cewek...!)

Tapi bukan itu saja yang membuatku senang, karena kami baru saja menemukan teknik
baru....!

"Mas, tadi masuknya dalam nggak?", Sinta mengambil vibrator putih yang tergolek di
sampingnya yang tadi waktu kita main, sempat kumasukkan ke anusnya. Ia mengelus-elus
ujung vibrator itu sambil menghidupkan dan mematikannya. Ulahnya itu membuatku
terangsang...

"Kenapa? Itu kamu sakit yah? Sorry, sayang. Kayaknya memang tadi agak dalam deh
masuknya..." Asap rokok yang baru kuisap membuatku tersedak dan terbatuk-batuk. Aku
menghampirinya di tempat tidur sambil menyodorkan secangkir kopi yang masih hangat.
Aku masih bertelanjang bulat. Si junior berdiri tegak agak mengacung ke atas, persis
seperti gantungan baju di pintu. Sinta menghirup
sedikit kopi itu lalu meletakkannya di meja sebelah tempat tidur. Ia lalu bergerak ke
arah pinggir tempat tidur. Kakinya diturunkan ke lantai. Ia duduk di pinggir tempat
tidur. Aku masih berdiri di depannya. Tanganku mengusap keringat di dahinya dan
merapihkan rambutnya yang berantakan. Ia lalu memeluk pinggangku. Si junior senang
saja menempel di pipi Sinta.

"Enggak kok... enak, malah! enak banget, nggak seperti biasanya...", Biasanya kalau
aku lagi menjilat vaginanya, aku senang memasukkan jariku di bagian analnya, karena
katanya nikmat. Dilepaskannya pelukannya lalu menyodorkan vibrator ke arahku.

"Mas, yang seukuran ini aja bisa masuk. Kalau itumu yang masuk, rasanya kayak apa,
yah? Pasti lebih enak...", kata Sinta. Tatapan matanya mulai nakal. Vibrator itu
dihidupkannya dan digesek-gesekkan di kontolku. Tanganku refleks menepis benda itu.
Geli rasanya... Ia tertawa...

"Mau coba...? Aku sih oke-oke aja...!" tanyaku. Si junior berdenyut-denyut, seolah
mengiyakan. Sinta mulai usil lagi. Ia meraih celana dalamnya yang tergeletak di atas
bantal dan menggantungkannya di kontolku. Diambil lagi behanya dan juga digantung
begitu saja. Sinta melirik ke arahku. Lagi-lagi lirikan nakal itu...

"Ngajak berantem nih anak...", kusingkirkan celana dan behanya dari kontolku lalu
kudorong ia ke belakang sampai ia terjembab di atas tempat tidur. Ia menjerit lalu
tertawa ngakak. Kedua tangannya kurentang dan kupegang erat lalu bibirku segera
melumat habis mulutnya. Ia meronta-ronta. Kulepas ciumanku. Nafasnya terengah-engah.

"Yang mesra dooong... Nggak bisa nafas nih... Ayo ulang lagi.. yang mesra yah...",
Tapi sebelum aku mulai menciuminya lagi, ia sudah menarik kepalaku dan mulai menciumi
bibirku dengan rakus. Tubuh kami sudah saling berhimpitan. Kembali kami bergelut.
Kuciumi leher jenjangnya yang putih. Ia mulai mengeluarkan desahan yang merangsang
itu. Ciumanku lalu mulai turun ke arah payudara, terus turun ke perut dan langsung ke
vaginanya yang sudah benar-benar basah. Kujilati sepuasnya, dan ia mulai mendesah
kencang... Kakinya yang masih berada di lantai kini terangkat. Aku kini berlutut di
pinggir tempat tidur sambil melumat dan mengisap klitnya yang agak panjang. Ia paling
suka kalau klit-nya kuisap... Sesekali kujilati -maaf- anusnya. Sampai bagian itu
benar-benar basah oleh campuran ludahku dan cairannya yang memang banyak. Kuambil
vibrator dan bersiap memasukkannya ke anusnya, seperti yang kami lakukan beberapa jam
lalu. Ujung vibrator yang bergetar itu mulai kumasukkan ke anusnya...

"Mas... coba pakai itumu dooong... please....! Pleaseeee...!", ia memohon. Matanya
masih terpejam, nafasnya memburu...

Aku melepaskan jilatanku. Tanganku masih mempermainkan klit-nya untuk mempertahankan
rangsangan. Masih dalam posisi berlutut, aku mulai mengarahkan kontolku ke ke anusnya.

**maaf kalau ada yang merasa jijik!**

Kedua kakinya kuangkat ke arah pundakku, sehingga punggunya agak tertarik dan anusnya
kini berada pada posisi yang pas. Kontolku mulai mengarah ke lubang anusnya. Jari-jari
tangan kananku masih bermain di klit-nya sambil sesekali membasahi anusnya dengan
cairan dari vaginanya. Kubuka anusnya sedikit dengan kedua jari kiri dan mulai
memasukkan kontolku. Lumayan susah juga aku mendorongnya.

"Jangan ditegangin, say... Kamu ngeden dikit deh.." aku berpikir dengan cara itu
anusnya akan sedikit lemas. Begitu ia mulai ngeden, seperti akan buang air, kontolku
mulai masuk dengan agak lancar. Bagian kepalanya si junior sudah masuk.

"Aahhh..", Sinta mengerang.

"Sakit, Sin...?" aku mulai khawatir..

"He.. eh.. sedikit..", Sinta mengigit bibir bawahnya...

"Yah udah.. jangan diterusin deh..."

"Jangan please... terusin mas... Coba deh basahin lagi biar licin...",Sinta memohon.
Jarinya mulai merangsang klit-nya sendiri.. Kuolesi batang kontolku yang tegang dengan
cairan dari vaginanya serta ludahku.

"Kita coba lagi..." Aku mulai khawatir...

"He.. eh... ayo buruaaannnn. Aku ada ide...!!" ia mulai tak sabaran.

Saat dia mulai ngeden lagi, buru-buru kudorong kontolku masuk. Saat sedang mendorong
masuk itu, tiba-tiba terasa kontolku agak tertarik ke dalam anusnya. Aku terkejut...

"Kamu apain..." tanyaku

"Udah buruaaannn... masuk lagi... ", ia tak menjawab

**belakangan aku tahu bahwa saat kontolku mulai masuk, ia lalu menarik anusnya ke
dalam persis seperti orang menahan kencing atau menahan buang air besar. Dengan cara
itu kontolku masuk dengan agak lancar.**

"Oke, ini yang terakhir..." Kontolku sudah 3/4 bagian di dalam anusnya.


Ia mulai ngeden, langsung kusambut dengan dorongan. Kali ini kontolku lancar masuk ke
dalam. Cairan di vaginanya yang meleleh ke arah anusnya membantu kontolku untuk masuk.
Seluruh batang kontolku kini berada di anusnya. Aku tersenyum ke arahnya...

"Enak mas... Sekarang mulai goyang mas... pelan-pelan dulu... agak sempit nih...!" Ia
berkata sambil menarik tanganku ke arah vaginanya. Kembali tanganku mempermainkan
vaginanya, sambil pelan-pelan menarik kontolku.

"Jangan keluar semuanya.. Masukin lagi... dorong lagi... please..." ia mendesah-desah
keenakan. Terus terang aku heran melihatnya menikmati hubungan anal ini..

"Pelan-pelan Sin... suaramu kenceng bener sih"

"Masa bodo..! Ayo dooong masuuuukin lagi...! Buruan...", Sinta kalau sudah nafsu
memang begitu. Ia bisa berubah jadi sangat otoriter.. Tak apa.. aku suka wanita macam
ini..

Kontolku kudorong masuk lagi. Kali ini lebih lancar. Tak lama kukeluarkan lagi, lalu
kudorong lagi berulang-ulang mulai perlahan-lahan sampai agak cepat.

Mulai muncul rasa nikmat karena jepitan anusnya yang kencang. Rasa khawatirku mulai
hilang, karena melihat Sinta yang mendesah-desah menikmati hubungan ini...

Rasanya kontolku di seperti remas-remas... Sesekali terasa otot anusnya menarik
kontolku...

"Kocok mas... kocok... Iniku mainin lagi...." ia menarik lagi tanganku yang sudah
mulai lupa mempermainkan klit-nya karena rasa enak di kontolku... Ahhhh.. rasanya
benar-benar nikmat, meski gerakan kontolku agak terbatas karena jepitan anusnya yang
kencang.

"Mas... mas... aduuh mas...! Ennaaakkhhkhh.... Akkhhh !!", TUbuh Sinta mulai bergetar.
Payudaranya yang besar terguncang-guncang. Keringat mulai membasahi badan kami berdua.
Keringatku menetes dan jatuh di perutnya. Terasa cairan nikmat itu mulai mengalir...
Aku hentikan sejenak
kocokan kontolku.

"Jangan berhenti...!! Ayo dooong.. nanggung nih...!", Sinta setengah membentak kesal..

"Aku udah mau keluar... Kalau keluar di dalam bagaimana..?"

"Biarin.. keluarin aja... ayooooh mas...", sikap tak sabarannya muncul lagi. Aku mulai
mengocok pelan... Sesekali pangkalnya kubasahi air ludah dan cairan vagina Sinta yang
malam itu basah sekali.

Sinta mulai mengerang... Tubuhnya bergetar lagi. Cairan nikmat itu mulai terasa
menjalar lagi. Siap untuk menembakkan kenikmatan keluar dari kontolku. Klit Sinta
terus ku gesek-gesek dengan jari. Sesekali kucubit dan kutarik klitnya..

Getaran tubuh Sinta mulai bertambah hebat. Yang keluar dari mulutnya cuma
dengusan-dengusan dan suara nafas yang memburu. Tubuhnya mengejang. Kakinya yang
tersampir di pundakku terangkat. Aku sempat kerepotan karena kakinya menendang
mukaku.. Tiba-tiba ia mengeluarkan lenguhan panjang. Badannya bergetar hebat.
Nafasnya seperti tertahan.

"Dia sudah diambang kenikmatan.." pikirku. Aku nekat mengocok kontolku di anusnya
dengan cepat. Cairan nikmat itu mulai berebutan keluar. Terasakan alirannya di batang
kontolku...

"Aaahhhhhh.... mmgppphhkhhh....!", Sinta menjerit sepuasnya...!! Tubuhnya menegang.
Tangisnya kembali meledak.

"Mmm..mas... ahhh...", kedua tangannya menjambak rambutnya sendiri... Kepalanya
menggeleng ke kiri dan kanan... Kubiarkan Sinta memasuki dunia kenikmatannya.
Sementara aku masih berusaha
memasuki dunia kenikmatanku. Konsentrasiku sempat buyar, karena memperhatikan gaya
Sinta yang jarang kulihat. Wanita kalau sudah orgasme, luar biasa ekspresinya... Sinta
tak lagi memperdulikan sekelilingnya. Ia menangis sepuas-puasnya...

Pelan-pelan aku menarik kontolku dari anusnya.

"Jangan.. jangan... mas.. keluarkan dulu, mas..." Tanpa pikir panjang, aku kembali
mengocok keras. Badanku menegang. Cairan yang sempat surut ke belakang, kembali
berebutan keluar.

"Terus, mas... akkhhh..!!", Sinta menyemangatiku di sela-sela sedu sedannya...

Terasa aliran itu di batang kontolku agak terhambat. Mungkin karena sempitnya jepitan
anus Sinta... Namun justru itu menimbulkan rasa nikmat yang benar-benar luar biasa.
Saat kutarik sedikit kontolku dari dalam anus SInta, semua cairan nikmat itu berebut
keluar.

"Keluar mas...? udah keluar...?" tanya Sinta

"Udahhhh.. akkggahhhh!!!" otakku rasanya sejenak berhenti bekerja dan dipenuhi dengan
rasa nikmat. Kakiku bergetar. Dengkulku agak sakit karena bergesekan dengan karpet.
Tapi yang kupikirkan cuma satu... nikmaaaaaaattt!!!

"Terus, mas... enak yah mas... teruuussss..." Sinta terus memberi semangat. Seluruh
isi tubuhku seolah tersedot habis. Saat tembakan terakhir, kutegangkan tubuhku sekuat
mungkin.

"aaahhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!", habis sudah tenagaku. Rambut dan seluruh tubuhku basah
oleh keringat. Lemas...

--oo--

Kontolku yang mulai melemas masih berada di dalam anus Sinta. Ia suka merasakan
denyutan-denyutan kontolku di dalam anusnya.

"Udah ya, Sin..", pelan-pelan kontolku aku tarik keluar. Tidak terlalu susah karena si
junior ini sudah mulai mengecil. Sinta meringis, saat batang kontolku kutarik keluar.

Kepala kontolku kini sudah keluar, diikuti oleh cairan kental berwarna keputihan yang
mulai meleleh keluar dari lubang anus Sinta. Sekeliling anusnya memerah. Kucolek
cairan sperma yang keluar dari anus Sinta dan kuolesi di sekeliling lubang anusnya.

"obat.. biar nggak lecet...", kataku. Sinta cuma tersenyum sambil meringis.

"Enak, mas..!", cuma itu yang keluar dari mulutnya. Sesekali ia meringis. Kutarik
Sinta ke pinggir tempat tidur dan kududukkan, agar semua cairanku itu keluar dari
anusnya. Tubuhnya nampak lemas.

Aku mengambil tissue di meja kecil dekat tempat tidur dan mulai membersihkan kontolku
yang belepotan sperma. Namun Sinta kemudian meraihnya.

"Aku yang bersihin...!", tangannya mulai menggenggam kontolku. Ia mau menjilatnya..

"Jangan.. ! Kotor, Sin.. ", aku menolak. Bagaimanapun, anus adalah tempat kotoran..

"tapi aku mau cium.. Aku mau bilang terimakasih sama si junior.. !!", suaranya seperti
orang mabuk, karena lemas. Tangannya mengusap kepala kontolku.

"yuk kita bersihin dulu..." kuajak Sinta ke kamar mandi.

"Gendoooong...", Sinta merajuk. Tangannya menjulur ke arahku seperti seorang anak
kecil yang
minta digendong ibunya. Aku menunduk, kedua tangannya kulingkarkan di leherku.
Tanganku mengangkat kedua pahanya, dan dengan sempoyongan kugendong dia masuk kamar
mandi...

Angin malam di pinggir pantai Ancol bertiup kencang. Aku dan Sintaku berendam dalam
air hangat di bathtub. Lampu kamar mandi sengaja kumatikan. Suasana kamar mandi
temaram. Yang ada cuma cahaya dari lampu baca di luar...

Aku duduk bersandar pada pinggur bathtub. Sinta tertelungkup di atasku. Kepalanya
bersandar di dadaku. Tubuh telanjang kami terasa segar berendam di air hangat...
Tanganku mengelus-elus rambut Sinta...

"Mas... janji yah, sayang aku terus...!!", suaranya lirih. Kepalanya terangkat. Ia
menatap mataku dalam-dalam.

"Iya, Sin... percaya deh...!!", kucium keningnya. Ia kembali menyandarkan kepalanya di
dadaku. Tangannya memeluk erat tubuhku.

Aku benar-benar tergila-gila padanya...

--oo--

** Mohon maaf kalau ada yang merasa tak nyaman atau jijik membaca ceritaku. Seperti
kubilang di posting yang lalu, antara kami berdua sudah tak ada lagi rasa jijik atau
geli. Dan satu hal lagi, sampai saat ini kami berhasil menahan untuk tidak melakukan
hubungan kelamin sebagaimana layaknya hubungan seks normal. Mungkin ada yang tak
percaya atau menganggap kami munafik karena apa yang kami lakukan sudah sangat jauh
tak ubahnya hubungan seks biasa. Tapi kami tetap tertantang untuk menyisakan yang satu
itu bagi malam pengantin kami. Sinta pernah secara bercanda berkata, "Aku sih mau aja
mas ngasih kamu yang satu ini..", katanya sambil mengelus bagian vaginanya. "Tapi
nanti kalau kita kawin, udah nggak seru lagi dooong", katanya sambil tersenyum...

Sejak saat itu kami sering melakukan hubungan anal. Tapi sedikit pesan bagi yang mau
nekat mencoba. Buang jauh-jauh rasa jijik, dan jangan lupa pakai kondom. Sejak
pengalaman pertama ini, kami selalu melakukannya dengan kondom dan cairan pelicin yang
aman yang banyak dijual di toko yang menjual alat sex di Jakarta. Rasanya bahkan lebih
nikmat karena permukaan kondom yang licin dan sudah pasti lebih aman. Karena
bagaimanapun juga, bagian anal adalah tempat keluar masuk kotoran. Karena itu lebih
baik bersikap aman... Yang tak kuceritakan di atas tadi adalah Sinta sempat merasakan
sakit di bagian analnya karena lecet dan juga di bagian pinggang. Aku sempat tak
berani mencoba lagi, tapi ternyata saat hubungan berikutnya, ia sudah tak merasakan
sakit lagi.

Kalau anda sudah membaca sampai di bagian ini, berarti anda sudah membaca seluruh
kisah kami kali ini. Terimakasih banyak. Di bagian berikut akan coba kutuangkan
pengalamanku yang lain dengan Sinta yang memang sering rada-rada gila. Ada yang pernah
merasakan nikmatnya masturbasi dengan payudara wanita? Atau dengan buah-buahan? Atau
'main' di dalam mobil yang sedang melaju kencang di jalan tol? atau.... di tengah
kesibukan kerja di kantor? Tak ketinggalan, The Phone Sex dalam arti lain... Itu hanya
beberapa 'eksperimen gila' kami hehehe!! Nanti di kisah berikut akan kuceritakan. Itu
juga kalau ada yang berminat, atau ada yang mau bagi-bagi hasil eksperimennya.

Buat Sintaku: You're one of a kind, girl... I love you more than anyone... Seterusnya »»