Kamis, 13 Agustus 2009

Antara Aku, Lie Chun dan Hera (part 1)

Namaku sebut saja Handy (nama samaran) atau lebih sering disebut sebagai Andy. Aku
adalah anak pertama dari tiga bersaudara, orangtua ku berasal dari daerah timur
(Flores) sehingga maklum kalau penampilan ku berkesan hitam namun macho seksi dan
gagah perkasa (setidaknya itu kalimat pujian yang sering di ucapkan oleh para wanita
yang pernah tidur dengan ku). Tinggi tubuhku sekitar 185an dengan berat sekitar 80kg


lengkap dengan gumpalan otot yang keras di sekujur lengan, dada dan bagian tubuhku
yang lainnya, termasuk alat kelaminku yang berdiameter besar dan sangat keras, kokoh
dan berurat. Potongan rambut ku tipis klimis sehingga berkesan seperti Anggota ABRI
saja, namun demikian aku memotong rambutku tipis supaya tidak terlalu kentara potongan
rambut asliku yang agak keriting.

Pada bagian ini akan aku kisahkan awal mula petualangan sex ku dengan para wanita
chinese yang membuatku ketagihan menikmati tubuh putih sexy dan mulus tersebut
sehingga aku tidak berniat lagi untuk bercinta dengan wanita lain kecuali dengan kaum
tersebut.

Aku adalah alumni salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di kota kembang, dan
aktif dalam perkumpulan pencinta alam tatkala tengah menuntut ilmu pada masa
perkuliahan dulu. Di ruang senat fakultas ku, aku sering menghabiskan waktu ku dengan
kegiatan keorganisasian mahasiswa sekaligus untuk menjalin keakraban dengan para
mahasiswi yang memang cantik-cantik itu. Ya bisa dikata sambil menyelam minum
greenspot deh ha.... ha..... ha.....

Di antara para mahasiswi itu aku mengenal beberapa yang tergolong cantik dan sexy
salah satunya bernama Hera dari FISIP dan satunya lagi bernama Lie Chun anak Fakultas
Ekonomi jurusan akuntansi. Keduanya tergolong makluk langka di kampus ku karena selain
keturunan tionghoa mereka juga sangat cantik, bertubuh sexy putih dan mulus, terlebih
bentuk tubuh mereka yang sangat kencang dan proporsional sehingga tidak salah jika
banyak jejaka yang berlomba untuk menaklukan hati mereka. Di banding dengan fisik ku,
tubuh mereka berdua tergolong mungil meskipun mereka sendiri memiliki tinggi tubuh
sekitar 170an namun karena aku lebih besar dan kekar sehingga saat bersetubuh, tubuh
mereka tetap terlihat ringkih terutama saat menahan serbuan birahi ku yang mereka
katakan seperti banteng yang sedang mengamuk (namun mereka ucapkan dengan di iringi
pancaran wajah dan mata yang penuh kepuasan birahi). Nah kalian tentu bertanya
bagaimana aku dapat bersetubuh dengan primadona kampus tersebut padahal aku berbeda
jauh dengan mereka baik secara fisik maupun status sosial. Inilah kisahnya.

Pada suatu pagi cerah di bulan Juli sehari sesudah ujian semesteran, kelompok pencinta
alam di kampus kami mengadakan acara pendakian dan kemping bersama untuk semua
mahasiswa dan mahasiswi baik yang ikut dalam kegiatan pencinta alam maupun bukan. Hera
sebagai salah satu aktivis organisasi pencinta alam di kampus ku getol mengajak
teman-teman kostnya yang kebetulan satu kampus agar ikut dalam kegiatan tersebut, Lie
Chun sebagai salah satu mahasiswi perantauan asal Jakarta (seperti Hera) nampaknya
tertarik mengikuti acara tersebut. Hal ini agak mengherankan karena berbeda dengan
Hera, Lie Chun kurang akrab dengan berbagai kegiatan kemahasiswaan, banyak yang
mengatakan bahwa ia tergolong anak mami yang sehabis kuliah langsung pulang. Namun
demikian aku selaku panitia koordinator acara tidak mempersoalkan masalah tersebut,
bahkan kuanggap hal itu membantu mensukseskan acara tersebut karena otomatis peserta
terutama kaum pria menjadi lebih banyak yang mendaftar untuk ikut. Dan tepat seperti
dugaanku, pagi itu peserta yang datang membludak bahkan nyaris melampaui dari jumlah
yang telah kami perkirakan (karena ada beberapa yang terlambat mendaftar sehingga kami
salah menghitung kapasitas angkutan yang telah di siapkan). Namun demikian berkat
kesigapan panitia bagian transportasi, segala urusan dapat di selesaikan dengan baik.

Akhirnya setelah menunggu kurang lebih selama satu jam rombongan pun dapat segera
berangkat menggunakan beberapa truk carteran milik salah satu kesatuan militer yang
berada di daerah Bandung. Selama perjalanan tak henti-hentinya candaan dan senda gurau
riuh rendah memenuhi truk-truk tersebut apalagi dalam perjalanan tersebut rombongan
antara mahasiswi dan mahasiswa bercampur baur dengan alasan agar ada yang dapat
menjaga keselamatan para mahasiswi tersebut dan juga agar perjalanan tidak terasa
jenuh.

Sesampainya di kaki gunung, rombongan mendapat petunjuk singkat dari diriku selaku
panitia dan sesudahnya kami pun segera berangkat menuju salah satu bumi perkemahan
yang terletak tak jauh dari lokasi tempat kendaraan kami berhenti. Sesudah selesai
mendirikan tenda, kami pun beristirahat dan berbenah serta bersenda gurau guna
menghilangkan kepenatan selama dalam perjalanan. Kesempatan itu ku pergunakan guna
berbincang-bincang dengan para panitia lainnya termasuk Hera guna mengkoordinir
langkah selanjutnya yang akan ditempuh. Setelah segala urusan kepanitiaan tersebut
usai, kami para panitia pun membubarkan diri dan turut beristirahat. Aku sengaja
beristirahat agak jauh dari yang lainnya karena selain tidak ingin terganggu, juga
karena agak lelah akibat perjalanan dan persiapan acara tersebut.

Sedang asyik-asyiknya aku duduk santai di depan tenda besar milikku, tiba-tiba Hera
datang menghampiri diriku. Dan menyodorkan makanan kecil ke hadapan ku, "And, ini gue
ada cemilan kamu mau nggak?". Aku yang udach agak sedikit lapar langsung saja
memasukkan tangan ku dan meraup agak banyak potatoes chips tersebut. Hera pun lantas
ikut duduk di sisiku di atas tikar yang ku gelar di depan tenda. Sambil asyik makan,
sesekali Hera menoleh mengamati diriku, meskipun aku agak cuek terhadap dirinya, namun
lantaran terus di amati demikian aku pun merasa risih, lantas aku pun bertanya "Ada
apa sich Ra? Koq kamu ngeliatinnya seolah-olah aku ini makhluk planet gitu? Dari tadi
kamu terus ngamatin aku, emang gue manimal yach yang lagi ganti-ganti wujud?" Ujarku
sambil tersenyum. Hera pun turut tersenyum, lantas berkata "Ah .... Enggak koq And.
Nggak ada apa-apa koq, gue cuman takjub aja kalau kamu bisa cool gitu, biasanya cowo
tuh kalau ada banyak cewe ngumpul suka gimana gitu, rada-rada over acting lah, ini
kamu malah asyik sendiri di kejauhan". "Ohhh... itu sich emang aku yang kurang suka
begitu koq, lagian aku juga rada capek" ujarku. Lalu kami terdiam agak lama. Lantas
tiba-tiba Hera memecah kesunyian sambil berkata, "And, kamu .... Sebenarnya udach
punya cewe belum sich? Koq anak-anak banyak yang naksir kamu, tapi kamunya cuek bebek
githu?" ujarnya sambil menatap dalam wajah ku. Aku menoleh padanya lantas berkata,
"Ahh... enggak ah ... emang aku lagi malas koq mikirin urusan gituan, lagian mana ada
waktu lagi buat urusan kampus kalau udach punya cewe, berapa banyak sich cewe yang
bisa ngerti kesibukan ku Ra? Paling-paling pertamanya aja bilang ngerti, nanti kalau
dach lamaan dikit juga nuntut ini-itu dan mulai larang-larang." sahutku asal-asalan.
Mendadak obrolan kami terpecahkan oleh kehadiran Lie Chun dari belakang tenda ku yang
terletak agak naik sedikit ke arah bukit, rupanya anak itu habis jalan-jalan ke atas
sebentar. "Nah yach berduaan aja, rupanya berduaan emang udach janjian nich." Ujarnya
sambil tersenyum-senyum lucu.

Aku lantas tersenyum dan berkata, "Lie Chun, ayo duduk yok, nggak usah malu-malu koq,
aku kan sama Hera dach temenan lama, lagian kita emang lagi ngobrol aja koq". Lie Chun
pun ikut duduk sementara Hera diam saja. Lantas Hera berkata, "And, aku balik dulu
yach, mau tidur dulu ngantuk nich". Aku menjawab, "Lho koq buru-buru Ra, tidur aja di
dalam tendaku, lagian nanti juga kita mesti kumpul lagi khan buat bikin permainan dan
makan malam? Toh kamu udah mandi sore khan?". Hera diam saja lantas sesaat kemudian
bangkit dan masuk ke dalam tenda ku. Akhirnya setelah agak lama ngobrol sama Lie Chun,
akupun bangkit berdiri dan membangunkan Hera karena hari sudah mulai gelap dan acara
sebentar lagi akan di mulai.

Usai acara dan makan malam, aku lantas kembali ke arah tenda ku dan hendak santai
tidur-tiduran pada acara santai yang tengah berlangsung usai makan malam. Ketika
tengah berbaring mendadak tenda ku di buka dan wajah Hera menyembul dari balik pintu
masuk tendaku. "Ndy sorry, aku numpang nongkrong yach di tempat kamu, soalnya tenda
panitianya agak rame sama anak-anak yang lain", sahut Hera. Aku agak bingung karena
biasanya Hera sangat ceria dan antusias dengan acara kumpul-kumpul berbeda dengan
diriku yang walaupun aktif dalam berbagai kegiatan organisasi namun untuk acara
kumpul-kumpul dan bersantainya aku lebih suka memilih duduk sendiri sambil menikmati
ketenangan ataupun keindahan alam.

Aku bertanya, "Tumben Ra, koq kamu nggak ikut ngumpul ikut acara biasanya kamu hobby
ngumpul?". "Nggak Ndy, aku lagi agak malas, nggak mood, lagian juga udah keramaian
sich", ujarnya asal-asalan. "Hayooo..... rame apa rame nich .... kepengen dekat-dekat
dengan Bang Andy yach?" sahutku sambil menggodanya. Mendengar itu Hera mencibir dan
berkata "Huuu .... geer tuh" namun kalimat itu di ucapkannya sambil sedikit menahan
senyum. Terus terang sebenarnya aku agak curiga apakah Hera memang memendam hati
kepadaku atau tidak, karena untuk tiap kegiatan organisasi yang aku ikuti dia pasti
ada namun untuk kegiatan yang tidak ada keberadaan diriku walaupun dirinya diminta
menjadi pengurus pun tetap ogah, lagipula dalam tiap acara ia selalu memilih berada
dekat dengan diriku. Namun aku tidak mau di cap sebagai cowo geeran meskipun ku akui
bahwa akupun sangat tertarik dengan dirinya, namun aku tidak mau jika ternyata salah
sangka sebab berbekal pengalaman terdahulu aku pernah salah sangka dengan seorang
wanita yang dekat kepadaku yang ternyata hanya menganggapku sebagai kakaknya belaka.

Agak lama kami berdua sama-sama terdiam sambil memandang api unggun, lantas mendadak
Hera bertanya "Ndy, menurut kamu, kalau ada cewe yang naksir sama kamu, kamunya
gimana?". Terus terang aku sama sekali tidak menyangka bakal mendapat pertanyaan
semacam itu karena walaupun sebelumnya Hera pernah bertanya hal-hal yang menyerempet
ke arah sana terutama dengan pertanyaannya sore tadi, namun untuk hal yang ini agak
mengejutkan diriku karena aku sama sekali tidak siap dengan jawabannya. Namun secara
diplomatis aku menjawab, "Ya kalau dianya baik, dan orangnya kebetulan termasuk tipe
ku, kenapa tidak di coba jalanin bersama-sama?". Hal itu aku ucapkan sambil menatap
lembut ke arahnya (buat para cowo hati-hati jangan terpengaruh dengan cerita bahwa
banyak cewe yang menyukai tatapan elang, itu bullshit, yang ada doi malah bisa
ketakutan dan nganggap elo lagi ngamuk). Agaknya Hera sedikit takjub dengan jawabanku
dan dia menatap heran ke arahku, lantas ia kembali bertanya, "And, memangnya tipe kamu
tuh seperti apa sih?" (Nah loh kepancing deh, biasanya kalau udah dapat sinyal begini
cewe tuh suka kehilangan kontrol dan lupa kalau dia mesti pura-pura nggak punya
perasaan apa-apa). Aku terdiam sejenak ..... lantas menarik nafas agak panjang dan
menghembuskannya perlahan-lahan ...... "Ngghhh ..... gimana ya Ra, tipe ku tuh ya yang
penting pengertian lah sama diriku termasuk kesibukan ku ini, mungkin kalau di tanya
gimana nyari cewe yang seperti itu ya aku palingan bisanya jawab ya sebisa mungkin
dapatnya dari anak yang juga aktif di dalam organisasi biar setidaknya dia bisa lebih
maklum barangkali anak yang aktif dalam organisasi semacam kamu yang lebih mendekati
kriteria ku" ujarku sedikit rada lega karena akupun harus bisa berpura-pura tidak
terpengaruh dengan jawabannya (aku terus terang agak sedikit kesal kenapa manusia
untuk bilang suka aja mesti pakai acara berbelit-belit seperti ini termasuk diriku,
kenapa justru yang tipe tembak langsung malah seringan di tolak .... Soalnya pernah
ngalamin sih he... he.... he......) Kayaknya lebih bahagia binatang deh kalau suka
langsung kawin, kalau nggak ya nggak jadi and mereka juga lebih gentle dengan
penolakan tidak ada acara perkosaan seperti manusia. Kayaknya pemerkosaan itu lebih
biadad dari pada binatang deh .... Loh koq malah jadi ngelantur.

Anyway sesudah mendapat jawaban seperti Hera tampaknya agak sedikit lega dan matanya
terlihat bersinar-sinar ..... lama kami saling terdiam lantas aku berkata, "Memangnya
kenapa kamu nanya seperti itu Ra? Emang ada yang mau?" Terus terang ini jenis stupid
question karena yang ada cewe kalau di giniin bisa malah batal jadiannya. Di tanya
begitu Hera cuman menjawab "Ya enggak sih, cuman mau nanya aja". "Kalau aku sih Ra
terus terang carinya yang seperti kamu, ya baik, supel, aktif dalam organisasi dan
pengertian" ujarku buru-buru untuk menutup kekeliruanku. Hera tampaknya agak sedikit
kaget dan menoleh ke arahku dan menatap agak tajam ke mataku tampaknya seperti ingin
menyelidiki kebenaran jawabanku. Lantas aku sadar bahwa dalam acara begini sebagai
cowo aku mesti ambil inisiatif duluan kupikir daripada keburu lepas mendingan buruan
di jadiin apalagi momentnya udah tepat cuman berduaan di depan api unggun di
perkemahan yang jauh dari keramaian dan udaranya agak dingin lagi. Akupun berkata
"Ngghhhh..... Sebenarnya aku udah lama suka sama kamu Ra, tapi terus terang aku nggak
tau isi hati kamu, terus terang aku mencintai kamu" wah kacau deh gara-gara keburu
nafsu jadi salah strategi deh semua di umbar gitu aja. Eh tapinya Hera cuman diam aja
dan menatap ke wajah ku agak lama, lantas buru-buru aku menambahkan "Terus terang aku
kepingin kita lebih dari sekedar teman, tapi kalau kamu keberatan, aku bersedia tetap
menjadi teman kamu dan melupakan apa yang barusan aku ucapkan" .... Belum selesai aku
berbicara Hera menempelkan telunjuknya yang lentik itu ke bibirku dan berkata,
"Ssstttt, nggak usah kamu ucapkan Ndy ..... Hera juga sayang sama kamu ...." Lantas
tanpa ku duga sama sekali ia mencium lembut pipiku terlebih dahulu ..... amboiii
makkkkk gile deh kapan lagi ada bidadari secantik Hera mau cium orang se gahar gue
he..... he.... he......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar