Kamis, 13 Agustus 2009

Untungnya Aku



Aku tak menyangka akhirnya semua akan berakhir dengan baik seperti sekarang. Dulu aku
adalah seorang pembantu rumah tangga. Aku bekerja didaerah Cipete. Aku bekerja pada
keluarga Arman dan mereka adalah keluarga yang sangat kaya, rumahnya besar sekali,
aku bertugas pada salah satu paviliun yang dihuni oleh anaknya, Adit.
Seorang mahasiswa disalah satu perguruan tinggi yang aku tak tahu apa namanya.
Paviliun Adit juga mewah dan penuh berisi perlengkapan rumah yang modern.
Pemuda itu berperawakan tinggi tapi agak kurus, teman2nya banyak. M
ereka sering berkumpul dan ngobrol sampai2 aku kewalahan jika harus membersihkan
paviliun itu ketika teman2nya sudah pulang.


Waktu itu aku baru bekerja seminggu disana. Tugasku adalah semua pekerjaan rumah tangga kecuali memasak yang langsung dibuatkan oleh tukang masak dirumah induk. Aku mendapatkan semua kamar yang terletak dibelakang dan sebuah kamar mandi. Kamarku sangat nyaman dan aku sangat bersyukur mendapatkan pekerjaan dikeluarga Pak Arman. Ketika aku masuk bekerja Adit sedang keluar kota bersama teman2nya, jadi tugas awalku sangat ringan. Tepat seminggu kemudian Adit pulang, aku segera membantu membawa barang2nya.

"Heh, kamu pembantu baru ya???" Tanya pemuda itu. Aku mengiyakan sambil menjingjing tasnya menuju kamar. Adit berjalan dibelakangku. Tiba2 aku merasakan pantatku diremas keras sekali. Aku menjerit kesakitan, karena remasan itu sungguh keras sekali.
"Aaauuu....sakit tuan, jangan saya diperlakukan begitu" Aku protes keras sambil membalikkan tubuhku, aku memandangnya tajam, aku merasa terhina sekali. Tapi pemuda itu cuma tertawa, tiba2 tangannya terulur menuju buah dadaku dan seketika kurasakan kesakitan yang sangat menerjang dan merambat diseluruh tubuhku. Kembali aku menjerit.

"Tetek lu montok banget, ada susunya nggak??" Aku meronta berusaha melepaskan cengkraman tangannya dari dadaku, tapi cengkraman itu sangat kuat, aku seperti ingin pingsan rasanya.
"Ampuuun....sakit sekali tuan....aduuuh" Aku cuma bisa merintih. Akhirnya Adit melepaskan tangannya, segera aku berlari menuju kamarku, aku tak perduli dengan barang2nya lagi. Adit masih tertawa kecil dibelakangku. Hatiku sakit sekali mengalahkan rasa sakit yang masih berdenyut2 di buah dadaku. Ternyata majikanku punya tabiat binatang.

Sampai dikamar kubuka blouseku, lalu kubuka bh-ku, aku menuju cermin dan kulihat bekas cengkraman itu memerah dibuah dadaku dan dari puting susuku ada cairan putih keluar, aku tahu itu susu. Aku memang mempunyai anak yang baru berumur 6 bulan, kutinggalkan di kampung bersama neneknya. Suamiku entah pergi kemana, katanya mau cari pekerjaan ke Malaysia. Kusadari buah dadaku memang besar sekali, kadang2 aku harus mengeluarkan sendiri susu didalamnya, kalau tidak akan terasa sakit. Sekarang aku merasa buah dadaku berdenyut2 dan rasa sakit masih merambat pelan. Bajingan pemuda itu. Aku memutuskan untuk berhenti saat itu juga.

Aku pergi kerumah induk menemui kepala pembantu dan Bu Tinah mengatakan Pak Arman dan
istrinya belum pulang dari Surabaya. Aku ingin menceritakan perlakuan yang kudapat dari Adit,
tapi aku malu. Kupikir aku akan berusaha menunggu sampai besok sore saja, ketika majikanku
pulang. Aku berjalan kembali kekamarku dan aku mengunci diri sampai sore, aku tak perduli lagi
dengan pekerjaanku. Aku merasa diperlakukan seperti pelacur oleh pemuda itu. Sialan sekali.

"Hei....keluar kamu, siapin minuman, ada teman2 gue nih. Cepetan!!!" Pintu kamarku digedor2
oleh Adit. Aku diam dalam bimbang, apa yang harus kulakukan? Akhirnya aku berjalan menuju pintu,
kubuka pintu kamarku, belum sempat kubuka semua pintu itu sudah menerjang tubuhku, aku
terdorong keras dan jatuh terduduk diatas ranjangku. Didepanku sudah berdiri 4 orang pemuda,
salah satu diantaranya adalah Adit. Semuanya menadang kearahku. Aku bangkit hendak lari keluar,
tapi tangan salah seorang pemuda itu menjambak rambutku. Aku menjerit, tapi segera mulutku
dibekap oleh pemuda satu lagi.

"Kalau kamu berani menjerit, gue bunuh luh!!!" Bisik pemuda yang menjambak rambutku. Tubuhku .
bergetar ketakutan, apa yang akan mereka lakukan??? Mengapa aku harus mendapatkan perlakuan
seperti ini? Aku tak dapat berpikir panjang karena tangan2 mereka mulai sibuk merabai seluruh
tubuhku. Aku berusaha meronta

"Ampun tuan...jangan perlakukan saya seperti ini" Aku merintih dalam sakit, tangan mereka
bergerak mencengkram, meremas dan menyodok sana sini. Aku benar2 merasa sakit sekali.Tangan
pemuda yang ternyata bernama Dimas itu masuk kedalam blouseku lalu meremas2 buah dadaku dengan
kasar sekali, puting susuku ditarik2 olehnya. Sakitnya tak dapat kulukiskan.

"Wah...tetek cewek yang udah punya anak nih Dit..." Dimas berkata sambil menarik keluar dengan
paksa sebelah buah dadaku, tangannya mencengkram buah dadaku lalu dengan kasar ditarik keluar
menyembul dari bh yang masih kukenakan.


"Biarin deh...lumayan kan, coba elu test nonoknya Sam" Jawab Adit. Yang dipanggil Sam
menggerakkan tangannya kearah selangkanganku, aku meronta sekuat mungkin. Aku terbebas sesaat,
aku lari menuju pintu, kutarik pintu itu, tak bergerak, ternyata mereka menguncinya. Kembali mereka menarik tubuhku, lalu mendorongku sehingga jatuh telentang diatas ranjang. Adit mengunci kedua tanganku keatas, sedangkan Sam dan pemuda yang bernama Roni memegang kedua kakiku, sedangkan Dimas mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Aku menjerit keras dengan harapan ada yang mendengar, tapi aku segera terdiam ketika memandang foto yang dipegang Dimas. Mataku melotot melihat foto seorang perempuan yang meringkuk telanjang bulat dan bersimbah darah.

"Ini akibatnya kalau kamu melawan....jadi babu jangan belagu lu" Bisik Dimas ditelingaku. Aku merasakan telingaku digigitnya pelan. Aku bergidik, aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku menghentakkan kakiku berusaha melepaskan dari cengkraman pemuda2 itu. Dimas kemudian berjalan keluar, tak lama kemudian kembali membawa sebuah tas, kemudian dari dalam tas itu dikeluakan borgol dan tali. Aku menggeleng2kan kepalaku, sementara masing2 sebelah tangan pemuda yang memegang tangan dan kakiku terus merabai setiap lekuk tubuhku dengan kasar.

"Tolong jangan tuan...jangan....ampun, saya jangan diperlakukan begini tuan" Aku memohon, air mataku mengalir deras, aku tak berani lagi menjerit, nyaliku ciut melihat foto itu. Tanganku diborgol oleh Dimas kekepala ranjang, kemudian Adit melepaskan pegangannya pada tanganku, lalu membantu Dimas mengikat kedua kakiku dengan tali, kemudian tali itu masing2 dimasukkan kesudut tiang ranjang dikiri kanan kepala ranjangku. Aku merintih sambil memohon2, aku meratap sambil menangis terisak2, mengapa nasibku seperti ini, jantungku berdebar keras, aku tak tahu apa yang akan menimpaku. Yang kutahu kemudian kedua kakiku diangkat oleh Sam dan Roni, sementara Adit dan Dimas menarik talinya, kakiku terangkat kemudian pinggulku terangkat sedikit, sekarang kedua kakiku merenggang lebar karena ditarik oleh tali disudut ranjang, pinggul terangkat, aku sadar mereka sekarang sedang menikmati bokongku yang masih tertutup celana dalam krem, rokku sudah tersingkap. Aku memohon terus agar mereka melepaskanku.

"Tuan...tolong...jangan tuan"
"Tenang dan nikmatin aja lu" Kata Roni. Aku meronta, tapi kurasakan ikatan dikakiku makin keras jadinya. Tubuhku ngilu diperlakukan seperti itu. Kulihat Roni menelusuri kakiku dengan jari2nya.

"Mulus juga nih betina Dit" Ujarnya, aku menahan rasa geli, jari2 itu merambat pelan sampai pahaku. Selesai mengikatku mereka melepaskan pakaian mereka, sehingga sekarang semua pemuda itu berdiri telanjang bulat dihadapanku. Jantungku berdegup keras melihat ukuran kontol mereka yang besar2 itu, semuanya panjang dan besar.

"Ampuuuunnn tuan......"Aku meratap sambil menangis terus. Mereka cuma tertawa2.
"Kontol lu kok udah berlendir gitu sih Ron" Tanya Adit
"Belon apa2 udah ngaceng luh" Sam menimpali. Roni cuma mesem2. Mereka berjalan mendekatiku. Kulihat kontol Roni memang kelihatannya basah sekali. Kemudian mulailah siksaan menderaku. Adit kembali meremas2 buah dadaku dengan kasar, sehingga sebentar2 buah dadaku mengeluarkan susu kental yang segera dijilat Sam. Lalu Dimas kembali mengambil sesuatu dari dalam tas, benda berwarna hitam, ternyata jepitan kertas. Aku meronta2, tapi setiap kali meronta ikatan kakiku tambah kencang, mataku terbelalak melihat Dimas merenggangkan jepitan itu, kemudian menempelkan jepitan itu di puting susuku yang besar dan berwarna merah kehitaman. Sesaat kemudian aku memejamkan mata kuat2 sambil menggigit bibirku, sakit luar biasa ketika jepitan itu mencengkram puting susuku.

"Aaaaaauuuuuuu........sakiiitttt!!!" Aku mengerang keras, aku tak berani berteriak. Aku menggoyang2kan buah dadaku agar benda itu lepas, tapi perbuatanku malah menambah kegairahan mereka. Semua melihat kearah buah dadaku yang bergelinjang2 kekiri dan kekanan.

"Gila nih tetek....ok banget sih" Ujar Dimas sambil menjepit puting susuku yang sebelah lagi. Aku kembali menggigit bibir kesakitan.. Kemudian Sam mulai menjerakan tali ke buah dadaku, kemudian ditariknya jerat itu, seketika buah dadaku terangkat menggembung , kali ini aku menjerit keras, sakitnya sampai ke ulu hati, Sam terus menarik sampai kulihat buah dadaku membiru dan cairan susu mengalir deras. Air mataku mengucur. Adit menggunting putus bhku lalu blouseku, kemudian rokku, kemudian celana dalamku. Sekarang tubuhku benar2 telanjang bulat. Roni menciumi celana dalamku dengan garang.

"Baunya pesing banget Dit....enak" Kata Roni sambil melempar celanaku kepadanya. Adit mencium juga, kemudian benda itu digilir oleh mereka, sampai akhirnya celana dalam itu dibuang kelantai. Mataku berkunang2 menahan rasa sakit dibuah dadaku. Tiba2 Roni jongkok diatas wajahku, kontolnya diarahkan kedalam mulutku.

"Sedot say..." Aku membuang muka, tapi tiba2 kurasakan itilku sakit bukan kepalang. Ternyata Sam menjepret itilku dengan sejenis karet berwarna hitam, kemudian itilku ditariknya sambil dipencet, aku berteriak keras lagi.

"Kulumin tuh kontol Roni, kalo nggak gua selepet lagi itil lu" Ancam Sam. Kubiarkan kontol Roni yang besar itu menyumbat mulutku. Kurasakan jepitan di puting susuku telah dilepas. Tapi Adit kemudian menyentil2 puting itu dengan keras, setiap kali sentilan itu mendarat tubuhku bergetar menahan sakit. Tapi kurasakan juga kenikmatan ketika Sam melumat memekku dengan rakus. Lidahnya keluar masuk dalam liang memekku, kadang2 itilku disedot keras.

Kontol Roni kadang2 membuatku sulit bernapas. Ia memompa mulutku seperti kesetanan. Entah berapa banyak lendir kontol itu masuk kedalam tenggorokanku. Rasanya asin dan baunya seperti air sumur dikampungku. Kini gantian Adit yang menyedot memekku, aku bisa merasakan kenikmatan walaupun buah dadaku masih membiru karena terikat oleh tali.

"Ternyata babu ini menikmati Sam" Teriak Adit. Aku merasakan lidahnya menjalar masuk kedalam liang memekku, itilku dihisap dan dijilat. Tiba2 aku merasakan lidahnya menelusuri liang pantatku. Kurasakan sakit ketika jari2nya menusuk2 liang itu. Tapi rasa geli mengalahkan rasa sakit. Aku diam saja menikmati. Tak lama kemudian Roni menjerit keras, lalu kurasakan cairan panas menyembur2 dalam mulutku, masuk kekerongkonganku. Kontolnya diselipkan disamping mulutku sambil terus dipompa, lalu dikeluarkan sehingga air maninya menyembur membasahi wajahku. Kemudian dimasukkan lagi kedalam mulutku. Setelah puas dikeluarkan lagi, kemudian air mani diwajahku diratakan dengan kontolnya, lalu kontol itu dipukul2kan kewajah dan mulutku seolah2 tak ingin ada yang tersisa. Aku berusaha tidak muntah, kenyataannya memang enak juga rasa air mani itu. Roni melemas, bokongnya jatuh terduduk diatas wajahku. Aku meronta karena kekurangan oksigen. Kemudian posisi Roni digantikan oleh Dimas.

"Jilatin lobang pantat gue say" Ujar Dimas. Aku menggeleng.
"Jangan tuan....kotor" Aku merintih.
"Buktinya lobang pantat elu gua jilatin" Sergah Adit. Kemudian aku merasakan itilku kembali dijepret, sakitnya mengalahkan kenikmatan tadi. Tanpa protes lagi kujulurkan lidahku kearah lubang pantat Dimas, kemudian kujilat lubang itu, Roni berlaku seolah2 lidahku adlah kontol, ia berusaha memasukkan lidahku kedalam lubang duburnya, sampai akhirnya ia menusukkan kontolnya masuk kedalam mulutku. Tercium bau pesing menusuk, aku berusaha menyedot tanpa harus muntah. Tiba2 pemuda itu mencabut kontol yang masih setengah tegak itu, kemudian memancarkan air kencingnya kewajahku, rahangku ditekan keras sehingga mulutku menganga lebar, dan air kencing itu mengalir panas dalam tenggorokanku. Aku tersedak2, tapi pemuda itu malah sesekali mendorong kontolnya masuk kedalam mulutku.

"Aaaahhhhhh.....enak bener...."Desah Sam. Melihat itu Roni kemudian berdiri diatas wajahku, kemudian air kencingnya membasahi wajah dan tubuhku. sesekali kontol Sam disiram juga. Aku pasrah, aku tak mau itilku dijepret lagi.

"Sedot terus say...anggap aja es krim" Ujar Sam, tangannya kadang2 masuk kedalam mulutku. Aku berusaha mengerjakan apa yg diinginkannya. Dengan posisi kaki terangkat tinggi sehingga seluruh bokongku juga terangkat, kedua kakiku terentang lebar ditarik oleh tali yg diikat pada sudut2 ranjang, aku dapat melihat dengan jelas apa yg sedang mereka lakukan. Kulihat Dimas sedang memegang benda panjang seperti sebatang besi berkilat, pada gagangnya ada kabel menjulur keluar dan ditengah kabel itu ada kotak pemutar, aku tak tahu apa itu. Yang kutahu Dimas menusukkan colokan ke stopkontak yang ada dikamarku, kemudian batang besi itu perlahan2 ditempelkan pada lubang pantatku yang berwarna merah kehitaman, aku merasa jijik sendiri melihat lubang duburku yang berlumuran air liur Adit. Dimas menusukkan besi berdiameter kurang lebih 1.5 cm itu pelan2 kedalam lubang duburku, aku meronta2 tapi malah membuat tusukan itu menghujam makin dalam. Sakit yg kurasakan membuat keringatku menerobos keluar dari seluruh pori2 tubuhku, sedangkan dimulutku tersumpal kontol Sam dan kontol Adit yang berebutan memasukkannya kedalam mulutku. Aku tak berani berkutik lagi, yang kurasakan cuma rasa dingin besi itu dilubang duburku, aku dapat melihat lubang duburku mencengkram kencang besi itu. Adit dan Sam memompa2 kontolnya didalam mulutku, rahangku pegal sekali menerima 2 buah kontol yang saling menerobos. Kini Dimas meninggalkan alat itu lalu mengocok kontolnya sendiri, kemudian mereka bertiga berjongkok mengelilingiku, kontol mereka bergantian masuk dalam mulutku, mereka mengerang2 sambil memandang wajahku yang penuh oleh lendir mereka. Aku tersedak2 dan sulit sekali bernapas menerima hujaman kontol2 itu.

"Tuan...gantian saja....sa...saya tidak sanggup lagi....augh" Aku tak sempat meneruskan karena air mani Sam menyemprot dashyat membanjiri mulutku, rahangku ditekan oleh Roni.. Cairan panas itu memenuhi rongga mulutku, aku berusaha menelannya, tapi sebagian tersedak keluar, kemudian Dimas mengarahkan kontolnya dan memancarkan air maninya keseluruh wajahku, rambutku, hidungku, begitu banyak air mani yang disemprokan, aku merasa aku akan pingsan, aku tak berani membuka mataku, aku takut air mani itu masuk kedalam mataku, yang kurasakan kemudian semprotan air mani Adit juga memenuhi rongga mulutku, terasa panas dan asin. Setelah itu 3 buah kontol dijejalkan kedalam sekaligus kedalam mulutku, kujilat semua, aku berusaha mereka puas semua, sehingga penderitaan ini cepat berakhir.

"Nah gitu dong....kalo udah ngerasain bakalan ketagihan lu" Kata Adit sambil terus megurut kontolnya sehingga cairan menetes2 jatuh kedalam mulutku. Aku benar2 merasa terhina bukan main, belum pernah aku diperlakukan seperti ini, dan aku tak pernah bermimpi menghisap kontol, dengan suami sendiri saja aku tak pernah, dan kini aku harus memuaskan empat buah kontol didalam mulutku. Seluruh tubuhku terasa seperti tidak bertulang lagi, semuanya serasa melemas, aku tak berdaya apa2 sama sekali, aku cuma bisa tergolek dalam keadaan tubuh setengah tergantung, kedua kakiku yang tergantung seperti mati rasa.

"Tuan Adit, tolong lepaskan saya....tolong tuan...saya tidak kuat lagi...."Aku memohon dan memohon, air mataku keluar bercampur dengan lendir yang memenuhi wajahku. Lidahku seperti kelu dan kaku, rasa asin masih tidak mau hilang, dan bau air mani mereka menyengat sekali.

"Ops..nggak segampang itu....ini belon apa2 say....tunggu aja" Jawab Adit sambil mencubit puting susuku. Tubuhku cuma bisa bergetar sedikit merasakan sakit yang ditimbulkan. Sementara Dimas mulai menggerakkan batang besi yang terhujam dilubang duburku pelan2. Tangannya mengorek2 lubang memekku, lalu memoleskan lendir memekku kealat itu, sehingga rasa sakit berkurang karena alat itu mulai licin keluar masuk dalam lubang pantatku.

"Sudahin aja deh.....toh elu orang udah pada keluar semua" Roni berkata sambil meremas2 kedua buah dadaku. Mereka seperti tidak mendengar. Adit lalu mencabut batang besi itu, kemudian dibawah kemulutku.

"Jilat nih biar tambah licin.....ayo!!!" Aku menggeleng2kan kepalaku, tercium bau yang menyengat dari benda itu. Tapi aku tak kuasa lagi, tenagaku habis dan buah dadaku terasa berdenyut2 makin sakit, kupikir akan pecah oleh ikatan yang menguat setiap aku meronta. Akhirnya besi itu masuk kedalam mulutku, kujulurkan lidahku menjilati lendir yang kekuning2an . Aku ingin muntah tapi aku tidak bisa.

"Enak nggak rasanya say....?" Tanya Adit sambil mengocokkan alat itu kedalam mulutku. Aku menggeleng keras. Kembali buah dadaku diremas oleh Dimas dengan keras. Rasa nyeri merambat lagi keseluruh tubuhku.

"Enak nggak???" Aku mengangguk keras2, aku takut jika buah dadaku diremas lagi, maka akan pecah berantakan. Kulihat buah dadaku berwarna biru tua, sakitnya luar biasa.

"Sudah tuan....jangan siksa saya lagi, buah dada saya sakit sekali" Aku merintih, aku menangis, tapi aku tahu percuma saja. Yang kutahu kemudian Roni menciumi mulutku dengan buas, lidahnya menelusuri rongga mulutku, bulu kudukku meremang, perasaan nikmat merayap, lidahnya membelit2 lidahku dengan buas. Ia tak perduli dengan lendir dan bau yg ada dalam mulutku. Ikatan pada buah dadaku dikendorkan sedikit, aku merasa agak nyaman. Kemudian kulihat batangan besi itu kembali dimasukkan kedalam lubang duburku. Kemudian mereka berempat berdiri mengelilingiku, tak ada seorangpun yang menyentuhku. Aku agak lega, mungkin mereka sudah bosan menyiksaku.

"Siap ya....mulai!!!" Kulihat Adit memutar tombol ditengah kabel. Seketika itu aku menjerit sejadi2nya ketika aliran listrik menyengat lubang duburku, pinggulku terlonjak keatas. Itu cuma berlangsung selama kurang lebih 3 detik, namun sakit yang ditimbulkan membuat jantungku seperti terlonjak2 dengan hebat. Adit memutar lagi alat itu.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..................." Keringatku seperti mandi. Mataku terbelalak. Aku benar2 merasakan kesakitan yang belum pernah kurasakan seumur hidupku. Mereka tertawa2 gembira melihatku berkelojotan seperti bianatang.

"Ampuuuuunnnnn tuaaaannnn....ampuuuunn" Aku mengerang
"Nikmatin dong say...." Dimas mendekatiku kemudian kulihat ia menjepitkan jepitan yang berkabel pada kedua puting buah dadaku, kemudian kulihat Adit menjepitan sebuah lagi pada itilku, jepitan itu menjepit dengan keras, kurasakan mungkin itilku telah luka oleh jepitan itu.

"Jangaann....jangan tuan...saya bisa mati....aduuuh toloong...." Tapi suara yang keluar terdengar pelan sekali, seperti bisikan saja. Lalu kulihat adit sibuk memutar2 tombol. Sekejap yang kurasakan adalah seolah2 seluruh tubuhku diterjang oleh jutaan semut api. Sakit luar biasa, aku tak dapat meronta, buah dadaku hanya bergetar2, kulihat jepitan pada itilku bergoyang sedikit, aku tak ingat apa2 lagi.

Entah berapa lama, yang kutahu kemudian mereka bergantian kencing diwajahku, sehingga aku sadar kembali. Kamarku mungkin sudah pengap oleh bau pesing. Aku merasa lega karena ikatan buah dadaku sudah tak ada dan jepitan serta batang besi sudah tidak ada juga. Mereka membuka semua ikatanku, aku terjatuh lemas, tapi kulihat kontol mereka masih tegak.

"Kalo elu macam2 lagi, elu bakalan merasakan yang lebih hebat lagi" Ujar Adit. Aku mengangguk lemah. Tubuhku tergolek tak berdaya, tenagaku seperti habis.

"Sekarang elu puasin kita2....merangkak lu kesini" Perintah Dimas. Aku bangkit lalu merangkak turun ranjang mendekatinya. Mereka berdiri mengelilingiku, satu persatu kontol mereka kukulum bergantian.

"Mainin itil luh sendiri...." Aku merasa malu sekali, tapi aku sudah pasrah, dan ada perasaan aneh merayap kedalam diriku, perasaan nikmat diperlakukan seperti binatang, kupikir aku sudah mulai jadi gila. Aku segera memasukkan jari2ku kedalam memekku, lalu kukocok2 jariku didalam memekku, rasanya nikmat juga. Tiba2 jempol kaki Sam menusuk kedalam memekku, pelan2 kuayunkan pinggulku sehingga aku bisa menikmati jempol kakinya keluar masuk dalam liang memekku, lama2 kontol mereka mengeras semua dalam kuluman mulutku. Kemudian mereka menyuruhku merangkak lagi keatas ranjang, aku berbaring telentang. Tangan kiriku menggenggam kontol Adit, tangan kananku menggenggam kontol Roni, sedangkan Dimas mulai menidih tubuhku, sementara kontol Sam masuk dalam mulutku. Kurasakan Dimas menghujamkan kontolnya kedalam memekku, ada rasa sakit sedikit namun itu tak berarti dibanding kenikmatan yang kudapat. Kontol Dimas memompa liang memekku dengan dashyat, aku merintih panjang.

"Enak kan?" Aku mengagguk. Roni meremas buah dadaku, sementara aku terus mengocok kontolnya dan kontol Adit. Kemudian Adit menyuruhku pindah keatas, sehingga aku yang mulai bergerak memompa kontol Dimas dalam memekku, sementara Adit berjalan kebelakangku, kemudian kurasakan kontolnya berusaha menerobos lubang duburku, aku menggigit bibir menahan rasa sakit ketika kontol itu masuk perlahan, aku mengerang. Yang kurasakan kemudian adalah kenikmatan yang tidak ada duanya. Pantatku dipukul2 keras oleh Adit sambil memompa pantatku. Sementara aku mengulum kontol Sam, sedangkan Roni sibuk mencucupi puting susuku. Aku tak tahu mengapa sekarang walaupun buah dadaku diremas begitu kencang tapi aku tidak lagi merasakan nyeri, melainkan nikmat yang kurasakan.

Tiba2 Adit mencabut kontolnya dari liang duburku, lalu bergerak menuju wajahku, aku membuka mulutku sehingga kontolnya langsung terhujam masuk mulutku, kukulum dan kuhisap2, walaupun tercium bau duburku, tapi aku tak perduli lagi, entah berapa banyak kotoran yang telah memasuki mulutku hari ini, aku tak perduli lagi. Aku menikmati daging kenyal itu dalam mulutku. Semenit kemudian Adit melolong keras sambil menyemburkan air maninya kedalam tenggorokanku. Kutelan semuanya tanpa ada yang tercecer keluar. Sedangkan Sam menggantikan Adit memompa liang duburku, aku telah dua kali mencapai orgasme, tapi mereka rupanya tidak tahu. Tak lama kemudian Dimas melolong juga, dan kurasakan liang memekku panas membara ketika air mani pemuda itu menyemprot didalamnya.

"Adoooowwww.....enaaaaak emaaakk!!!" Teriak Dimas. Aku menggigit bibir menahan agar orgasme yang juga kucapai tidak terluap menjadi lolongan seperti mereka, aku malu. Kemudian Adit menyuruhku tidur terlentang lalu mengangkat pinggulku sampai menekuk sehingga liang memekku berada diatas wajahku, cuma berjarak tak lebih dari 10 cm dari mulutku, sementara Sam melanjutkan menusuk lubang duburku dengan posisi berdiri diatas pantatku. Kupandangi liang memekku yang berbusa dan kulihat air mani Dimas perlahan mengalir jatuh membentuk tirai panjang memasuki mulutku, ada juga lendir bening ikut, aku tahu itu lendir memekku. Aku berusaha menjilat lendir itu, rasanya makin lama makin enak, tapi aku berusaha kelihatan seperti terpaksa. Tiba2 Adit ikut menjilati lendir yang masuk kedalam mulutku, tanganya mengorek2 kedalam mulut dan memekku, lidahnya berpindah2 dari mulutku kemudian ke memekku. Aku tak kuat lagi menahan kenikmatan.

"Aaaaarrrrghhhhhh......"Aku mengeluh panjang ketika puncak kenikmatan itu hinggap merayapi seluruh tubuhku. Kulumat mulut Adit dengan buas, Adit membalas dengan buas juga, sementara, Sam mengerang2 merasakan kontolnya yang terjepit duburku.

"Peju lu enak juga Dim" Ujar Adit sambil menyeka bibirnya dengan tangan. Dimas terkekeh, ia mendekatkan kontolnya yang sudah lemas kemulutku.

"Ssstttt....." Ia berbisik sambil menyuruhku jangan mengulum kontolnya. Sedetik kemudian kulihat lubang diujung kontolnya mengembang kemudian memancarlah air kencingnya yang berwarna kuning itu meyembur kewajah dan mulutku. Aku memejamkan mataku. Aku berusaha meminum air kencingnya, terasa asin dan pahit sedikit, dan berbau pesing.

"Coba elu juga kencing....."Perintah Roni. Dimas membenamkan kontolnya kedalam duburku dan diam, aku mengerahkan tenaga seperti biasa kalau hendak kencing. Lalu memancarlah air kencingku yang berwarna bening kekuningan juga, jatuh juga kewajah dan mulutku, Adit dan Roni berebutan menjilati air kencingku dan melumat mulutku. Aku sudah terobsesi oleh kejorokan mereka sehingga tidak ada lagi rasa jijik dengan apa yang mereka perbuat terhadapku. Aku malah mencoba menikmatinya.

"Aduh duh...awas...minggir...minggir!!!! I'm comingggg!!!!" Teriak Dimas yang cepat2 menghujamkan kontolnya sedalam mungkin kedalam duburku. Aku meringis perih, kurasakan semprotan air maninya yang hangat membasahi lubang duburku. Kemudian Dimas mencabut kontolnya lalu menghujamkannya kedalam mulutku, kusedot sisa2 air maninya dengan lahap. Adit mengorek2 liang duburku dengan tangannya, lalu memasukkan air mani Sam yang berlumuran ditangannya kedalam mulutku. Kujilat semua yang masuk dalam mulutku. Roni yang dari tadi mengocok kontolnya sendiri, juga menjerit sambil menyemprotkan air maninya yang encer itu kewajahku, kontolnya menempel dipipiku, airmaninya menyembur wajahku dengan hebat. Aku tak berani membayangkan bagaimana wajahku saat itu.

"Gila....kayaknya yang ini yang paling oke Dit" Ujar Dimas tergolek lemas disisiku, sedangkan Adit menyurukkan kepalanya kebuah dadaku dan menyedot putig susuku dengan keras, Roni berlaku sama dengan buah dadaku yang satu lagi, sedangkan sam tergolek dengan tangan masih mengorek2 liang memekku. Adit mengusap2 wajahku dari lendir yang menempel, kemudian menyuruhku menjilat tangannya yang penuh lendir. Aku merasa lelah sekali, tubuhku semuanya terasa sakit, pelan2 rasa terhina merayap kembali, tiba2 aku merasa seperti ada yang bergolak dalam perutku. Aku segera bangun berlari menuju kamar mandi, benar saja, baru sampai dipintu muntahku keluar tak terbendung. Ada gumpalan lendir jatuh kelantai. Aku terduduk lemas dilantai kamar mandiku, Yang kutahu kemudian mereka memandikanku dan aku memandikan mereka, dan mereka kembali menggilirku didalam kamar mandi. Hari itu aku benar2 menjadi budak sex mereka. Ketika kembali kekamarku, aku ingin muntah lagi mencium bau pesing yang tak terkira memenuhi kamar tidurku.

Keesokkannya pak Arman dan istrinya kembali dari Surabaya, aku menceritakan 'perkosaan' yang dilakukan anaknya dan aku minta berhenti. Pak Arman marah besar, Adit sampai ditendang dan dipukul habis2an bahkan hampir ditembak oleh ayahnya kalau tidak ditolong oleh ibunya. Pak Arman mengumpulkan semua pemuda yang memperkosaku, kemudian salah satu dari mereka harus ada yang bertanggung jawab. Ronilah yang akhirnya berniat menikahilku, sedangkan Pak Arman menyantuniku dengan sejumlah uang yang untukku luar biasa besar. Dimas dan Sam kabur keesokan harinya, entah kemana.

Roni dan aku menikah dikampungku, kemudian kami pindah kekota kecil dijawa tengah. Anakku kubawa juga, Roni ternyata sangat baik padaku dan anakku. Kini kami telah mempunyai 3 orang anak, semuanya sehat dan kami hidup cukup bahagia sampai kini. Sekarang sudah sepuluh tahun berlalu dari kejadian itu dan aku bersyukur juga kalau mengingat nasib yang akhirnya membawa kebahagian juga padaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar